Share

Chapter 90

last update Last Updated: 2021-06-26 00:21:28

Redita menatap bayangan dirinya di cermin. Sekarang ia sudah siap, siap untuk diambil sumpah dokternya dan kemudian siap untuk kemudian pergi dari semua ini. Ia menghela nafas panjang, bergegas melangkah keluar dari salon yang merias wajahnya pagi ini guna menemui Adnan yang sudah menantinya di dalam mobil.

Adnan tertegun menatap sosok yang masuk ke dalam mobilnya itu. Tidak salah bukan kalau kemudian ia jatuh cinta dengan sosok itu? Adnan tersenyum begitu manis, dibelainya lembut. Redita merasakan hatinya teramat pedih. Apakah Adnan tidak merasa bahwa setelah semua ini selesai maka isterinya ini akan segera pergi dari hidup Adnan? Apakah ia tidak merasa bahwa ini adalah saat-saat terakhir Redita bersama sosok itu?

“Kamu cantik sekali, Sayang!” puji Adnan tulus.

Redita tersenyum, ia berusaha menekan semua perasaan hancurnya yang sejak beberapa hari ini menyiksanya dengan begitu luar biasa. Kuatkah ia melewati semua ini setelah ia pergi? Apakah hidupnya akan l

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Di Ujung Senja   Chapter 91

    “Kira-kira nanti kita ketemu di mana? Kamu ada nomornya, Sayang?” tanya Arra sambil mengunyah sandwich isi tuna yang tadi ia beli di minimarket. Mereka sudah dalam perjalanan menuju Solo, hendak menemui sosok itu guna membatalkan semua perjanjian gila yang sudah Aldo dan sosok itu sepakati. “Nah itu, aku sendiri tidak tahu harus mencari kemana, yang jelas kita sampai Solo nanti acara sumpah dokternya sudah selesai bukan?” Edo tersenyum kecut, ia sama sekali tidak tahu kemana nantinya akan mencari sosok Redita itu, ia tidak punya nomor handphone atau alamatnya. “Lha terus nanti gimana?” Arra melotot, bagaimana bisa ketemu orangnya kalau begini? Ia pikir tunangannya itu sudah tahu setelah ini harus kemana untuk menemui sosok itu, rupanya Edo malah belum tahu? “Sayang,

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 92

    Edo membelokkan mobilnya masuk ke dalam halaman gedung RSUD tempat sang papa dan calon papa mertuanya dinas. Ia harus segera mungkin menemukan sosok itu, menyelesaikan masalah ini dan hidup tenang tanpa bayang-bayang rasa bersalah yang menghantui dirinya karena sudah bersikap tidak adil pada sang papa.Dengan tergesa Edo bergegas turun dari mobil begitu ia beres parkir. Begitu pula dengan Arra. Satu tempat yang langsung akan mereka tuju adalah poli penyakit dalam, ruang praktek papa Arra, karena tidak mungkin kalau mereka menuju ruang praktek papa Edo, bisa runyam. Mereka terus melangkah menuju poli penyakit dalam, menyusuri lorong rumah sakit sambil sedikit was-was kalau terlihat oleh Adnan.“Sus, Dokter Yudha masih di ruangan? Atau sedang visiting?” tanya Arra pada beberapa perawat yang ada di nurse station beg

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 93

    “Benerdi sini?” Edo mengerutkan keningnya, mereka sudah berhenti di depan sebuah kost puteri yang ada di belakang perguruan tinggi negeri di kota Solo itu. Ia tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Edo sedikit ragu, pasalnya ini kost khusus puteri dan ada tulisan tamu laki-laki dilarang masuk, padahal selama ini papanya tidak pernah pulang kerumah, masa iya sih papanya tidur di sini? Sangat tidak mungkin! Namun tidak ada salahnya mencoba mencari tahu, siapa tahu mereka bisa menemukan sosok itu di sini ataupun data perihal dirinya di rumah kost khusus puteri ini.“Bener Sayang, ini tempatnya.” Arra membaca lagi pesan WhatsApp yang dikirimkan sang papa, memang ini nama rumah kost yang dihuni Redita, calon mama mertuanya.“

