Share

Bab 2. Pencuri.

Penulis: missingty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hana merenggut surai pendek tetapi tebal milik Axel, kebiasaannya saat panik. Tuhan! Bagaimana ini!’

“Ada apa? Ada apa?” terdengar beberapa anak kos bertanya -tanya keributan pagi ini. Kosan Hana terdiri tiga lantai, dengan jumlah dua puluh satu anak kos. 

“Ada yang mesum katanya, bawa cowok ke dalam kamar,” jawab seseorang di dekat jendela kamar Hana sambil mencoba mengintip pada kamar kos yang terletak di lantai dua itu. Untunglah Hana selalu mengunci pintu dan jendela kamarnya, selain itu ia juga sudah menutup gordennya rapat-rapat.

“Mbak Hana mesum, gak nyangka.”

“Hana kan anaknya polos masa sih?”

“Iya itu buktinya gak mau buka pintu,”

Rasanya gadis dalam tubuh seorang lelaki itu ingin berteriak “Fitnah!” Tapi  apa daya suara Axel yang mirip penyanyi jazz pria itu malah akan semakin membuktikan bahwa perkataan teman satu kosannya itu benar. 

Gadis itu meringkuk bingung, berharap bos nya segera datang, bahkan napas Hana mulai sesak. Kaos spongebob kuning lunturnya yang ukuran oversize untuknya malah menjadi crop tee di tubuh pria tinggi besar itu, begitupun celana pendek longgar terasa sesak di bagian pinggang Hana dalam tubuh Axel itu.

Suara-suara sumbang semakin marak terdengar di depan pintu kamar Hana. Gadis itu merasakan kepalanya berdenyut pusing kekurangan oksigen, seperti keadaannya yang seperti telur di ujung tanduk ini membuatnya semakin mual.

“Sesak…,” gumam Hana sambil mengambil gunting dan memotong sedikit karet celana dalamnya, agar ia bisa bernapas lega. Tapi ia tak berani membuka celananya, takut melihat hal yang tak sedap dipandang matanya itu muncul kembali. Hana bahkan masih bergidik mengingat sesuatu yang menggantung di tengah tubuhnya kini.

“Mana kunci, mana kunci,” terdengar gemerincing bunyi anak kunci di depan pintu kamar Hana.

“Sudahlah, mati sajalah aku…,” ratap gadis itu sambil meletakan kepalanya di atas meja rias. ‘Pasrah sajalah, toh sepertinya mati dengan tubuh pak Axel tidak buruk juga, tapi sepertinya langsung masuk neraka mungkin ya. Bapak ini kan banyak nyusahin orang semasa hidupnya.’ Kembali Hana mencoba berpikir jernih dan bangkit dari keadaannya yang terhimpit ini. ‘Aku tak mau masuk neraka!’  

Ceklek! Pintu kamar berwarna biru muda terbanting membuka, menampilkan wajah-wajah beringas di baliknya. Mulai dari Ibu kos yang bertubuh subur, Lina, tetangga kos sebagai saksi utama dan beberapa teman kosan Hana yang membawa panci, penggorengan hingga sutil siap mengarak siapa pun yang berbuat mesum.

Hana dalam tubuh Axel melihat semua wajah yang ia kenal itu dengan mata abu terang berkaca-kaca.

“Itu cowoknya? Kenapa mirip aktor bollywood?”

“Bukan lebih mirip artis timur tengah itu, siapa sih namanya?”

“Reza Arab?” jawab Lina yang langsung dibalas toyoran bertubi-tubi dari arah belakang.

Sedangkan ibu kos masih diam terpesona melihat brondong tampan jelmaan aktor Marvel berada di depannya. ‘Eh! Tidak boleh terpesona! Harus menegakan aturan ketat di kos-kosan putri putih-putih melati ali baba ini!’ batin ibu kos sambil menggeleng keras. Mengenyahkan pikiran ‘minta foto bareng’ dengan si penyelinap ini.

