Share

Chapter 83

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-25 06:01:36

“Soal papa?”

Edo mengerutkan keningnya, raut wajahnya berubah serius, ia kemudian menarik sang adik duduk di kursi yang ada di dekat IGD, kursi yang masih kosong tentunya untuk menjaga privasi mereka bicara.

“Iya, soal papa, Kak. Kakak masih bersikeras menolak apa yang sudah menjadi pilihan papa?” tanya Aldo sambil menoleh menatap sang kakak yang duduk di sebelahnya itu.

Sebuah obrolan yang Aldo yakin akan mematik emosi dari sosok kakaknya ini. Namun untuk kali ini saja, Aldo harap Edo bisa mengerti dan mau diajak bicara baik-baik. Edo tampak menghela nafas kasar, ia melirik sang adik dan kemudian memijit keningnya dengan kesal.

“Beri kakak satu alasan kenapa kakak harus menerima apa yang sudah menjadi pilihan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Di Ujung Senja   Chapter 84

    “Bukan! Please jangan negatif thingking dulu, Kak. Tidak seperti itu!” tukas Aldo gemas, orang satu ini bisa nggak sih kalau nggak negative thingking sama orang?“Lantas? Kenapa dia mau meninggalkan papa?” tantang Edo emosi.“Aku yang minta, aku yang suruh dia pergi!” guman Aldo lirih, ia menundukkan wajahnya.“Apa? Tunggu!” Edo membetulkan posisi duduknya lalu menatap Aldo dengan serius, “Kamu yang minta dia pergi, lantas kenapa sekarang kamu bujuk kakak untuk menyetujui hubungan papa dengan dia, Al? Kakak tidak mengerti, Al!” guman Edo sambil memijit pelipisnya.“Awalnya aku juga sependapat dengan kamu, Kak. Aku temui dia beberapa bulan yang lalu, aku bicara baik-baik padanya, meminta dia pergi dari hidup papa,” Aldo menatap lurus ke depan, menatap parkiran yang tampak lenggang itu.“Dia bilang apa?” cecar Edo yang begitu penasaran.“Dia awalnya menol

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Di Ujung Senja   Chapter 85

    Adnan tersenyum ketika melihat Redita masih tergolek begitu pulas di balik selimutnya. Siapa suruh kemarin minta nambah? Adnan benar-benar heran, kenapa akhir-akhir ini Redita jadi semakin manja dan semakin menempel dengan dirinya? Adnan sudah begitu rapi dengan celana bahan dan kemeja warna biru itu. Ia kemudian melangkah mendekati Redita yang masih pulas di balik selimut itu.Adnan duduk di tepi ranjang, membelai lembut wajah itu lalu mengecup kening sang isteri. Kenapa Adnan bisa secinta dan sesayang ini kepadanya? Ia masih sangat ‘bocah’ Adnan tahu betul itu, seumuran anaknya bukan? Tapi kenapa Adnan bisa begitu sangat mencintai sosok itu?“Sayang, saya berangkat dulu ya! Baik-baik selama saya kerja.” bisik Adnan yang tidak mau menganggu tidur sang isteri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Di Ujung Senja   Chapter 86

    Aldo menghela nafas panjang, ia sudah duduk di dalam pesawat, kenapa perasaanya sedikit tidak enak? Apa yang membuat ia sedikit ragu untuk berangkat tugas hari ini? Apakah karena tujuan utamanya datang ke sini belum ia lakukan? Apakah rasa bersalahnya sudah meminta sosok itu pergi yang membuat Aldo jadi tidak enak dan enggan untuk pergi?Pesawat sudah membawanya melintas di atas hamparan laut biru. Ia menatapnya dari jendela tempat ia duduk. Sediki perasaan berdosa menyeruak dari dalam hatinya. Bagaimana kalau kemudian sosok itu terlanjur pergi? Apa yang kemudian akan terjadi pada ayahnya? Hancur untuk yang kedua kali? Anak macam apa dia ini?Aldo memijit ujung hidungnya dengan gemas, kenapa ia bisa sejahat ini pada sang papa? Kenapa ia bisa seegois ini dan menyiksa satu-satunya orang yang bahkan sudah berkorban banyak untuk kehidupannya itu?“Maafkan Aldo, pa!”Aldo kembali menatap hamparan laut, dalam hati ia terus berdoa semua Tuhan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Di Ujung Senja   Chapter 87

