‘Meski aku pernah menunggumu lama, aku tahu kamu akhirnya datang dan menjemputku, aku tahu kamu pasti akan melakukannya, Jaxx.’ Mengingat kata-kata itu, Jaxx meneguk minuman yang dipegangnya, “Senyuman itu seperti pernah kulihat di suatu tempat, tetapi di mana?” Jaxx meneguk lagi, “Apa ada yang kulewatkan darinya?” Bill masuk kamar Jaxx, “Mr. Jaxx, Hans menemui Mr. Scott lagi hari ini.” Jaxx meletakkan gelas yang dipegang dan ke luar kamar, “Aku ingin menemui Rose.” Bill terkejut mendengar rencana Jaxx, tetapi dia tak bisa melarang, hanya bisa mengantarkan langsung. Sebagai pengikut setia, tak ada keraguan meski tetap memikirkan keselamatan Jaxx sepenuhnya, “Saya akan masuk bersama Anda.” Jaxx terus melangkah, beberapa orang menatap tajam meski memberi jalan, dan pelayan langsung menyambut untuk mengantarnya langsung menemui Rose. Tersenyum, “Aku tahu kamu pasti datang. Bagaimana perjalananmu tadi? Rumah baruku tidak menyulitkanmu, kan?” Rose menjentikkan jari agar pelayan menja
Pertemuan barusan membuat Bill kawatir, pasalnya setelah bertemu dengan Rose, Jaxx lebih banyak diam, bahkan dengan adanya Erica di rumah, seolah tak terlihat oleh Jaxx.“Bill, apa Jaxx di rumah?” Erica mendekat dengan kursi rodanya.“Ya, Mr. Jaxx berenang, apa kamu ingin kuantar?”“Tolong, kalau tidak merepotkanmu.” Erica membiarkan Bill mendorong kursi rodanya, “Terima kasih, Bill.” Erica tersenyum sambil memperhatikan Jaxx di kolam renang, saat pria yang selalu menarik perhatiannya itu naik, Erica turun dari kursi rodanya perlahan-lahan agar kakinya tak terasa sakit.“Dokter menyuruhmu istirahat total, kan?” Jaxx mendekat, menggendong Erica, dan memangkunya sambil mengeringkan tubuh dengan handuk.“Kau membuatku basah, Jaxx.” Erica merasa sedang duduk di atas bongkahan es.Jaxx tersenyum, “Oiya? Boleh kulihat di sisi mana yang basah?” Meletakkan handuk dan berniat memagut bibir itu, tetapi Erica malah menjauh dan membuatnya semakin terbahak.“Aku tidak menemukanmu tadi saat makan s
“Jaxx!” Hans langsung mengacungkan pistol membuat semua pengunjung berlarian ke luar.Bukannya takut, Jaxx malah terkekeh sambil berjalan mendekat, “Aku berencana mencarimu setelah ini dan kau malah datang sendiri untuk mencari masalah, apa tanganmu yang lemas itu sudah bisa menembak sekarang?”Tangan Hans yang bergetar, dia pun memegang pistol dengan dua tangan agar getarannya hilang, “Kalau madam Rose tak melindungimu, mungkin kau sudah mati sejak dulu.” Hans sering bersitegang dengan Jaxx, pendapatnya selalu berseberangan, dan kini Erica seolah menambah semua semakin rumit. Hans tahu, kemampuannya tak sebaik Jaxx, tetapi dia juga punya bakat yang harusnya diakui juga oleh Rose mau pun Scott.Bill yang juga mengacungkan senjata ke Hans, membuat udara di sekitar memanas karena semua orang saling mengacungkan senjata sekarang.Jaxx tertawa, “Aku tidak akan menyesal mati di tanganmu, hanya saja, apa benar peluru itu akan menancap di dadaku? Seingatku tembakanmu tak pernah tepat sasaran