“Kamu siapa?” tanya Ibu Kos dengan nada tinggi delapan oktaf. Suara yang khas saat menagih beberapa anak-anak kosannya yang tak bisa membayar upeti tiap bulan.

“Ha-.” Hana tercekat. ‘Tak mungkin ada yang percaya kalau aku ini Hana, aku harus memikirkan jawaban lain-’

Belum sempat Hana berpikir, kembali teriakan Ibu Kos seakan memecah ruang kamar gadis dalam tubuh lelaki tinggi besar itu. “KAMU SIAPA?!!” tanya ibu kos murka.

Refleks Hana menjawab, “maling jemuran Bu!” Sambil menyodorkan celana dalam merah berenda miliknya sendiri -milik Hana-.

“APAAA!!!” jerit semua anak gadis di kosan itu berikut induk semangnya.

Tak ayal gerombolan massa yang sudah beringas itu merangsek masuk ke kamar Hana dan menggebuki gadis -eh pria malang itu.

Axel baru saja memarkirkan mobil bugatti chironnya di depan kos-kosan milik Hana. “Kembali lagi kesini,” gumamnya seraya memencet kunci mobilnya dan melangkah ke ruang tamu kos-kosan itu. Lelaki tampan yang sekarang berada di tubuh gadis berambut panjang tergerai itu melangkah masuk dengan sedikit canggung. Kemarin ia hanya mengantar Hana di ujung gang, dan karena peristiwa aneh yang menimpa mereka, pria itu terpaksa datang ke kos kosan putri.

‘Selamat datang di kos-kosan Putri Putih Putih Melati Ali Baba! yang punya batang berhenti sampai di pintu ini’  tulisan di depan teras membuat Axel menghentikan langkahnya.

“Tapi sekarang kan lagi enggak punya?” tanyanya lebih kepada diri sendiri. Ia menoleh kiri kanan tak ada seorangpun di halaman depan kos-kosan itu, hanya saja suara ramai terdengar dari dalam rumah yang terpisah oleh pintu besar itu.

“Kenapa sih ramai-ramai?” tanya Axel lagi sambil merogoh handphonenya hendak menelpon Hana.

Belum sempat jari putih lentik milik Hana menekan tombol hijau di gawainya, seseorang tiba-tiba menggamit tangan Axel yang sekarang ada di tubuh seorang gadis mungil itu

“Mbak Hana!” panggil perempuan itu, membuat Axel mengerutkan keningnya. Terlebih ia diseret masuk ke rumah kos-kosan oleh gadis yang tak ia ketahui namanya itu, melewati pintu yang terdapat tulisan peringatan tadi.

Setelah melewati pintu terlihat bangunan berlantai tiga dengan tujuh kamar tiap lantai. Lipatan di dahi Axel semakin tegas melihat kerumunan para gadis merubung di depan sebuah kamar. Lelaki dalam tubuh wanita itu masih saja ditarik oleh gadis yang sedari tadi menggandengnya itu. 

‘Kenapa ada kerumunan di sana? Kenapa ia menarikku? Apa Hana ketahuan? Gawat!’ batin Axel sambil menelan salivanya.

“Ada yang maling daleman di kamar Mbak Hana,” jelas gadis itu begitu mereka baru saja sampai di lantai dua.

“HAH!” pekik Axel sontak terkejut. Ia kemudian melepaskan tangan gadis yang sedari tadi mencengkram tangannya itu.

“Berhenti!” teriak Axel nyaring ketika mendekati  gerombolan para gadis itu. Sontak semua menoleh kebelakang dan melihat sosok Axel.

Axel cuma bisa nyengir salah tingkah ditatap para gadis dan berjalan ke tengah-tengah mereka.

“Hana! Ada maling celana dalam di kamarmu!” ujar Ibu Kos seraya menarik tangan anak kosan itu dan menunjukkan seorang lelaki di kamarnya.

