Share

perdebatan dalam mobil

Penulis: humaidah4455
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-31 07:42:11

"Benar-benar aneh syarat mahar dari gadis itu. Kenapa tak meminta barang lain saja. Meskipun cuma nasi goreng seeafood tapi syarat untuk membuatnya itu bisa membuat Danu sengsara!" seru Ibu Herlambang kesal. Masuk mobil kemudian membanting pintu mobil dengan kasar. Wajahnya cemberut.

Danu, Pak Herlambang, dan Pak Kasno ikut masuk mobil.

"Kita batalkan saja pernikahan ini," usul Ibu Herlambang. Duduk di jok belakang bersama suaminya. Ibu Herlambang tampak taksetuju bila perjodohan ini berlanjut. Memasang mimik masam sedikit membenarkan sanggul rambutnya.

Danu menoleh ke arah mamanya, "Jangan dong, Ma. Danu cinta sama Zahra, Ma. Dia gadis yang berbeda dari yang lain," ungkap Danu ia duduk di depan dekat sopir sambil memasang sabuk pengaman.

Pak Herlambang menatap aneh kepada istrinya. Kemudian membenarkan posisi duduknya ke arah depan.

"Yah. Kamu benar, Danu. Zahra berbeda dari gadis lain. Yang Papa tangkap, Zahra ingin kamu berproses untuk membuat mahar pernikahan mu. Bukan karena kamu anak Papa. Zahra tak terbuai dengan harta yang kita miliki. Dia ingin calon suaminya bekerja keras. Dengan kata lain dia gadis yang jauh dari kata materialistis," ungkap Pak Herlambang. Mengangkat telunjuknya ke atas. Pak Herlambang kagum pada sosok Zahra.

"Aku setuju sama Papa," ucap Danu menoleh ke arah orangtuanya dengan senyum yang meyakinkan.

Ibu Herlambang menatap lekat anaknya, sambil merapikan tas branded nya. Ia condong kedepan berusaha mendekati putranya.

"Kamu yakin, Danu? Kamu harus berurusan dengan sawah dan lainya lho. Are you sure? Bisa dibatalkan Danu, ini belum terlambat," bujuk Ibu Herlambang kemudian ia membenarkan posisi duduknya, alisnya terangkat separuh.

"Apakah Mama tak ingin memiliki menantu seorang soliha seperti Zahra?" tanya Pak Herlambang ia menatap lekat istrinya. Pak Herlambang memposisikan duduk menghadap istrinya yang glamor. Tas, baju, dan perhiasan koleksi istrinya menghias tubuh langsing itu, membuat siapa saja yang memandang Ibu Herlambang pasti segan.

"But its so hard, Papa. Impossible for Danu," ucap Bu Herlambang. Memakai bahasa asing yang agak belepotan bibir mengerucut hampir bisa di kucir. Kemudian membuang muka ke arah jendela melipat tangan di dada, mendengus kesal.

Danu beringsut membenarkan posisi duduknya.

"Nothing is impossible, Mam. I'm sure. Ada Allah, Ma." Cetus Danu bersandar di jok mobil. Matanya terpejam membayangkan Wajah Zahra.

"Jalan, Pak," ucapnya pada Pak Kasno. Dengan mata masih terpejam seperti orang tidur mengigau.

Pak Herlambang tersenyum mendengar penuturan putranya.

"Ada Allah" kalimat ini membuat Pak Herlambang terkesan. Rupanya kini putranya sedikit berubah terkena virus cinta calon menantu saleha itu.

"Ada Allah? Danu sejak kapan kamu ingat Allah?" tanya Ibu Herlambang mencebik bibir. Merasa aneh pada putranya karena memang selama ini Danu tak pernah begini. Dan sayangnya karena harta yang melimpah dan kesibukan yang padat membuat mereka lupa kewajiban sebagai seorang muslim ataupun muslimah.

"Sejak ku mengenal seorang Mutiara Azahra, Ma. Ia membuatku lebih ingin mengenal Allah," tutur Danu memejamkan matanya, membayangkan Zahra. Wajah ayu Zahra tergambar di benaknya.