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 94

    Arra dan Edo melangkah keluar dari gedung fakultas kedokteran universitas negeri kota Solo itu dengan langkah lunglai. Pihak kampus hanya punya alamat Redita yang di Semarang, nomor telepon yang dulu ia daftarkan bahkan sudah tidak aktif, begitu pula dengan nomor telepon rumah. Hanya alamat yang ada di Semarang yang Arra dan Edo dapatkan dari gedung fakultas dan bagian kemahasiswaan.“Coba ke Semarang? Mungkin dia langsung pulang ketika selesai di sumpah tadi,” guman Arra ketika mereka sudah kembali dari bagian kemahasiswaan guna mencari data dan alamat rumah Redita.“Boleh deh, ini hari terakhir dan kita nggak boleh sia-siakan kesempatan terakhir ini, Sayang. Tapi kamu nggak apa-apa ikut sampai Semarang? Atau mau aku antar pulang?” tawar Edo yang tahu betul pasti gadisnya ini lelah sejak tadi pagi be

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 95

    “Redita? Maaf kami sudah tidak ingin lagi membahas tentang anak itu,” guman wanita paruh baya itu tegas yang sontak membuat Edo dan Arra melonjak kaget, mereka saling pandang sejenak, hinnga kemudian Arra yang memberanikan diri bersuara.Ini benar rumah keluarga Redita, bukan? Kenapa tanggapan mereka malah seperti ini?“Maaf, tapi kenapa? Hari ini kan Redita sudah sah jadi dokter, sudah diambil sumpah jabatannya, apakah dari pihak keluarga tidak tahu?” Arra benar-benar tidak mengerti, sebenarnya apa yang terjadi?“Oh dia masih lanjut sekolah dokternya yang mahal setengah mati itu ya? Uang dari mana?” wanita paruh baya itu malah balik bertanya, membuat Edo dan Arra makin kebingungan.

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 96

    Arra menyeka air matanya, nampak Edo juga melakukan hal yang sama, menyeka air mata yang menitik setelah mendengar semua cerita yang keluar dari Mbah Tumiyem itu. Arra meraih iPhone miliknya, menghentikan record yang sejak tadi hidup dan merekam semua cerita yang wanita renta itu kisahkan kepada mereka.Arra tampak mengetik sesuatu pada ponselnya, dan mengirimkan voice record itu pada seseorang yang seharusnya ikut hadir di sini bersama mereka, siapa lagi kalau bukan Aldo? Aldo harus dengar ini semua, ya ... dia harus tahu.***Aldo tengah istirahat ketika ponselnya berdering, ia merogoh ponsel di sakunya dan mendapati ada pesan masuk dari Arra. Wajah Aldo berbinar, ia berharap kabar bagus lah yang Arra sampaikan via pesan itu, karena jujur sejak tadi perasaan dan hati

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 97

    Sudah banyak waktu mereka terbuang dengan hanya duduk di depan ruang OK itu. Belum ada tanda-tanda bahwa operasi selesai. Pintu itu masih begitu dingin dan kaku. Membuat Edo rasanya benar-benar ingin berteriak-teriak agar sang papa keluar dari sana.Namun apa mungkin? Yang ada dia akan diamankan dan dibawa security ke pos jaga dan diberi rujukan ke pskiater. Tidak .... tidak! Berteriak-teriak agar sang papa segera keluar itu bukan solusi yang tepat.Tampak Edo begitu tegang, Arra hanya menghela nafas panjang sambil memepuk pundak tunangannya dengan lembut. Edo menoleh, di tatapnya gadis yang selama ini setia menemani suka-duka ya itu."Sabar ya, doakan saja papa segera keluar dan kita bisa segera bicara dengan papa soal apa yang terjadi." guman Arra lirih berusaha menenangkan Edo dari ketegangna yang meliputinya sejak pulang dari Semarang tadi.Edo mengangguk pelan, diremasnya dengan lembut tangan Arra. Rasanya begitu damai berada di sisi Arra, membuat Ed