‘Sial.’ batin Axel melihat sosok dirinya yang meringkuk bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Hanya tubuh bagian atasnya saja yang tertutup ranjang kayu itu, sisanya tak bisa masuk karena badan pria itu cukup besar. Bahkan belahan ketapel dari bokong mempesona milik Axel terpampang jelas di mata anak-anak kosan putri itu.

Axel terlihat menarik napas panjang, berusaha agar tidak menumpahkan kemarahannya. Ia bahkan sudah berada di level tertinggi kemarahan, Axel murka.

Melihat wajah yang dikenalnya merah padam, Hana langsung keluar dari persembunyian. “Bos… tolong…,” isaknya dengan air mata membanjiri pipi dan ingus yang tak kunjung turun ke bibir karena disusut terus olehnya.

Axel tak pernah menyangka bisa melihat penampilannya yang begitu menyedihkan ini di tanggal lima belas bulan februari. “Apa yang kau lakukan dengan tubuhku?” geram Axel dengan nada bertanya mengerikan. Tapi bagi orang-orang malah terdengar seperti pengisi suara anime heroine yang imut-imut.

“Dia maling daleman mu, Hana. Mau ibu bawa ke kantor polisi sekarang juga! Minggir!” perintah ibu kos. Mendengar perkataan wanita gendut di sebelahnya, dan wajah dirinya yang begitu tersiksa terpampang di depan Axel sendiri. Ia langsung menghalangi jarak antara ibu kos dengan sosok dirinya menggunakan tubuh Hana.

“Biar aku yang membawanya ke kantor polisi!” tegas Axel sambil mencengkram tangan Hana dan segera menyeretnya keluar kamar kos.

Melihat Hana dengan tatapan mematikan menggelandang sosok pria tinggi besar di belakangnya, membuat teman-teman kosannya langsung menyingkir kembali memberi jalan. Ibu kos juga hanya dia termangu kebingungan sambil bertanya-tanya dalam hati, ‘sejak kapan anak itu begitu berani?’

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Axel udah gak punya harga diri wkwkkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab 3. Pelecehan.

    “Masuk!” perintah Axel yang membukakan pintu penumpang bugatti chiron itu. Dengan patuh Hana masuk sambil melekukkan badan di dalam mobil buatan Italia itu, sebelum Axel membanting pintu mobil itu begitu keras. Hingga si penumpang dan semua anak kos yang tadi menggiring kepergian Hana dan Axel juga ikut terlonjak kaget.Axel memutari mobil, kemudian ia duduk di kursi pengemudi. Tak lama kakinya menekan pedal gas begitu kencang dan sudah menghilang di depan para anak kos dan induk semangnya.“Eh sejak kapan Hana punya mobil keren begitu?” celetuk salah seorang anak kos. Para gadis sekarang saling menatap bingung.“Memang Hana bisa nyetir?” tanya yang lainnya menambah tanda tanya di benak mereka masing-masing.Ckit!Axel menghentikan mobilnya tepat di sebuah parkiran toko busana. “Kamu gila Hana! Kamu ngancurin imej aku dengan mengatakan aku seorang maling celana dalam, di kosan wanita! Kamu ada dendam kesumat ya sama aku Hana!” bentak Axel yang tak mampu lagi membendung amarahnya.“Ke

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 4. Koogle

    “Ganti nih! Risih aja lihat tubuhku pake baju kaos kurang bahan gitu,” perintah Axel sembari mengambil baju kaos yang tergantung di belakang kursi mobilnya. Sekarang mereka sudah sampai di parkiran restoran yang terkenal mahal. ‘Pak Bos aja yang bongsor!’ rutuk Hana dalam hati. Saat ia hendak mengganti bajunya dalam mobil, gerakan Hana itu sempat terhenti sejenak. ‘Aneh juga rasanya mengganti baju dengan santai di pinggir jalan seperti ini. Jadi pria memang praktis,’ batin Hana sembari mengangkat kaos yang sedang ia kenakan. Saat ia hendak mengganti celana pendeknya, tangan yang terlihat kekar berotot itu kembali terhenti. Hana melihat bosnya menatapnya sangar. “Bawahannya juga?” tanya Hana dengan hidung berkerut tampak jijik. Axel menampilkan wajah seram milik Hana. “Tentu saja! Aku benar-benar terlihat seperti banci sekarang, ganti celana dalamnya juga!” instruksi Axel lagi. Ia tak sanggup melihat dirinya mengenakan celana dalam yang mengintip sedikit dari balik hotpants. Cela

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 5. Awal Mulanya (1).