Mesin mobil mulai dihidupkan, Danu membuka matanya kemudian membuka kaca mobil melambaikan tangan kepada keluarga Zahra. Zahra dan semua yang menyaksikan kepergian mobil Danu dari halaman rumah ikut melambaikan tangan.

Mobil melaju pelan di jalan kampung tempat tinggal Zahra menjauh dan menghilang di persimpangan.

"Papa dukung kamu, Danu," ucap Pak Herlambang memegang pundak putranya.

Danu menutup kembali kaca jendela mobilnya.

"Pa, she is beautiful girl. Hatinya, budinya, membuatku jatuh cinta," ucap Danu mengagumi Zahra.

"Masih ada ya, wanita seperti Zahra, aku harus bisa memenuhi syarat nya, Pa," imbuh Danu ada rasa takut dalam diri Danu. Takut gagal dan kehilangan gadis itu.

"Pak Kasno, kalau bapak jadi saya bagaimana?" tanya Danu pada sopir keluarganya mencoba berbagi rasa pada sopirnya.

"Wah, saya pasti berjuang, Den. Demi mbak Zahra," jawab Pak Kasno mantap.

"Tapi, Den Danu harus ingat semua syarat itu harus hasil keringat Aden sendiri, tanpa campur tangan orang lain. Seperti kata mbak Zahra tadi." Pak Kasno sambil fokus nyetir menatap ke depan di balik kaca mobil jalanan kampung Zahra lumayan bergelombang.

"Maksudnya, Pak?" Danu bertanya-tanya dengan ucapan sang sopir.

"Ya kalau menurut saya, Aden harus memulai proses dari menanam padi dan yang lain sendiri, tanpa campur tangan Papa Aden. Bahkan maaf ya, Den. Uang dari Papa Aden tak bisa ikut campur disini." Ungkap Pak Kasno berhenti sebentar menengok kanan kiri sesekali melihat sepion dan kembali melajukan mobil menapaki jalan aspal menuju istana keluarga Herlambang.

"Apa?" Ibu Herlambang terkejut melotot mendengar ucapan sulpirnya.

"Kenapa bisa begitu? No, Danu nggak boleh terjun ke sawah langsung, apa lagi nanam padi It's crazy!" ucap Ibu Herlambang berintonasi tinggi. Ia nampak frustasi dan tertekan setelah melamar Zahra.

"Kalo nggak salah si begitu. Coba Nyonya sama Aden ingat lagi kalimat mbak Zahra tadi." Pak Kasno mengerling menatap Tuan dan Nyonya besar yang duduk di jok belakang dari arah kaca diatasnya.

Danu seketika berpikir keras mencerna kalimat sang sopir.

"Danu, tolong jangan lanjutkan hal gila ini, apa kata dunia? Seorang Danu Herlambang jadi petani," sungut Ibu Herlambang membujuk putranya agar mengurungkan niat menyanggupi syarat dari Zahra.

"Sudah, batalkan saja. Masih banyak wanita lain yang mau sama kamu," pinta Ibu Herlambang mendengus kesal dan memaksa.

Mobil Mercedez hitam itu melaju melesat di tengah keramaian jalan aspal membawa keluarga Herlambang ke istana mereka.

Danu menarik garis bawah dan berkata, "Berarti aku harus melepas semua pemberian Papa, begitu, Pak Kasno?"

Danu seketika lemas tak berdaya. Apa jadinya Danu tanpa pemberian Papanya. Selama ini Danu belum pernah hidup susah, selalu hura-hura kuliahnya pun belum lulus karena Danu tidak fokus menjalaninya. Hobi nongkrong dan bersenang-senang dengan para sahabatnya membuat Danu lebih lama di bangku kuliah. Sering bolos dan melarikan diri saat menghadapi dosen killer di kampus memanfaatkan fasilitas sang Papa untuk memenuhi kesenangan nya.

"Ya kurang lebih begitu, Aden." Pak Kasno menoleh pada majikan mudanya yang kelihatan lemas tak berdaya.

"Oh, No, Danu. No!" Seru Ibu Herlambang.

"Kamu terbiasa hidup dengan fasilitas mewah, mama jamin kamu tak akan bisa memenuhi syarat aneh ini," cibir Ibu Herlambang.