    Last Updated : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 98

    "PA ... TUNGGU!"Arra dan Edo bergegas memburu Adnan yang setengah berlari menuju parkiran itu. Hati Edo benar-benar tidak tenang, ia harap Redita belum pergi, ia harap semua ini belum terlambat dan sang ayah bisa berbahagia dengan sosok yang begitu ia cintai itu.Adnan langsung masuk ke dalam Land Cruisser miliknya, begitupula Edo, ia langsung masuk ke dalam mobil guna mengejar sang ayah yang tampak sangat panik itu. Sungguh semua ini diluar prediksi mereka! Sama sekali tidak pernah mereka bayangkan semuanya akan seperti ini.Arra hanya membisu tanpa banyak bersuara, ia tahu siatuasi begitu genting dan mendebarkan. Diliriknya Edo yang tampak pucat pasi dan berkeringat dingin itu. Arra hanya menghela nafas panjang, ia harap semua baik-baik saja dan masalah ini bisa sege

    Last Updated : 2021-06-26

Latest chapter

  • Di Ujung Senja   Extra Part 15

    Redita hendak kembali pulang selepas jaga malam pagi itu ketika ia mendapati Land Cruisser yang ia tahu betul adalah milik sang suami sudah terparkir di halaman parkir rumah sakit. Tak beberapa lama sosok itu turun dari mobil, tersenyum begitu manis ke arahnya.Rasanya Redita ingin berlari dan menjatuhkan diri di pelukan sang suami kalau saja mereka tidak sedang berada di halaman rumah sakit saat ini. Jadi Redita sekuat tenaga menahan keinginannya untuk melakukan hal itu, ia melangkah perlahan mendekati sang suami yang tersenyum begitu lebar ke arahnya.“Hai suamiku,” sapa Redita lalu mengulurkan tangannya, bergegas mencium punggung tangan Adnan begitu uluran tangannya terbalas.“Hai juga isteriku, kamu tampak lelah. Bisa kita pulang sekarang? Aku rindu dengan jagoan kecilku.”Redita sontak mencebik, ia memanyunkan bibirnya yang sukses membuat Adnan terkekeh melihat perubahan wajahnya itu.“Jadi pulang cuma kangen sama

  • Di Ujung Senja   Extra Part 14

    Beberapa hari kemudian ... “Dokter!” Redita setengah berlari mengejar langkah dokter Ricard, beliau adalah dokter bedah yang bertanggung jawab pada sang nenek pasca operasi kemarin. Dan hari ini adalah visiting terakhir, bukan? Kondisi sang nenek sudah lebih baik, dan itu artinya dia sudah boleh pulang. Untuk itu Redita ingin melihat wajahnya, mungkin untuk terakhir kalinya dia bisa melihat wajah-wajah yang dulu menorehkan luka dengan begitu dalam di relung hati Redita itu. “Ada apa, Re?” tanya dokter Richard yang tampak mengerutkan kening melihat Redita berlari-lari menghampirinya itu. “Boleh saya ikut visiting, Dok?” mohon Redita dengan nafas terenggah-enggah. “Tentu boleh, bukan kah pasien itu pertama kali datang kamu yang pegang?” tampak dokter Ricard tersenyum, ia sudah hendak kembali melangkah ketika kemudian tangan Redita mencekal tangan dokter Richard, mencegahnya melangkah lebih jauh. “Dok, tunggu sebentar!” Dokter Ric