    Hana melihat jam tangannya dengan gelisah, rapat yang diadakan tiba-tiba oleh General Manager tempatnya bekerja itu membuyarkan rencana Hana malam itu. Sebuah pesan masuk di ponsel gadis berkulit putih langsat dengan rambut panjang sepunggung itu. [Santai saja, aku menunggumu kok.] Hana tersenyum membaca pesan dari pacarnya itu. Andra, kepala bagian keuangan yang sedang menjalin hubungan dengan Hana baru sebulan yang lalu, dan tak ada satupun rekan sekerja mereka yang tahu. Kembali gadis berambut panjang itu tersenyum sebelum mengetikkan beberapa pesan manis untuk pacarnya itu. “Baik, kita akhiri sampai hari ini saja. Saya mau hasil kerjaan yang sudah kalian paparkan di rapat ini dilaporkan besok siang setelah waktu makan siang,” tandas Axel sembari menutup pertemuan pegawai divisi marketing. Hal itu sontak membuat Hana terlonjak girang walau dalam hati, tapi perkataan Axel selanjutnya, langsung menyerap kebahagiaan gadis itu. “Hana notulensi rapat beserta laporan tiap divisi

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 6. Awal Mulanya (2).

    Hana langsung mematikan hubungan telephonenya. Segera ia berlari ke parkiran tempat Andra berjanji akan menunggunya.Alangkah terkejutnya Hana ketika membuka pintu mobil Andra, ada Siska di dalamnya. Gadis itu merupakan pegawai dari divisi yang sama dengan Andra. “Ha-Hana?”“Kamu ngapain di sini Siska? Mana Andra? Kalian enggak selingkuh ‘kan?” tanya Hana dengan suara bergetar.“Aku enggak ngerti maksud kamu,” balas Siska terlihat tenang dan angkuh.“Kamu ngapain di mobil Andra?” tanya Hana lagi. “Keluar kamu dari mobil ini, sekarang,” perintah Hana, tapi suaranya masih bergetar.“Ini mobil Andra, bukan mobilmu ya!” Tolak Siska sambil menyibak rambutnya.Hana sudah tak sanggup menahan amarahnya lagi, ia menarik rambut merah bergelombang milik Siska. “KELUAR!” “Ahh! Sakit” erang Siska. “Kamu apa-apaan sih Han!” ujar wanita itu sembari menepis tangan gadis bersurai hitam lurus itu.“Asal kamu tahu ya Sis, aku sama Andra itu sudah pacaran!” jerit Hana yang bergaung sepanjang parkiran

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 7. Awal Mulanya (3).

    “Hana,” panggil Axel dengan tangan terjulur ke atas ubun-ubun Hana, seakan siap mengambil paku. Gadis yang menjadi sumber tangisan itu langsung menolehkan kepalanya.“Kamu kenapa nangis?” tanya Axel yang ikut berjongkok sebelah Hana. Melihat hidung dan mata Hana yang memerah membuat Axel mengurungkan niatnya untuk pulang. Gadis itu malah semakin terisak mendengar pertanyaan Axel.‘Ah sial, harusnya aku pulang saja,’ sesal Axel dalam hati. “Baiklah kalau begitu aku balik dulu ya,” pamit Axel. Belum sempat lelaki itu berdiri, Hana menahan tangan bosnya sambil tetap menangis.“Huee...uee..uee,” ujar Hana sambil menggelengkan kepalanya. Persis suara lutung kasarung.Axel kembali duduk dengan canggung di sebelah Hana. Entah keberanian dari mana gadis itu menahan bosnya, meminta Axel untuk menemaninya. Tapi yang pasti Hana tak ingin sendiri sekarang, hatinya sangat hancur dan dia butuh teman, tak peduli walau temannya itu adalah si Raja Neraka.“Kamu diputusin pacar?” tanya Axel lagi.“H