Erica berjalan cepat untuk membuka pintu studio, “Ya?” Heran karena Jessie datang ke studionya, “Jessie, apa kabar?” Memeluk begitu saja. Jessie langsung mendorong Erica menjauh, “Hans mencarimu, aku tidak tahu kalau akan berakhir seperti ini, aku hanya bilang kalau kau tinggal dengan Jaxx agar dia tidak kawatir, tetapi malah berakhir fatal.” Erica mengerutkan kening, “Jaxx baik, ada apa memangnya? Aku memang belum bertemu dengannya hari ini, tetapi dia baik-baik saja.” Jessie menggeleng, “Hans menembak Jaxx di Aganta. Semua orang membicarakannya dan itu membuatku langsung ke sini setelah menutup kedai. Aku-" Jessie mengikuti Erica yang masuk dengan kaki pincang, “Kau mau ke mana dengan kaki seperti itu?” Erica mengambil tas yang tadi digeletakkan, “Aku akan ke rumah sakit. Aku tidak bisa diam saja di sini saat Jaxx seperti itu. Aku harus menemuinya, terima kasih karena sudah memberi tahuku, Jessie.” “Bagaimana dengan kakimu?” Jessie masih saja mengekor. Bahkan setelah ke luar st
“Bagaimana kata dokter, Jaxx?” Erica menyuapi Jaxx dengan bubur. Meski bisa makan nasi, Erica pikir bubur lebih sehat dan mudah dicerna, jadi Erica menyuruh Bill membeli itu tadi. “Sebenarnya malam ini sudah bisa pulang kalau kau mau merawatku.” Jaxx tersenyum menggoda ke Erica. “Tentu saja aku akan merawatmu, Jaxx.” “Kalau begitu Bill akan mengurusnya. Aku juga sudah bosan di sini. Tidak ada tempat ternyaman selain di rumah.” Jaxx menyuruh Bill mengurus administrasi sedangkan dirinya menghabiskan bubur yang disuapkan Erica. Di tempat lain ... ‘Bug! Bug! Bug!’ Tersenyum dan melempar stik golfnya. Hans yang terkapar di depannya meski masih bernapas, Rose mendongakkan wajah itu, “Sudah kukatakan padamu kalau Jaxx adalah milikku dan kau berani menembak lengannya?” Hans tersenyum, “Anda bahkan lebih mempercayai Jaxx dari pada aku yang sudah kenal lebih lama dan bergabung di sini lebih dulu?” ‘Plak!’ Rose menampar Hans sampai wajahnya kembali mencium tanah, “Kau mau mati hari ini?”
Eva mengajak Erica makan bersamanya, “Kalau dilihat, jalanmu lebih pelan dari biasanya, apa kamu sedang sakit, Er?” Erica tersenyum, “Aku terjatuh di tangga, Eva. Hanya luka ringan, sebentar lagi juga sembuh, bagaimana dengan tugas akhirmu? Aku sangat lama tidak ke kampus.” Eva terkekeh, “Ya, aku sampai merindukanmu meski kita tidak terlalu akrab. Bobi akan mengadakan pesta minggu depan, apa kamu bisa datang? Aku akan menjemputmu.” Erica menoleh ke Bobi, “Hm ....” “Aku juga mengundangmu kok, hanya belum bilang saja, Eva sudah nyerocos dari tadi. Datang, ya?” Bobi tersenyum semanis mungkin untuk meyakinkan Erica. “Aku akan mengusahakannya, pekerjaanku cukup banyak, tetapi aku tidak akan mengecewakanmu.” Erica harus membangun banyak relasi karena sebentar lagi lulus, dia harus menggapai impiannya, tidak mungkin terus menumpang di rumah Jaxx meski dia sangat menyukai hal itu. Bobi mengangguk, “Aku menunggumu, Erica. Aku akan senang jika kamu benar-benar datang.” Erica menoleh ke j
Jaxx langsung diarahkan ke lokasi. Melihat beberapa kotak digali agar terlihat semua, Jaxx turun begitu saja, dan memeriksa satu yang paling dekat dengannya. Melihat apa yang ada di dalam, Jaxx tertawa, “Aku menemukannya.” Menoleh ke Bill, “Siapkan tempat yang kita bicarakan kemarin, bawa semuanya ke sana, dan perketat penjagaan."Bill mengangguk dan pergi untuk menyiapkan perintah Jaxx.Abi mendekat, “Saya akan menyiapkan truk untuk mengangkutnya.”Jaxx yang masih tertawa, berbalik menghadap Abi, “Lakukan yang terbaik, jangan lupa menghitungnya, aku akan mengawasi dari atas.” Dia sedang berbahagia. Sepertinya sebentar lagi Scott akan memberikan posisi yang dia inginkan setelah penemuan ini dan dengan itu dia tak perlu lagi bekerja keras karena kedamaian pasti sudah teratasi oleh posisi yang diincarnya itu.Abi turun, mencatat semua penemuan agar tak sampai ada yang tertinggal, dan memerintah anak buah Jaxx yang lain agar menyiapkan truk karena Bill sudah bilang kalau tempat penyimpan