  • Di Ujung Senja   Extra Part 13

    Redita tersenyum menatap sosok itu yang masih terbaring tidak sadarkan diri. Beberapa alat medis masih menempel di tubuh renta itu. Ia sudah berhasil melewati masa kritisnya, tinggal menanti dia kembali sadar dan kondisinya pulih.Redita meraih tangan berkeriput itu, meremasnya perlahan dengan hati yang teramat pedih. Bayangan masa lalu dimana sosok itu dengan tangan yang saat ini Redita genggam, sering menamparnya, menjewer telinga Redita sampai memerah, mecubit pahanya sampai memar membiru dan terkadang memukul kakinya dengan gagang sapu. Belum lagi, mulut yang sekarang terpasang ventilator itu, dulu begitu pedas tiap mengata-ngatai dirinya, mencaci-maki Redita yang bahkan dulu masih begitu kecil dan tidak paham apa-apa.Redita menghela nafas panjang, berusaha melupakan semua itu meskipun rasanya begitu sulit dan tidak semudah yang ia katakan. Redita melirik jam dinding, sudah pukul setengah enam, ia bergegas merogoh saku snelli-nya, mengambil masker medis yang

  • Di Ujung Senja   Extra Part 12

    "Iya Sayang, stok ASIP Adta sudah ready banyak di kulkas, jangan khawatir ya." Redita tersenyum, malam ini ia harus jaga IGD sampai besok pukul tujuh pagi. Dan Adnan sudah ribut khawatir dengan Adta katanya."Benar? Apa perlu aku balik ke sana sekarang?"Sontak Redita tertawa, ah lebay sekali bapak tiga orang anak itu? Sebelum mereka kembali bertemu, toh Adta baik-baik saja jika dia ada jaga malam, kenapa sekarang dia jadi begitu khawatir?"Sudah, tenang saja! Jagoan kecil kita aman dan akan baik-baik saja, Sayang." guman Redita lirih, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua akan baik-baik saja."Yasudah, kabari aku terus ya. Aku benar-benar khawatir dengan kalian berdua."Redita tersenyum, hatinya berbungga-bungga mendengar nada kekhawatiran itu meluncur dari bibir sang suami. Rasanya ia begitu bahagia mendengarnya. Bagaimanapun, setua apapun laki-laki yang menjadi suaminya ini, dia benar-benar sosok yang begitu peduli dan penyayang. Ah ... sung

  • Di Ujung Senja   Extra Part 11

    Adnan tersenyum ketika mendapati panggilan dari nomor itu, nomor yang ia tunggu untuk memberinya kabar perihal perkembangan pendaftaran itsbat nikahnya. Semoga semuanya lancar dan tidak perlu waktu lama ia bisa mendaftarkan pernikahannya dan memperoleh apa yang sudah ia janjikan kepada sang isteri sejak dulu.“Halo, gimana Fan?” tanya Adnan yang sudah sangat tidak sabar itu.“Berkasnya sudah masuk, Dok. Sudah diurus sama isteri saya, nanti tinggal tunggu kabar persidangannya saja ya, Dok.”Wajah Adnan makin cerah, senyumnya mengembang sempurna mendengar hal itu. Redita pasti akan sangat bahagia mendengar kabar ini, bukan? Impiannya untuk bisa segera memiliki buku nikah dan menikahi Redita secara resmi akan terwujud.“Baik, saya berterima kasih sekali padamu, Fan. Sampaikan ucapan terima kasihku pada isterimu juga, ya.”Adnan menyandarkan tubuhnya di kursi, hatinya tengah berbunga-bunga. Rupanya inilah kebahagiaan

  • Di Ujung Senja   Extra Part 10

    Adnan mematikan mesin mobilnya ketika ia sudah sampai di halaman rumahnya. Mobil Edo dan Arra masih ada, itu artinya dia masih di sini, belum kembali ke Jogja dan Arra belum balik ke rumah Yudha. Ya ... memang seperti itu, bukan? Selama Edo masih harus pendidikan di Jogja, Edo harus terpisah dari sang isteri karena Arra sudah dinas di salah satu rumah sakit swasta di Solo dan sebuah klinik. Jadi lah tiap Edo di Jogja Arra lebih memilih pulang ke rumah orang tuanya karena di rumah Adnan ini ia merasa kesepian.Adnan bergegas turun, melirik arlodjinya dan masuk ke dalam rumah. Sudah pukul setengah lima. Bisa lah dia mandi besar dulu lalu sholat subuh dan bersiap berangkat ke rumah sakit. Adnan bergegas naik kelantai atas, hanya dapur yang sudah tampak menyala lampunya, yang artinya dua asistennya sudah sibuk menyiapkan sarapan dan melakukan pekerjaan lain.Adnan bergegas masuk ke dalam kamar, mandi dan bersiap sholat. Ia tersenyum menatap kamarnya itu. Kelak kamar ini ak