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 8. Rumah Tua

    Segera Hana dan Axel merampungkan sarapan mereka, kemudian bergegas menuju ke tempat Hana memesan cokelat kemarin.“Kamu yakin di sini tempatnya?” tanya Axel ragu.Hana yang berada disampingnya mengangguk, namun raut mukanya terlihat bingung. “I-iya, Pak,” jawabnya. “Tapi kemarin enggak begini tampilan tokonya. Minimalis cantik gitu.”Axel semakin menautkan alis tipis milik Hana. “Minimalis cantik gitu maksudmu seperti rumah hantu yang ditinggal pemiliknya perang pada zaman penjajahan Jepang begitu?” serang Axel sambil menunjuk bangunan tua yang terhimpit di antara tanah kosong. “Bahkan tak ada tetangga, pemukiman paling dekat lima ratus meter dari sini, kamu mau beli coklat valentine atau jampi-jampi jaran goyang sih, Han?”“Ya ampun, Pak. Sirik yang begitu itu. Serius kemarin bentuknya gini di media sosial,” bantah Hana sambil menyodorkan gawainya yang menampilkan sebuah akun.Axel menerima ponsel milik Hana dan menelitinya. “Alamatnya sih benar di sini, eh-.” Axel menscroll tanggal

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 9. Pertemuan

    Axel menelan salivanya, ia masih terpaku menatap layar ponsel.“Kau jawab telepon ini, dan katakan “iya” saja. Jangan berkata hal lain,” perintah Axel sambil menyodorkan gawainya ke arah Hana.Hana tampak bingung, tapi belum sempat ia menolak, Axel sudah menggeser icon di gadgetnya ke arah tombol terima.“Axel,” panggil suara di seberang sana, terdengar keras di dalam mobil ferrari itu, karena Axel menggunakan loudspeaker.Sambil menatap ragu ke arah bosnya, Hana menjawab dengan suara bariton milik Axel. “I-iya?”Axel tampak tegang, dan menatap tajam Hana. ‘Kenapa ia terlihat seperti mendapat telepon dari debt collector alih-alih ayahnya?’ tanya Hana dalam hati.Gerrard Harrison, semua orang tahu kalau ia adalah pebisnis handal yang mengukuhkan perusahaan Harrison menjadi salah satu raksasa bisnis yang bisa bertahan di zaman digital 4.0 ini. Perusahaan keluarga itu turun temurun diwariskan oleh kakek Axel, ke ayahnya Gerrard Harrison, dan tentu saja penerus selanjutnya Axel Harrison.

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   Bab. 10. Mantan Pacar

    Axel dalam tubuh Hana terlihat tenang dan sama sekali tidak terkejut dengan pukulan keras ke meja itu. Matanya malah balaa menatap tajam lawan bicaranya. Hana dengan muka yang tertutup masker terlihat memberengut tak suka dengan apa yang terjadi di meja nomor tiga belas.‘Pak Axel ngomong apa sih, sampai Andra marah seperti itu? Ish Pak Axel nyebelin!’Axel tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. “Jadi alasan kamu maafin Hana agar dipinjamkan uang?”“Maksud kamu apa? Kamu minta maaf karena kamu yang salah, kalau pinjam uang itu masalah lain, Han! Aku kan sudah bilang akan ngembaliin sama hutangku yang kemarin-kemarin itu sekalian!”“Oh jadi ini kamu sudah sering minjem?” gumam Axel sambil menaikkan sebelah alisnya. Hal itu disalah artikan sebagai sebuah sindiran oleh Andra. Muka Andra terlihat semakin masam. “Kamu enggak ikhlas selama ini? Kukira kamu gadis baik yang tulus, Han.”Axel sebenarnya tak ingin melanjutkan percakapan ini dan hendak memberikan uang yang sudah diamanatkan

Bab terbaru

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   65. Maumu apa?