‘Secepatnya. Anda tidak usah kawatir.’Hampir malam. Erica merasa apa yang diucapkannya dari tadi menggema di telinga, bahkan saat dia makan pun, lidahnya tak merasakan enak, hanya ingin segera bertemu dengan Jaxx saja.“Anda ingin yang lain, Nona?’ tanya pelayan Jaxx.Erica menggeleng, “Terima kasih. Aku mau istirahat.” Erica menghabiskan minumannya dan pergi ke kamar. Ada beberapa hal yang harus dikerjakan menyangkut tugas akhirnya, tetapi pikirannya tak bisa fokus, dia hanya membolak-balik buku tanpa bisa menyelesaikan apa pun, dan malah ke luar saat mendengar deru mobil mendekat. Sepertinya Jaxx sudah pulang.“Kau belum tidur?” Jaxx memeluk Erica dan memagut bibir singkat.Erica tersenyum, “Bagaimana dengan lenganmu?”“Lebih baik karena aku punya perawat yang bisa diandalkan.” Jaxx memeluk Erica, merayapkan tangan ke punggung untuk menggoda, dan bersiap mencium Erica lagi.“Jangan di sini, Jaxx. Aku mau di kamar.”Jaxx terkekeh, “Oke.” Memegangi tangan Erica dan menuntunnya ke kam
“Mr. Scott!” Jaxx langsung berlari melihat Scott hampir masuk bandara, “Apa ini?!” Scott terkekeh, “Aku sudah bilang padamu kalau aku ingin pensiun, kan?” “Dengan melarikan diri? Aku bisa membebaskanmu dari wanita sialan itu, tinggal sedikit lagi, Aganta tidak akan dijual ke siapa pun. Meski itu juga berarti aku tidak bisa mengusir Rose, dia tidak akan bertingkah di sini, aku akan melakukan apa pun untuk menaikkan saham kita di sana.” Jaxx berharap bisa merayu Scott, “Tolong, tetaplah di sini.” Scott tersenyum lebar, “Aku hanya berlibur untuk beberapa hari, aku tidak mati atau pergi ke mars, jadi jangan kawatir. Aku akan kembali lagi, Jaxx.” “Kapan? Aku harus tahu kapan pastinya Anda kembali, Mr. Scott.” Andai Jaxx bisa mungkin dia sudah menarik koper-koper yang dibawa anak buah pribadi Scott dan mengajak Scott kembali ke markas inti. “Kau akan mengetahuinya. Berhati-hatilah dengan Rose, kita sama-sama tahu kalau dia selalu menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadinya se
Jaxx, Bill, dan Abi saling melempar pandang, “Siapa?” Jaxx mengurai pelukan itu dan menatap Erica lebih serius. “Pak Johan. Beliau pimpinan Aganta. Bukankah kamu sering ke sini, Jaxx? Aku pikir kamu mengenalnya sampai membuat pengajuanku berjalan sangat lancar tadi.” Melihat wajah Jaxx yang berkecamuk, Erica jadi gugup, “Apa ... kita merayakannya dengan es krim?” Jaxx menoleh ke Bill dan Abi, “Aku beli es krim dengan Erica. Kerjakan tugas kalian.” Merangkul Erica dan ke luar dari Aganta sambil terus mencari Johan. Dia tidak menyangka kalau pria itu sudah berada di Aganta setelah sekian lama dicari-cari ke mana pun. Erica yang terganggu karena Jaxx diam dari tadi, merangkul pria itu lebih erat, “Apa ada sesuatu, Jaxx?” Jaxx tersenyum, “Sesuatu? Tidak ada. Apa memangnya?” Jaxx mendekat ke penjual es krim, “Semangkuk yang spesial untuk perempuan yang spesial.” Penjual tersenyum lebar, “Pasti, Tuan.” Meracik pesanan dengan senang hati. Erica yang mendengar pesanan Jaxx, jadi merona