"Justru ini tantangan untuk Danu, Ma. Ayolah mama dukung Danu dong," ucap Pak Herlambang mencoba mengajak istrinya mendukung putranya.

"Bagaimana bisa seorang ibu membiarkan anaknya di kerjain habis-habisan oleh calon istrinya dengan minta mahar yang bersyarat ribet begitu. Papa, Danu anak Mama. Jadi dia harus nurut sama Mama," ucap Ibu Herlambang kekeh menekan kata terakhir.

"Ini hanya proses, Ma. Tak lama hanya 120 hari saja, Ma. Biar Danu belajar hidup mandiri," jelas Pak Herlambang berusaha meyakinkan istrinya.

"Pokoknya Danu nggak boleh terjun langsung ke sawah," ucap Ibu Herlambang bersedekap tangan meninggikan dagu menandakan tak ingin dibantah.

"Itu syarat yang harus dilakukan Danu, Ma," bujuk Pak Herlambang memegang pundak istrinya.

"Seka ---

"Stop, stop, stop!" Teriak Danu dengan ekspresi kesal. Memotong perdebatan kedua orangtuanya. Mobil seketika berhenti.

"Ada apa, Den?" tanya Pak Kasno heran mengerem mendadak hingga membuat mobil berhenti ditengah jalan.

Seisi mobil terhuyung kedepan kala mobil mendadak berhenti.

"Kenapa berhenti sih?" Ibu Herlambang bertambah kesal. Sudah berdebat sengit dengan suaminya ditambah supir Keluarga ngerem mendadak lagi. Wanita sosialita itu bertambah geram.

"Kenapa berhenti, Pak?" tanya Danu bingung menatap ke arah supirnya.

"Tadi, kata Aden setop. Ya saya berhenti, Den," jawab Pak Kasno mencoba menjelaskan maksud tindakannya itu.

"Ais,,, ya Allah! Udah jalan lagi, Pak." Danu menepuk keningnya. Segitunya ya, nurutnya Pak Kasno sama majikan.

"Lah, kenapa setop atuh, Den. Segitunya mikirin Mbak Zahra," goda Pak Kasno melanjutkan perjalanan sambil tersenyum sesekali melirik majikan mudanya.

Sementara Si Nyonya besar masih ngambek, ala anak ABG tak dituruti ngedate sama pacar.

Sedang Tuan besar terkekeh melihat tingkah sang supir.

"Ah,,, Pak Kasno bisa aja. Saya nggak lagi mikirin Zahra kok Pak," kilah Danu. "Maksud saya bukan mobilnya yang berhenti tapi Mama sama Papa itu lho," ucap Danu sambil bersandar di jok mobil. Ada rasa kesal pada Mama nya yang tak mau mendukung ia berjuang demi Zahra.

Pak Herlambang tekesan mendengar Danu menyebut asma Allah. Rupanya virus cinta seorang Zahra bisa membuat putranya berubah.

Bab terkait

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Wanita terbaik

    Danu mulai terdiam sambil bersandar di jok mobil menyapukan kedua telapak tanganya ke wajah tampan berhidung mancung itu. Mobil melaju lagi perlahan."Danu, Danu! Are you Oke?" Ternyata Ibu Herlambang memperhatikan gerak-gerik putra bungsunya itu. "Ya, I'm oke Ma," ucap Danu termenung mengusap wajahnya ia menatap keluar jendela."Den, wanita seperti Mbak Zahra itu sekarang langka lho, Den. Jangan sampai lepas," ucap Pak Kasno membuyarkan lamunan Danu. "Iya, Pak Kasno benar. Kebanyakan wanita sekarang suka sama laki-laki yang beruang, ganteng, dan mapan." Imbuh Pak Herlambang. Setuju dengan ucapan sopirnya."Duh, kalian ini kaum lelaki tak tau kah, cantik itu butuh uang. Apalagi kaya mama ini. Hidup tanpa uang, apa kata dunia?" timpal Ibu Herlambang memainkan cincin berlian di jari manisnya. "Lagian papa kenapa sih ngotot banget ngejodohin Danu sama Zahra? Kenapa nggak sama anaknya jeng Prita saja, si Hany. Dia lebih berkelas dan sesuai dengan Danu, she is model, beautiful, smart, d