    “Pagi!” Hana menyapa teman-temannya dengan ceria di depan cafetaria. Gadis berkulit putih itu seakan lupa apa yang terjadi dengannya kemarin. Tampaknya Axel yang menghibur Hana semalaman cukup mampu membuat gadis itu berhenti ketakutan.“Hana! Sini kumpul!” panggil Jennie yang langsung melambai-lambaikan tangannya di salah satu pojok favorit mereka di kantin kantor. Seperti biasa mereka melakukan ritual pagi hari, apalagi kalau bukan sarapan bareng.Hana langsung memesan teh kembang telang di kasir sebelum berjalan ke tempat teman-temannya berada.“Eh kamu kok jarang sarapan sih, Han? Beberapa hari terakhir ini aku lihat? Diet ya?” tanya Jennie perhatian, sesaat sebelum Hana merebahkan bokongnya di kursi.“Eh, ah iya.” Hana terlihat bingung menjawabnya. Jennie dan teman-temannya saja yang tidak tahu kalau setiap pagi ia selalu sarapan tepat jam enam bersama bos besar perusahaan ini. Axel memang setertib itu kalau urusan makan. ‘Tapi kenapa ia malah makan steak malam-malam denganku k

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   64. Pedagang Bakso Boraks

    “Siapa yang mereka maksud dengan pedagang bakso boraks! Tuduhan macam apa itu!” teriak Axel kesal. Selama ini, pria itu bahkan selalu menghindari makan daging yang dicampur tepung yang dibentuk bulat itu. Hal itu semata-mata agar tubuhnya tetap atletis. Bagaimana mungkin sekarang seseorang membuatkannya skandal dengan pedagang bakso? Sudah begitu pedagang bakso borak pula!“Aku akan menuntut media ini karena telah menyebarkan hoax,” geram Axel. Tapi belum sempat ia membuka kunci ponsel pintarnya. Sebuah video diputar dalam acara gosip itu.Tampak Salia yang sedang berjalan di selasar apartemen yang sangat Axel hafal sekali karena itulah jalan yang selalu ia lewati setiap pulang dan pergi dari apartemennya.Sampai pada adegan Salia membeberkan bahwa dirinya sedang menuju kediaman tunangannya membuat Axel mengumpat pelan. "Sialan! Aku bahkan sama sekali tidak ada niat untuk melanjutkan hubungan ini."Video yang masih terputar di ponsel Hana pun berlanjut dengan adegan Salia mengetuk pin

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   63. Ketahuan!

    Hana langsung membanting pintu apartemen Axel hingga menutup, segera gadis itu juga mengunci rapat akses keluar masuk kediamannya sekarang. Hal itu sontak membuat gadis berambut ungu yang berada di balik pintu itu semakin murka dan menggedor-gedor dengan ganas. Terdengar suara teriakan-teriakan Salia. Gadis yang berprofesi sebagai artis itu kemudian menghadap kamera dengan wajah yang basah karena air mata. “Aku diselingkuhi, guys. Ini salahku kah? Ah, tentu saja salahku. Apa kalian melihat wanita itu? Aku atau dia yang lebih cantik menurut kalian?” Salia membaca komentar-komentar yang berseliweran di layar media sosialnya. “Ah aku seperti malaikat menurut kalian, dan wanita barusan seperti pedagang bakso boraks. Kita tidak boleh seperti itu, para KUMIS. Jangan body shaming walau dia lebih jelek, pendek, bulat seperti tahu bulat digoreng dadakan kita tidak boleh menjudge seseorang.” “Ah malaikat sepertiku kenapa diselingkuhi kata kalian? Mungkin aku tidak lebih baik dari gadis itu,”