  • Di Ujung Senja   Extra Part 9

    “Aku pamit balik Solo dulu, Sayang. Jaga anak kita baik-baik ya?” Adnan mengecup kening sang isteri, kemudian beringsut mendekati Adta yang terlelap begitu nyenyak di dalam box-nya. Rasanya berat sekali Adnan hendak kembali, namun ia masih punya tanggung jawab, bukan? Terlebih sekarang ia punya tanggungan membiayai Adta, belum lagi Edo masih beberapa tahun lagi lulus PPDS-nya, ah ... itulah yang selama ini selalu membuat Adnan semangat tetap bekerja.“Mas hati-hati ya, kabari kalau sudah sampai Solo.” desis Redita lalu memeluk erat sang suami.Adnan hanya tersenyum, melepaskan Redita perlahan-lahan lalu mengecup keningnya perlahan. Hanya sekilas, karena kemudian kecupan itu turun mengecup bibir Redita penuh cinta, ya walaupun juga hanya sebentar.“Pasti, akan saya kabari selalu, Sayang!” Adnan tersenyum, kemudian meraih kunci mobil dan dompet yang tergeletak di atas lemari Adta.Redita menyodorkan jaket milik Adnan, mem

  • Di Ujung Senja   Extra Part 8

    Edo bangkit dari ranjang, senyumnya merekah melihat betapa lelap Arra yang tubuhnya masih polos itu. Ia melirik jam dinding, sudah pukul satu dini hari dan papanya belum ada tanda-tanda pulang dari rumah mama tirinya itu? Padahal besok pagi dia harus dinas, bukan?Edo meraih baju-bajunya yang tadi ia lempar sembarangan ketika sudah tidak tahan lagi untuk menyentuh sang isteri. Siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh dengan lekuk indah dan kulit putih bersih itu? Dia laki-laki normal, jadi tentu lah ia langsung kalang-kabut begitu mendapati sang isteri sudah dengan lingerie warna merah itu.Dasar Arra, memang umurnya masih kecil, tapi ia sudah sangat matang rupanya, bahkan untuk urusan ranjang seperti ini. Ah Edo tidak salah pilih, bukan? Edo bergegas memakai kembali bajunya, meraih bungkus serta ‘benda’ bekas pakai itu dari atas nakas dari atas meja dan membuangnya ke dalam tempat sampah yang ada di kamar mandi.Ya ... meskipun dia dan Arra sudah m

  • Di Ujung Senja   Extra Part 7

    “Mas, katanya besok sudah dinas?” tanya Redita ketika sore itu Adnan belum ada tanda-tanda hendak balik ke Solo, ia malah menggendong Adta dan sama sekali tidak melepaskan bayi itu barang sedetik pun.“Ah, jadi kamu hendak mengusir suamimu sendiri?” Adnan mencebik, memang kenapa kalau besok dia sudah dinas?Redita terkekeh, kenapa jadi baper macam ABG kemarin sore sih suaminya ini? Ia mendekati Adnan yang tampak begitu bahagai dengan Adta yang berada dalam gendongannya. Kenapa rasanya bahagia sekali melihat betapa manis bapak dan anak itu ketika sedang seperti ini?“Bukan begitu Sayang, besok kan pasti masuk pagi.” Redita memeluk suaminya itu dari belakang, jendela kamarnya aman kok, meskipun tirai terbuka, tidak akan ada yang melihat apa yang mereka lakukan kecuali jika sengaja ingin mengintip.“Aku balik subuh boleh kan? Masih kangen sama kamu, sama jagoan kecilku ini.”Redita hanya tersenyum dan me

DMCA.com Protection Status