    “Sudah siap untuk besok?” Adnan memeluk dari belakang sosok yang tengah membuat secangkir teh hangat di dapur itu.Redita tertegun, matanya sudah memanas. Ia hanya mengangguk pelan sambil kembali fokus menuangkan gula dan air panas ke dalam cangkit itu. Tentu, pasti yang suaminya itu bahas adalah perihal sumpah dokternya, bukan? Tentu dia sudah siap, termasuk siap untuk pergi setelah itu sesuai dengan pernjanjian yang sudah ia buat dengan Aldo.“Nanti saya akan usahakan kamu agar tetap internship di kota ini, Re. Dulu Edo bisa saya usahakan, dan untukmu juga akan sama, akan saya usahakan juga.” Bisik sosok itu lirih, sebuah bisikan yang mampu membuat hati Redita begitu pedih.Redita merasakan hatinya mencelos, jujur rasanya ia ingin menangis seja

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Di Ujung Senja   Chapter 88

    Aldo menatap langit yang menghitam itu, rasanya ia ingin pergi, lari guna menyelesaikan masalahnya. iPhone sudah masuk kembali ke dalam kantong, meninggalkan secercah perasaan ragu yang menyeruak luar biasa di dalam hatinya. Kenapa perasaan Aldo tidak enak? Apa yang kemudian akan terjadi? Aldo mencoba mengusir jauh-jauh perasaan tidak enak itu dari dalam hatinya, tidak ada hal buruk yang boleh terjadi. Tidak boleh!Namun hal buruk yang seperti apa Aldo sendiri tidak tahu! Aldo merogoh saku celananya, mengeluarkan bungkus rokok dan korek yang selalu ia bawa kemana-mana. Hanya ketika di sini lah ia berani merokok, di rumah? Mana berani! Punya bapak dan kakak seorang dokter terkadang cukup merepotkan. Aldo menyalakan dan menyesap rokok itu dalam-dalam, ia memejamkan matanya sejenak. Membiarkan nikotin dalam rokok i

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • Di Ujung Senja   Chapter 89

    Edo mengernyit ketika jarinya selesai dijahit. Memang di anestesi, hanya saja tetap terasa bukan benang itu ditarik-tarik menembus kulitnya? Ia menatap nanar jarinya yang sudah bersih dari darah itu. Pikirannya fokus ke Arra, ia khawatir pada gadisnya itu. Arra baik-baik saja bukan? Arra memang sudah mahir membawa mobil sendiri, hanya saja jujur Edo sebenarnya khawatir jika Arra harus pulang ke Solo dengan menyetir sendiri macam tadi. “Dok, sama dokter Ambar disuruh istirahat saja di sini, tidak usah balik ke dalam,” guman perawat OK tadi sambil memberesi perlangkapannya. “Baik terima kasih banyak, Sus,” Edo tersenyum, ia bergegas melepas gown-nya, lalu mencuci tangannya di wastafel. Untung jarinya sudah dilapisi plester anti air, jadi Edo tetap bisa mencuci tangannya bersih-bersih seperti ini. Ia bergegas meraih snelli-nya yang ada di dalam loker, mengambil iPhone dan terkejut luar biasa ketika mendapati ada puluhan panggilan tidak terjawab. Siapa? Kenapa sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 90

    Redita menatap bayangan dirinya di cermin. Sekarang ia sudah siap, siap untuk diambil sumpah dokternya dan kemudian siap untuk kemudian pergi dari semua ini. Ia menghela nafas panjang, bergegas melangkah keluar dari salon yang merias wajahnya pagi ini guna menemui Adnan yang sudah menantinya di dalam mobil. Adnan tertegun menatap sosok yang masuk ke dalam mobilnya itu. Tidak salah bukan kalau kemudian ia jatuh cinta dengan sosok itu? Adnan tersenyum begitu manis, dibelainya lembut. Redita merasakan hatinya teramat pedih. Apakah Adnan tidak merasa bahwa setelah semua ini selesai maka isterinya ini akan segera pergi dari hidup Adnan? Apakah ia tidak merasa bahwa ini adalah saat-saat terakhir Redita bersama sosok itu? “Kamu cantik sekali, Sayang!” puji Adnan tulus. Redita tersenyum, ia berusaha menekan semua perasaan hancurnya yang sejak beberapa hari ini menyiksanya dengan begitu luar biasa. Kuatkah ia melewati semua ini setelah ia pergi? Apakah hidupnya akan l