“Tidak. Untuk apa aku cemburu?” Erica mempercepat memakai pakaian dan meneguk minuman bersoda yang tadi dibelikan Bill. “Malam ini pulanglah ke rumahku.” Jaxx mendekat dan menebuk birnya, “Setelah patungnya didaftarkan ke Aganta, harusnya kau tidak perlu ke kampus, kan? Menemui dosen atau temanmu yang tidak jelas itu.” imbuh Jaxx. Erica menggeleng lagi, “Dengan tetap di sini aku bisa menemukanmu secara tidak sengaja seperti waktu itu. Meski aku tahu kalau kamu bisa mengobrol dengan siapa saja, kejutan yang seperti itu membuatku lebih hidup.” Jaxx terkekeh, “Ucapanmu bisa disimpulkan kalau kamu kesepian setiap di rumahku. Apa tebakku benar?” Erica masih mau menjawab, pintu studio diketuk oleh seseorang, dan dia ke sana untuk membukakannya. “Masuklah!” Ternyata itu Bill, Abi, dan beberapa orang pria, “Tolong berhati-hatilah. Aku akan menangis kalau sampai ada kesalahan.” Jaxx mendekat dan merangkul pinggang Erica, mengawasi patung dinaikkan ke truk, dan mengajak Erica berangkat ke
Setelah tangan Hans selesai dibersihkan, Rose menyuruh Hans mandi agar bau keringat itu hilang, dan dia membantu Jaxx membuat mi. “Aku mandi dulu.” Scott meninggalkan Rose dan Jaxx di dapur karena tubuhnya juga gerah. Rose pun tersenyum, “Jadi, kau yang mengambil paket itu?” “Paket apa?” Jaxx tak paham. “Kau bilang Hans terjatuh dan kau yang mengejar anjingnya, kan? Kalau Hans sudah mengambil paketnya, untuk apa kamu masih mengejar anjing itu, artinya kau yang berhasil mengejar.” Meliat Jaxx mau menyangkal, Rose bicara lagi, “Aku lebih berpengalaman darimu, Jaxx. Jangan membohongiku. Katakan, kenapa kamu bilang kalah Hans yang mengambilnya?” Jaxx tersenyum, “Dia punya dua sosis di kulkas dan itu cukup adil, kan? Aku tahu apa yang kulakukan, Madam. Jangan kawatir.” Mi yang sudah siap makan, Jaxx membawanya ke ruang makan, dan langsung disantap. Sedangkan Rose pergi sambil tersenyum. Pikiran Jaxx masih sangat dangkal ternyata. Dia ke kamar, menyiapkan pakaian untuk Scott dan duduk
Awalnya Jaxx mengerutkan kening, tetapi dia terkekeh setelahnya, “Jadi, kamu melihatku di bar malam itu? Kau marah dan pergi bersama temanmu minum? Kau konyol sekali, seperti anak kecil yang marah karena tidak dibelikan permen, aku harus menyebutnya konyol atau lucu?” Jaxx kembali mendekat untuk memagut bibir Erica, tetapi lagi-lagi Erica membuang muka, membuatnya semakin gemas. “Tidak. Aku pergi dengan temanku bukan karena itu.” Erica agak terkejut saat Jaxx menarik dagunya, membuat matanya mau tak mau menatap Jaxx, pandangan itu bukan amarah, hanya saja Erica terganggu, “Jangan menatapku seperti itu.” Jaxx tersenyum, “Kenapa? Aku suka.” Erica baru saja mau membuka mulut dan Jaxx langsung membungkam mulut itu dengan bibirnya, menyesap kuat, serta menuntut. Tangannya kembali liar merabai punggung Erica dan berdiri dengan Erica yang kini digendong. Merebahkan tubuh itu perlahan ke ranjang dan membuang pakaian Erica saat bibirnya melepas bibir Erica sejenak untuk beristirahat. “Aaaah