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Nyonya Besar pusing

    Mercedez hitam membawa keluarga Herlambang memasuki pintu gerbang sebuah rumah besar. Pintu pagar sudah terbuka mobil masuk halaman rumah kemudian berhenti tepat di depan pintu rumah keluarga Herlambang setelah menempuh perjalanan cukup jauh sampailah mereka di istana keluarga Herlambang.Rumah besar berlantai dua bercat putih lengkap dengan kolam renang dan hiasan mewah. Di garasi berjejer empat mobil. Semua keluar dari mobil hitam yang berhenti tepat di depan pintu rumah bak istana itu lalu mereka masuk rumah kecuali Pak Kasno ia memarkirkan mobil ke garasi.Danu melangkah cepat mendahului orang tuanya. Melewati ruang keluarga tanpa menoleh sedikitpun. Mama dan Papa nya mengekor dibelakang dengan langkah gontai menuju ruang keluarga lalu duduk disofa."Eh, sudah pulang rupanya. Gimana lancarkan lamarannya?" tanya Anita isrti kakaknya Danu. Wanita seksi itu duduk santai disofa berbalut baju kurang bahan berwarna merah cerah, membaca majalah. "Yah,,, begitulah," ucap Ibu Herlambang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Flash back

    FLASH BACK ONKala itu papanya mengajak ketemuan pertama kali bersama Zahra dan Bapaknya di sebuah restoran, untuk membahas perjodohan mereka.Danu yang awalnya menolak berusaha berkilah mengarang alasan dengan berbagai cara agar tak jadi bertemu dengan Zahra. Berbagai alasan dilontarkan Danu saat hendak berangkat ke restoran tempat dimana sang papa berjanji untuk bertemu. Papanya membujuk Danu untuk mau bertemu dengan calon istrinya. Kata Papa untuk sekedar perkenalan dulu. Setelah bernegosiasi lama dan alot akhirnya Danu mau juga diajak bertemu dengan Zahra dan Bapaknya. Sampai direstoran Danu dibuat jenuh menunggu kedatangan calon istri pilihan papa yang akan dijodohkan dengannya. Danu marah, kesal, sewot saat menunggu kedatangan mereka. Papanya menyuruh Danu untuk sabar menunggu Danu pun menurut papanya. Hampir saja Danu pergi meninggalkan restoran karena jemu menunggu lama. Akhirnya Zahra dan Bapaknya datang. Meminta maaf karena terlambat. Danu yang tadinya marah, kesal, da

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-31
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Obat rindu

    POV ZAHRA Aku termenung dikamar ini menatap keluar jendela. Sesekali kulihat bingkisan mewah dari keluarga Mas Danu. Orangtua laki-laki itu kini benar-benar resmi melamar ku untuk putranya. Sebenarnya ada rasa kecewa dalam diriku pada Bapak. Kenapa harus berhutang pada keluarga Mas Danu? Hingga membuatku harus menanggung semua ini. Sedang aku belum lama berada dirumah ini, baru saja 4 bulan dirumah ini. Aku masih rindu Emak. Malah sekarang aku sudah resmi dilamar Keluarga sahabat Bapak. Apalagi Mas Danu itu sama sekali bukan tipeku. Meskipun dia bergelimang harta dan tampan rupawan, dua kriteria laki-laki yang biasa diincar kaum wanita masa kini. Tapi, aku Mutiara Azahra, tak sedikitpun terpikat oleh kekayaan yang dimiliki keluarga Mas Danu. Bukannya semua itu cuma titipan? Dan bisa lenyap kapan saja Jika Allah menghendaki.Tak munafik juga, ku akui hidup ini butuh uang, harta, tahta, dan yang lainya. Tapi apakah cukup itu saja? Buat apa kekayaan di dunia ini bila hanya di sombon