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Di Ujung Senja   Chapter 91

    “Kira-kira nanti kita ketemu di mana? Kamu ada nomornya, Sayang?” tanya Arra sambil mengunyah sandwich isi tuna yang tadi ia beli di minimarket. Mereka sudah dalam perjalanan menuju Solo, hendak menemui sosok itu guna membatalkan semua perjanjian gila yang sudah Aldo dan sosok itu sepakati. “Nah itu, aku sendiri tidak tahu harus mencari kemana, yang jelas kita sampai Solo nanti acara sumpah dokternya sudah selesai bukan?” Edo tersenyum kecut, ia sama sekali tidak tahu kemana nantinya akan mencari sosok Redita itu, ia tidak punya nomor handphone atau alamatnya. “Lha terus nanti gimana?” Arra melotot, bagaimana bisa ketemu orangnya kalau begini? Ia pikir tunangannya itu sudah tahu setelah ini harus kemana untuk menemui sosok itu, rupanya Edo malah belum tahu? “Sayang,

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26

Bab terbaru

  • Di Ujung Senja   Extra Part 15

    Redita hendak kembali pulang selepas jaga malam pagi itu ketika ia mendapati Land Cruisser yang ia tahu betul adalah milik sang suami sudah terparkir di halaman parkir rumah sakit. Tak beberapa lama sosok itu turun dari mobil, tersenyum begitu manis ke arahnya.Rasanya Redita ingin berlari dan menjatuhkan diri di pelukan sang suami kalau saja mereka tidak sedang berada di halaman rumah sakit saat ini. Jadi Redita sekuat tenaga menahan keinginannya untuk melakukan hal itu, ia melangkah perlahan mendekati sang suami yang tersenyum begitu lebar ke arahnya.“Hai suamiku,” sapa Redita lalu mengulurkan tangannya, bergegas mencium punggung tangan Adnan begitu uluran tangannya terbalas.“Hai juga isteriku, kamu tampak lelah. Bisa kita pulang sekarang? Aku rindu dengan jagoan kecilku.”Redita sontak mencebik, ia memanyunkan bibirnya yang sukses membuat Adnan terkekeh melihat perubahan wajahnya itu.“Jadi pulang cuma kangen sama

  • Di Ujung Senja   Extra Part 14

    Beberapa hari kemudian ... “Dokter!” Redita setengah berlari mengejar langkah dokter Ricard, beliau adalah dokter bedah yang bertanggung jawab pada sang nenek pasca operasi kemarin. Dan hari ini adalah visiting terakhir, bukan? Kondisi sang nenek sudah lebih baik, dan itu artinya dia sudah boleh pulang. Untuk itu Redita ingin melihat wajahnya, mungkin untuk terakhir kalinya dia bisa melihat wajah-wajah yang dulu menorehkan luka dengan begitu dalam di relung hati Redita itu. “Ada apa, Re?” tanya dokter Richard yang tampak mengerutkan kening melihat Redita berlari-lari menghampirinya itu. “Boleh saya ikut visiting, Dok?” mohon Redita dengan nafas terenggah-enggah. “Tentu boleh, bukan kah pasien itu pertama kali datang kamu yang pegang?” tampak dokter Ricard tersenyum, ia sudah hendak kembali melangkah ketika kemudian tangan Redita mencekal tangan dokter Richard, mencegahnya melangkah lebih jauh. “Dok, tunggu sebentar!” Dokter Ric