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   62. Live Streaming

    “Hai guys! Para KUMIS ngapain nih di malam ini? Sudah makan belum? Di temenin siapa? Sendirian dong, kalau ada yang nemenin Salia sedih nih,” ucap gadis berparas cantik dengan tinggi semampai pada sebuah benda pipih yang dipegang oleh seorang wanita yang mengikutinya sejak tadi. “Mundur,” Salia memberikan kode pada asistennya itu dengan tatapan mata. Tapi Ratna -si asisten tak mengerti-. Gadis berambut ungu kembali tersenyum pada kamera. “Sebentar teman-teman ada yang meminta tanda tangan nih,” ucapnya padahal mereka ada di parkiran mobil yang sepi dan tak ada seorang pun kecuali mereka berdua. “Jangan terlalu dekat! Aku enggak mau hidungku terlihat besar! Dan pakai filter untuk panas terik, kalau filter yang ini membuatku terlihat pucat karena ini khusus filter saat cuaca turun hujan dan di tempat yang sedikit pencahayaan. Gimana sih? Masa setting filter saja enggak bisa! Terus kalau ada orang lain, alihkan kameranya biar enggak kena filter! Jadi enggak kelihatan aku pakai filter! D

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   61. KUMIS

    "APA!" jerit Hana yang langsung otomatis berdiri. Ia bahkan menyenggol es timunnya hingga jatuh mengenai Zidan."Hana elu ah bar bar betul!" protes Zidan yang bajunya terkena tumpahan es timun."Sama siapa Kak Zidan?" tanya Elira yang dari raut mukanya juga tak kalah terkejutnya dengan Hana."Sama… emak gue!" jawab Zidan yang langsung mendapat hadiah berupa toyoran kepala dari Jennie sebagai reaksi atas jawaban Zidan itu."Kamu yang benar saja! Sudah buat kaget tahu!" cecar janda beranak tiga itu."Ish becanda, Mbak. Raja Neraka sudah nikah sama Salia itu sudah pasti, siapa lagi? Kita tinggal tunggu saja mereka go publik. Paling sebentar lagi.""Kenapa mereka belum umumin tapi ya?" tanya Elira sembari melirik penasaran ke arah Hana. "Apa ada hati yang harus dijaga?""Oh tentu! Sebagai seorang artis, Salia kan punya banyak penggemar. Mungkin menunggu momentum yang tepat biar para fans tidak kecewa terlalu berat," jawab Zidan terkesan bijaksana. Zidan sebagai salah satu admin fanbase t

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   60. "APA!"

    “Dia tidak ada kaitan dengan hal ini,” geram Axel dengan tatapan tajam. Zidan saja yang berada di samping pria tampan itu bergidik ketakutan.“Luar biasa, kau yang ku kenal selalu hati-hati sekarang malah kecolongan seperti ini,” ucap Gerrard kemudian tertawa meremehkan. “Aku akan tetap mengusut hal ini Axel, kau terlalu cepat sepuluh tahun untuk menggurui ku hanya karena ibuku berpihak padamu.”“Bukankah kau sudah melihat sendiri laporan keuangan itu? Bersih!”Gerrard menaikkan sebelah alisnya. “Hanya ada satu syarat Axel agar aku tidak lagi membahas hal ini. Kau tahu kan bagaimana aku mengusut sesuatu hingga aku mendapatkan apa yang aku inginkan? Lubang semut pun akan ku gali.”“Bahkan lubang pantat pun akan kau masuki jika perlu,” ejek Axel. Zidan nyaris tertawa saat mendengar bosnya membalas perkataan Gerrard seperti itu.Axel kemudian menyerahkan laporan keuangan itu ke pangkuan Zidan. “Kembalikan pada tempatnya,” perintah Axel, hal itu sekaligus sebuah bentuk pengusiran halus pa

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   59. Tamu lainnya.