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Langkah awal Danu

    POV DANUTanpa terasa air mata ini menetes saat ku mengenang kembali kisah hijrahku. Dikamar dengan fasilitas lengkap ini ku bersandar memeluk guling. Ah,,, apa ini aku 'kan laki-laki tak boleh cengeng. Azdan Maghrib sayup sayup terdengar. Segera ku bangkit tak terasa lama juga aku bersandar tadi.Aku harus bersiap siap untuk shalat Maghrib.Ah tapi aku ingin menelpon Zahra dulu ingin bertanya langkah apa yang akan ku ambil. Aku tak boleh buang-buang waktu hari ini sudah masuk dalam hitungan hari untuk memenuhi syarat mahar bidadari ku. "Aaarrggh," Ku acak rambut melampiaskan kebingungan ini duduk di spring bed. Aku harus bagaimana dulu? "Telpon nggak. Telpon nggak telpon." Menghitung 5 jariku. Telpon. Yah aku telpon Zahra saja timbang mati penasaran.Segera ku raih ponsel yang ada diatas spring bed ku buka pola ponsel kemudian mencari kontak Zahra. Kuhubungi bidadari itu."Tut, tuuut." Suara khas telepon tersambung dibalik ponsel . "Nyambung." Menempatkan ponsel di dekat telinga

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Jangan Menangis Ma (9)

    POV Danu"Kalau Zahra tak mencintaiku, kenapa dia mau dijodohkan dengan ku, Ma?" Hati kecilku ikut bertanya."Lho, jangan tanya sama mama dong, mama bukan Zahra." Mama mengacak rambutku yang sedikit basah."Bangun, rambut kamu basah Danu!" Kini mama mendorong paksa bahuku berusaha membuatku bangun."Bisa aja 'kan, Ma Zahra itu nurut sama orangtuanya hingga mau nerima perjodohan ini." Asal tebak saja lalu bangun dari rebahan di paha mama duduk bersila diatas spring bed dengan bedcover berlogo Manchester united. "Kamu nggak mengharapkan Zahra cinta sama kamu?" Kini mama menatapku lekat.Ah, mama ini nanya yang lain kek."Heem." Ku ambil guling dan memeluknya. Mama memperhatikan tingkahku dengan seksama. "Kamu nggak mengharapkan Zahra mencintaimu?" tanya mama lagi. Kenapa mama nanya begitu sih, bukanya kasih semangat. Mama sebenernya merestui beneran apa cuma pura-pura? "Harapan itu pasti ada, Ma. Cuma aku nggak mau maksa Zahra mencintaiku." Hatiku lumayan galau, rasanya kaya digant

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Donal bebek kalah pamor( 10)

    Aku bernyanyi sambil berteriak melampiaskan rasa yang ada dihati ini, untung saja bangunan rumah ini kokoh, kalau tidak sudah gubrak, karena efek suara teriakan lagu yang ku nyanyikan menggema seperti memakai sound system dengan volume high.Mama kini menutup telinganya sambil memerintahkan padaku untuk berhenti. Setelah puas melampiaskan isi hati, ku jatuhkan tubuh ini di atas spring bed, seperti orang pingsan yang tak bisa menopang sendiri badannya. Tubuhku terhempas cukup keras, tapi nggak sakit tentunya.Napas terengah-engah, tangan ku telentang. Ah, lumayan cukup bisa mengurangi beban yang ada dihati ini. Bola mataku mengerling mencari sosok mama. Rupanya beliau masih duduk di atas spring bed tempat tidur ternyaman ku kini tangannya sudah tidak menutupi telinga. "Benar-benar gila kau, Danu!" umpat mama menggeleng kepala, tangannya menepuk kening gaya khas ala capek deh."Akan lebih gila jika aku hidup tanpa Zahra, Ma." Aku langsung bangkit dari rebahan."Mama, pliiiiissss deh

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-26
  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Shalat yuk (11)