  • Di Ujung Senja   Extra Part 13

    Redita tersenyum menatap sosok itu yang masih terbaring tidak sadarkan diri. Beberapa alat medis masih menempel di tubuh renta itu. Ia sudah berhasil melewati masa kritisnya, tinggal menanti dia kembali sadar dan kondisinya pulih.Redita meraih tangan berkeriput itu, meremasnya perlahan dengan hati yang teramat pedih. Bayangan masa lalu dimana sosok itu dengan tangan yang saat ini Redita genggam, sering menamparnya, menjewer telinga Redita sampai memerah, mecubit pahanya sampai memar membiru dan terkadang memukul kakinya dengan gagang sapu. Belum lagi, mulut yang sekarang terpasang ventilator itu, dulu begitu pedas tiap mengata-ngatai dirinya, mencaci-maki Redita yang bahkan dulu masih begitu kecil dan tidak paham apa-apa.Redita menghela nafas panjang, berusaha melupakan semua itu meskipun rasanya begitu sulit dan tidak semudah yang ia katakan. Redita melirik jam dinding, sudah pukul setengah enam, ia bergegas merogoh saku snelli-nya, mengambil masker medis yang

  • Di Ujung Senja   Extra Part 12

    "Iya Sayang, stok ASIP Adta sudah ready banyak di kulkas, jangan khawatir ya." Redita tersenyum, malam ini ia harus jaga IGD sampai besok pukul tujuh pagi. Dan Adnan sudah ribut khawatir dengan Adta katanya."Benar? Apa perlu aku balik ke sana sekarang?"Sontak Redita tertawa, ah lebay sekali bapak tiga orang anak itu? Sebelum mereka kembali bertemu, toh Adta baik-baik saja jika dia ada jaga malam, kenapa sekarang dia jadi begitu khawatir?"Sudah, tenang saja! Jagoan kecil kita aman dan akan baik-baik saja, Sayang." guman Redita lirih, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua akan baik-baik saja."Yasudah, kabari aku terus ya. Aku benar-benar khawatir dengan kalian berdua."Redita tersenyum, hatinya berbungga-bungga mendengar nada kekhawatiran itu meluncur dari bibir sang suami. Rasanya ia begitu bahagia mendengarnya. Bagaimanapun, setua apapun laki-laki yang menjadi suaminya ini, dia benar-benar sosok yang begitu peduli dan penyayang. Ah ... sung

  • Di Ujung Senja   Extra Part 11

    Adnan tersenyum ketika mendapati panggilan dari nomor itu, nomor yang ia tunggu untuk memberinya kabar perihal perkembangan pendaftaran itsbat nikahnya. Semoga semuanya lancar dan tidak perlu waktu lama ia bisa mendaftarkan pernikahannya dan memperoleh apa yang sudah ia janjikan kepada sang isteri sejak dulu.“Halo, gimana Fan?” tanya Adnan yang sudah sangat tidak sabar itu.“Berkasnya sudah masuk, Dok. Sudah diurus sama isteri saya, nanti tinggal tunggu kabar persidangannya saja ya, Dok.”Wajah Adnan makin cerah, senyumnya mengembang sempurna mendengar hal itu. Redita pasti akan sangat bahagia mendengar kabar ini, bukan? Impiannya untuk bisa segera memiliki buku nikah dan menikahi Redita secara resmi akan terwujud.“Baik, saya berterima kasih sekali padamu, Fan. Sampaikan ucapan terima kasihku pada isterimu juga, ya.”Adnan menyandarkan tubuhnya di kursi, hatinya tengah berbunga-bunga. Rupanya inilah kebahagiaan

  • Di Ujung Senja   Extra Part 10

    Adnan mematikan mesin mobilnya ketika ia sudah sampai di halaman rumahnya. Mobil Edo dan Arra masih ada, itu artinya dia masih di sini, belum kembali ke Jogja dan Arra belum balik ke rumah Yudha. Ya ... memang seperti itu, bukan? Selama Edo masih harus pendidikan di Jogja, Edo harus terpisah dari sang isteri karena Arra sudah dinas di salah satu rumah sakit swasta di Solo dan sebuah klinik. Jadi lah tiap Edo di Jogja Arra lebih memilih pulang ke rumah orang tuanya karena di rumah Adnan ini ia merasa kesepian.Adnan bergegas turun, melirik arlodjinya dan masuk ke dalam rumah. Sudah pukul setengah lima. Bisa lah dia mandi besar dulu lalu sholat subuh dan bersiap berangkat ke rumah sakit. Adnan bergegas naik kelantai atas, hanya dapur yang sudah tampak menyala lampunya, yang artinya dua asistennya sudah sibuk menyiapkan sarapan dan melakukan pekerjaan lain.Adnan bergegas masuk ke dalam kamar, mandi dan bersiap sholat. Ia tersenyum menatap kamarnya itu. Kelak kamar ini ak