    “Bapak tahu kan maksud kiasan itu,” bantah Hana kesal. “Kamu pikir saya suka sama siapapun bahkan kambing? Wah, saya tersinggung jika kamu berkata seperti itu Han!” “Ya, menurut Bapak, apa lebihnya saya yang membuat Bapak tertarik? Enggak ada kan?” tanya Hana dengan kesal menatap bosnya. “Jadi kamu kambing?” Zidan yang dari tadi ingin masuk ke ruangan Axel jadi menarik ulur niatnya karena mendengar Hana dan Axel di dalam teriak-teriak perkara kambing. ‘Ini mau akikahan apa bagaimana? Kenapa bahas kambing sampai segitunya?’ “Permisi Pak,” ucap Zidan akhirnya memberanikan diri untuk masuk. “Ada Pak-.” “Kambing! Siapa suruh kamu masuk?” hardik Axel yang malah melemparkan kemarahan pada Zidan. Ah, bukan. Ia juga kesal sedari tadi pada lelaki tambun yang merupakan sekretarisnya itu. “Ma-maaf, Pak,” ucap Zidan ketakutan sambil tertunduk-tunduk. “Ada tamu, Pak.” “Kenapa enggak bilang dari tadi!” ucap Axel dengan nada ketus. ‘Yeu, belum juga gue ngomong sudah dipanggil kambing, bias

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   58. Kambing

    “Kita ngapain semalam?” Tampak lipatan di antara kedua alis Axel sebelum laki-laki itu tersenyum samar. “Menurut kamu ngapain?” "Saya nanya. Kenapa malah Bapak balik nanya?" Hati Hana sudah dongkol maksimal kali ini. Ia lupa lelaki lawan bicaranya merupakan bos besar, kreditur, juga suami sahnya. "Bukannya kamu sudah bisa simpulin sendiri kita ngapain semalam? Bahkan kamu kan sudah cerita dengan leluasa masalah ranjang sama rekan kerja." "Maksudnya?" Hana kebingungan. "Tadi saya dengar kamu bahas masalah ini sama Zidan, bahkan dia juga ngasih testimoni buat kamu kan? Kamu bisa naikin nafsu dia," jelas Axel. “Enggak nyangka saja sih pembahasan karyawan perusahaan ini semenjijikan itu, bahkan bisa membahas masalah ranjang dengan santai. Yah walau kamu hanya wanita yang menikah di atas kertas tapi kenapa itu menjijikan sekali, ya. Apa kamu biasa membahas hal itu dengan lelaki?” Suasana langsung hening dan canggung sesaat setelah Axel berkata seperti itu. Mereka berdua masih menatap d

  • Di Dalam Tubuh Bos Tampan   57. Ngapain?

    Zidan langsung berlari panik ke tempat Axel berada. Kemudian pemandangan pria tambun itu tampak sangat menyedihkan dimarahi sebegitu rupa oleh General Manager Harrison Food. Sembari tertunduk-tunduk Zidan dengan langkah gontai mengikuti Axel, sedangkan lelaki itu menatap Hana dengan tatapan tajam sebelum berpaling naik ke ruangannya yang berada di lantai atas. “Raja Neraka kenapa dah? Makin hari makin serem saja,” celetuk Jennie sambil bergidik. “Dia enggak marah sama kita juga kan? Tatapannya membunuh banget tadi.” Hana menggeleng menjawab pertanyaan Jennie. ‘Kenapa ia harus marah sama kita? Tepatnya aku? Aku enggak salah kan? Apa semalam aku yang malah memaksanya meniduriku? Lagipula ini kan karena minuman dari Nenek? Masa aku yang salah? Itu kan Neneknya!' Hana menggeram kesal karena pikirannya sibuk dengan berbagai macam pertanyaan. Akhirnya ia memutuskan akan berbicara dengan Axel sesegera mungkin, karena hanya lelaki itu yang bisa menjawab segala pertanyaan di kepalanya. “Mau

DMCA.com Protection Status