    "Papa ini, malah ngejek mama. Bukan-nya jawab pertanyaan mama," rutuk ibu Herlambang kesal. "Sudah papa bilang, habiskan dulu makanan mama, baru nanti kita bicara," tegur pak Herlambang halus."Iya, iya," jawab Ibu Herlambang menghabiskan makanannya. Ibu Herlambang menyantap makan malamnya dengan raut wajah masam, tapi bibirnya sudah tidak maju seperti bibir tokoh kartun berkarakter bebek. "Eh, Ma. Tadi mama bilang Danu sholat 'kan. Wah, berarti sudah mulai ada perubahan pada Danu, Ma," Pak Herlambang membuka pembicaraan lagi."Katanya tadi kalo makan jangan sambil ngobrol. Kenapa sekarang malah papa ngajak ngobrol mama?" Ibu herlambang fokus menyantap makanannya tanpa memandang suaminya sedetikpun.Bagai senjata makan tuan saat pak Herlambang mendengar jawaban istrinya. Ia hanya tersenyum menyadari bahwa sang istri melakukan serangan balik terhadap nya."Sudahlah, ku biarkan saja mama begitu," gumam Pak Herlambang dalam hati sambil memilih buah yang ada di keranjang mengambil buah

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-27

Bab terbaru

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Pelajaran berharga

    Mau tak mau Danu harus menimba air sumur untuk mengisi bak mandinya. Beberapa kali ia menimba air membuatnya berkeringat, maklum saja dia tak pernah susah selama ini. Usai mengisi bak air, Danu beristirahat sejenak sambil mengusap peluh yang mengucur di dahinya. "Capek nya ngisi bak air mandi. Coba aja di kamar mandi kamarku, tinggal puter langsung mancur," keluhnya lirih. Ia duduk sejenak di teras dapur sambil melepas kaosnya. Danu berpikir sejenak. "Baju ini kalo kotor mau nggak mau, aku yang nyuci juga," pikirnya. Danu menepuk jidatnya. "Sib, nasib! Gini amat sih, mana semuanya masih manual," gerutunya dalam hati. Tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya dari belakang. "Katanya mau mandi, kok masih duduk disini?" Suara Pak Husen mengejutkan Danu. Ia spontan menoleh. "Eh, Bapak. Kaget saya." Danu mengusap dadanya yang putih mulus. "Kenapa belum mandi juga?" "Anu, Pak ... saya istirahat dulu, capek nimba air," ungkap Danu nyengir kuda. Pak Husen tertawa mendengar ungkapan Danu.

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Demi kamu, Zahra

    "Ayo masuk, Mas Danu," ajak Pak Husen. "Baik, Pakde, Simbah," Danu bingung hendak memangil dengan sebutan apa. Pak Husen menyunggingkan senyuman lalu menepuk pundak Danu. "Le, nggak usah takut, gugup, ataupun bingung. Panggil saya Bapak, atau Pak'e dan istri saya panggil saja Simbok atau Mbok'e, karena mulai hari ini, kamu sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami disini." Laki-laki setengah abad itu berbicara dengan santai dan mantap, penuh karismatik. "Le, ayo barang-barangnya dibawa masuk ke kamarmu, sudah Simbok siapkan," Ibu Aminah keluar memanggil Danu. Danu menoleh kepada ibu Aminah, wanita berbusana khas Jawa itu berusaha menarik koper Danu, namun Danu langsung refleks membantunya. "Biar saya aja, Mbok ... ini berat," ucap Danu meraih kopernya. Pak Husen menatap istrinya dan pemuda kota itu sambil mesem ngguyu. Danu dan Ibu Aminah berjalan menuju sebuah kamar yang sudah dipersiapkan oleh ibu Aminah. "Ini kamarmu, Le. Bajunya bisa dimasukkan ke lemari sini," ucap wanita it

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Jadi anak desa

    Danu masih bertanya-tanya mengapa Pak tua, dihadapannya ini seperti bisa melihat masadepan. Sepertinya beliau bukan orang sembarangan. "Tidak usah bingung. Ayo istirahat lagi." Pak Husen bangkit dari duduknya lantas berlalu meninggalkan Danu. Danu termenung menelaah setiap ucapan laki-laki setengah abad itu. "Ah, sudahlah. Mungkin memang beliau punya kelebihan. Lebih baik aku tidur saja." Danu memutuskan untuk tidur lagi. ***Adzan Subuh berkumandang, Danu terbangun dari istirahat malamnya, ia segera menuju kamar mandi yang terletak diluar rumah. Suasana masih gelap, lagi-lagi Danu harus menimba air. "Sudah bangun, Mas," Suara wanita mengejutkan Danu. Danu berjingkat mendengar suara itu. "Eh, Ibu. Iya, saya sudah bangun. Mau solat subuh," ucap Danu kepada wanita itu. Ia membawa sebuah periuk berisi beras. Ia menunggu Danu selesai menimba air, lantas iapun menimba air hendak mencuci beras. Danu mengamati kegiatan bundenya Pak Kasno itu sambil berwudhu. Pak Husen datang dari ar