  • Di Ujung Senja   Extra Part 9

    “Aku pamit balik Solo dulu, Sayang. Jaga anak kita baik-baik ya?” Adnan mengecup kening sang isteri, kemudian beringsut mendekati Adta yang terlelap begitu nyenyak di dalam box-nya. Rasanya berat sekali Adnan hendak kembali, namun ia masih punya tanggung jawab, bukan? Terlebih sekarang ia punya tanggungan membiayai Adta, belum lagi Edo masih beberapa tahun lagi lulus PPDS-nya, ah ... itulah yang selama ini selalu membuat Adnan semangat tetap bekerja.“Mas hati-hati ya, kabari kalau sudah sampai Solo.” desis Redita lalu memeluk erat sang suami.Adnan hanya tersenyum, melepaskan Redita perlahan-lahan lalu mengecup keningnya perlahan. Hanya sekilas, karena kemudian kecupan itu turun mengecup bibir Redita penuh cinta, ya walaupun juga hanya sebentar.“Pasti, akan saya kabari selalu, Sayang!” Adnan tersenyum, kemudian meraih kunci mobil dan dompet yang tergeletak di atas lemari Adta.Redita menyodorkan jaket milik Adnan, mem

  • Di Ujung Senja   Extra Part 8

    Edo bangkit dari ranjang, senyumnya merekah melihat betapa lelap Arra yang tubuhnya masih polos itu. Ia melirik jam dinding, sudah pukul satu dini hari dan papanya belum ada tanda-tanda pulang dari rumah mama tirinya itu? Padahal besok pagi dia harus dinas, bukan?Edo meraih baju-bajunya yang tadi ia lempar sembarangan ketika sudah tidak tahan lagi untuk menyentuh sang isteri. Siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh dengan lekuk indah dan kulit putih bersih itu? Dia laki-laki normal, jadi tentu lah ia langsung kalang-kabut begitu mendapati sang isteri sudah dengan lingerie warna merah itu.Dasar Arra, memang umurnya masih kecil, tapi ia sudah sangat matang rupanya, bahkan untuk urusan ranjang seperti ini. Ah Edo tidak salah pilih, bukan? Edo bergegas memakai kembali bajunya, meraih bungkus serta ‘benda’ bekas pakai itu dari atas nakas dari atas meja dan membuangnya ke dalam tempat sampah yang ada di kamar mandi.Ya ... meskipun dia dan Arra sudah m

  • Di Ujung Senja   Extra Part 7

    “Mas, katanya besok sudah dinas?” tanya Redita ketika sore itu Adnan belum ada tanda-tanda hendak balik ke Solo, ia malah menggendong Adta dan sama sekali tidak melepaskan bayi itu barang sedetik pun.“Ah, jadi kamu hendak mengusir suamimu sendiri?” Adnan mencebik, memang kenapa kalau besok dia sudah dinas?Redita terkekeh, kenapa jadi baper macam ABG kemarin sore sih suaminya ini? Ia mendekati Adnan yang tampak begitu bahagai dengan Adta yang berada dalam gendongannya. Kenapa rasanya bahagia sekali melihat betapa manis bapak dan anak itu ketika sedang seperti ini?“Bukan begitu Sayang, besok kan pasti masuk pagi.” Redita memeluk suaminya itu dari belakang, jendela kamarnya aman kok, meskipun tirai terbuka, tidak akan ada yang melihat apa yang mereka lakukan kecuali jika sengaja ingin mengintip.“Aku balik subuh boleh kan? Masih kangen sama kamu, sama jagoan kecilku ini.”Redita hanya tersenyum dan me

DMCA.com Protection Status