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Jungkir balik dunia Danu

    Adzan Maghrib berkumandang. Lagi, Danu meminta menepi lagi di sebuah masjid dan menunaikan shalat berjamaah. Usai shalat Danu berdo'a. "Ya Allah, kumohon, berilah aku kemudahan untuk menjalani semua ini, bimbinglah aku menuju apa yang ingin ku capai, tuntun aku dalam menjalani semua ini, hanya kepadaMu aku memohon pertolongan." Danu khusyu sekali berdo'a. Pak Kasno dan Papanya menunggu Danu selesai berdo'a, lalu mereka melanjutkan lagi perjalanan mereka. Perut keroncongan membuat mereka menepi kembali mencari tempat istirahat dan makan malam di sebuah warung kaki lima. Pak Herlambang tak kikuk saat diajak makan di kaki lima, benar-benar sosok yang patut di contoh. Penampilan Pak Herlambang yang sederhana, meskipun ia bisa dibilang sultan, namun ia tak malu ataupun gengsi makan di kaki lima. "Masih jauh enggak, Pak?" Danu bertanya perihal jarak yang hendak ditempuh sesaat usai menikmati santap malam."Mungkin sekitar jam sembilan malam, kita baru sampai, Den." Pak Kasno menjawab sam

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Misi Cinta B

    Sementara itu, Pak Herlambang dan Danu masing-masing menyiapkan diri. Danu bersiap dengan apa-apa yang ia perlukan. Sementara itu, papanya menyiapkan sejumlah uang yang akan diserahkan kepada pakdenya Pak Kasno. Danu menghampiri Bi Surti yang sedang menyiapkan baju-baju nya dikamar."Bi, banyakin celana pendek, sama kaos, ya," pinta Danu. "Iya, Den. Tapi kenapa harus bawa baju jelek si, Den? Emang mau nggarap proyek apa selama 3 bulan?" Bi Surti yang penasaran akhirnya bertanya. "Nggarap proyek cinta, Bi." Danu terkekeh sendiri. "Proyek Cinta? Apa ada?" Bi Surti bermain dengan pikirannya sendiri. Danu membawa serta gitar kesayangannya, tak lupa ia membawa perlengkapan yang ia butuhkan. Setelah semua baju dan perlengkapan terkemas rapi, Danu segera menggiring kopernya turun kelantai bawah, Bi Surti mengekor dibelakang Danu. "Bi, jangan bilang-bilang sama mama, ya ... kalo saya pergi selama tiga bulan," ucap Danu berpesan kepada ART-nya. "Beres, Den. Aman pokonya. Yang penting Ad

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Misi Cinta A

    Danu menghentikan suapan makan siangnya lalu meraih gelas berisi air mineral. "Masa harus ganti hape segala, Pak?" Danu setengah protes. Pak Kasno menghela nafas lalu menjelaskan alasannya. "Begini, Den, di desa tempat tinggal pakde saya itu, rata-rata pemuda-pemudi nya dari kalangan menengah kebawah. Nah, kalo mereka lihat pemuda seperti Aden, wah bisa jadi Aden nggak bakalan jadi nanem padi, Aden jadi selebriti dadakan di kampung." Pak Kasno memberi penjelasan. "Kenapa bisa begitu, Pak?" Danu penasaran tentang keterangan Pak Kasno. "Mungkin yang pak Kasno maksud itu sebaiknya kamu menyamar menjadi umumnya seperti muda-mudi di kampung itu," Pak Herlambang ikut menjelaskan sambil mengupas jeruk untuk cuci mulut. Danu hening, berpikir sejenak. "Hem, jungkir balik beneran ini mah. Tapi mau gimana lagi, demi Zahra," batin Danu. "Okelah kalo begitu. Nanti kita sambil berangkat ke desa pakdenya Pak Kasno sambil beli ponsel baru saja, sekalian ganti nomor juga, biar aku tenang. Soal

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Titik terang B

    Danu berpikir sejenak, "Wah, sepertinya ini jawaban atas do'aku, secepat ini ku mendapat jalan keluar, sungguh Allah Maha tahu apa yang aku butuhkan." Danu mengulas senyum menanggapi sang Papa. "Danu si, mau-mau aja, Pa. Yang penting bisa segera menanam padi. Waktunya makin sempit. Mumpung mama lagi liburan juga, jadi Danu bisa aman dari mama." Danu antusias dan sumringah. "Nah, maka dari itu, mumpung mamamu masih liburan, sebaiknya kita segera menuju desa tempat tinggal pakdenya Pak Kasno, biar kamu bisa segera menjalankan misimu," usul Pak Herlambang. "Wah, Papa briliant banget. Danu setuju, Pa. Kapan kita berangkat? Kalo bisa secepatnya, ya" Danu memohon kepada sang Papa. Pak Herlambang tertawa melihat putranya begitu semangat. "Ya sudah, kapan maumu berangkat kesana?" tanya Pak Herlambang sambil menepuk pundak putranya. Danu berpikir sejenak sambil menghitung hari yang tersisa. "Kalo bisa hari ini, Pa. Waktuku tekor terus kalo diundur-undur," Danu menoleh papanya. Pak Herl

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    Titik terang A

    Perjalanan pulang hari ini sungguh membawa oleh-oleh rasa gembira tiada tara dihati seorang Danu Herlambang, wajahnya nampak berbinar apalagi setelah berpamitan dengan Simbah Danu memperoleh do'a terbaik dari kakeknya Zahra. Ditambah pula dengan iringan senyuman manis Bidadari hatinya membuat Danu semakin melambung ke angkasa cinta. "Hati-hati dijalan, Mas. Kalo sudah sampai segera kabari, ya," ucap si Bidadari berjilbab coklat susu. "Insyaallah, Zahra akan segera ku kabari," ucap Danu sambil masuk ke mobil yang sudah ia keluarkan dari garasi milik Simbah Zahra sebelumnya. Lambaian tangan keluarga Zahra mengiringi kepergian Danu. Laki-laki itu dimabuk asmara lagi, asanya mengembara jauh di pulau bunga cinta. Benih asmara dihatinya makin hari makin tumbuh subur meskipun nyatanya cinta yang ia miliki belum berbalas. Ia hanya yakin bila Zahra itu benar-benar jodohnya Allah pasti akan mempermudah untuk menuju halal. ***** Danu sampai di istana Keluarga Herlambang, tepat ba'da Dzuhur.

  • Di balik Mahar Sepiring Nasi Goreng Seafood    laki-laki dermawan B

    "Ah, benar dia Zahra," batin Danu. Ia berjalan mendekat. "Ehem, boleh aku bantu?" sapa Danu dari jarak 2 meter. Zahra terperanjat, lalu menoleh sumber suara. "Eh, Mas Danu. Nggak usah, Mas. Ini sudah mau selesai," tolak Zahra halus, ia menundukkan pandangannya."Ini, sayuran apa namanya?" Danu mencoba mengajak Zahra ngobrol sambil sesekali mencuri pandang ke wajah ayu bidadarinya. "Ini, namanya daun singkong, Mas," jawab Zahra seperlunya. Danu manggut-manggut sok paham, padahal ia sama sekali tak mengetahui sayuran itu. Yang ia tahu hanya sayuran yang sering dimasak oleh asisten rumah tangganya dirumah. "Permisi, Mas. Ini sudah cukup, Zahra masuk duluan, mau masak sayur ini," pamit Zahra berlalu sambil menundukkan pandangannya berjalan membelakangi Danu menuju kedapur. Tangan Danu berusaha menahan agar Zahra tak pergi. Namun, yah hanya sebatas gerakan tak menyentuh sedikitpun tubuh Zahra, bahkan bayangannya juga. Danu menurunkan perlahan tangannya yang hendak meraih Zahra. "Hh

DMCA.com Protection Status