Erica menelan ludah, “Ak-aku pergi dengan Eva, kami hanya minum beberapa gelas, dan dia sengaja merekam dan menyebarkan video itu ke grup kampus. Dosen bilang akan membantuku kalau dia sudah tahu sebagus apa patung yang kubuat, jadi aku mengizinkannya datang.” Erica yang sudah melepas pelukan, ganti dengan memeluk lututnya sendiri, “Aku harus punya ijazah untuk masuk ke Aganta, apa pun akan kulakukan meski pun-” “Meski pun kau harus melayani pria hidung belang yang tadi?!” tukas Jaxx yang masih kesal dengan sanggahan Erica. Erica menusap wajah kasar, dia tak memiliki jawaban, meski kenyataannya dia tak ingin, tetapi bila hanya itu jalan satu-satunya, Erica bisa apa? “Mana patungnya?” Jaxx mengedarkan padangan, melihat patung sebesar dirinya, dia pun mendekat, sungguh itu sangat mirip dengan dirinya, dan dia langsung menoleh ke Erica lagi, “Apa ini sudah selesai?” Erica menggeleng, “Aku harus menyematkan selendang dan memberi sedikit warna di beberapa bagian lagi.” “Lakukan sekara
Jessie tersenyum lebar menyambut pembelinya, “Halo, Bill.” Menoleh ke Jaxx dan mengangguk, “Mau kopi?” Jaxx mengedarkan padangan, “Di mana Erica?” “Hari ini dia pulang lebih awal, ada sesuatu yang terjadi, dosen sedang memeriksa pekerjaannya, tetapi sepertinya dia tidak kembali, ini sudah sore, dan mereka baru pulang.” Jaxx menoleh ke Bill, “Telepon aku kalau ada hal mendesak.” “Baik, Mr. Jaxx.” Bill menoleh ke Abi dan tersenyum lebar. Dia akan menikmati kopi sambil sedikit bersantai hari ini. Jaxx berjalan santai ke studio, bukan dia tak percaya dengan Erica atau dosen Erica yang datang, hanya saja terlalu lama tak bertemu dengan Erica membuat Jaxx ingin segera bertemu perempuan yang selalu mengganggu jam tidurnya itu. Erica tersenyum, “Ya, tentu saja. Aku mengerjakan semua ini dengan profesional, Pak.” Dosen malah terkekeh, “Kurasa tidak, dengan bentuk dan ukuran seperti itu, urat-urat yang terlihat nyata, aku yakin ada hal lain yang terjadi.” Berbalik dan mendekat ke Erica,
Jaxx tersenyum dan mengangguk. Dia sendiri yang tahu seperti apa Scott membesarkan gudang haram ini dan Rose yang tiba-tiba meminta jatah dengan segala permainan kotor, seolah Jaxx pun gatal untuk segera menyingkirkannya juga. “Aku akan menyerahkan semua tanggung jawab padamu.” “Apa?!” Jaxx langsung menoleh, tak percaya dengan apa yang diucapkan Scott, semua seperti ilusi. Scott tersenyum, “Usiaku sudah tidak muda lagi, aku muak dan lelah, Rose tidak akan pernah mengganggu secara terang-terangan, jadi aku akan pensiun.” “Lalu? Apa yang harus kulakukan? Harta karun kita?” Jaxx memang mendambakan posisi yang diberikan Scott, tetapi setelah menerimanya, raganya gugup, “Aku tidak akan sehebat dirimu.” Scott malah tertawa, “Lakukan apa pun yang kamu mau, kalau obat surga itu membuatmu lelah, tetap simpan senjata kita, orang tidak akan pernah mabuk hanya karena senjata, kan?” Ya, selama ini Scott memang pemasok obat terlarang terbesar dan senjata ilegal di, kantor asuransi yang selama
Jaxx terkekeh dan melempar rokoknya sembarang.Pelayan memulung rokok itu dan membuangnya dengan benar setelah memastikan putungnya mati. Di sini, Rose paling takut kalau sampai terjadi kebakaran, dan Jaxx sepertinya sengaja memancing emosi Rose.“Aku tahu kau menyembunyikan Johan. Di mana dia sekarang?” Jaxx hanya menatap sekilas minuman yang disajikan untuknya. Dia tak akan tergoda oleh racun apa pun di rumah ini.Rose terkekeh, “Aku saja tidak tahu Johan itu yang mana. Sepertinya kamu salah paham, tetapi aku senang karena dengan kamu ke sini, aku jadi tahu kalau kamu masih memperhatikanku, buktinya kau langsung merokok saat aku sengaja menyuruh sopir agar pelan saja ke sininya.” Mengambil minuman dan menikmatinya, “Aku tidak memasukkan apa pun ke sini. Itu kalau kamu masih tertarik dengan teh herbal baru penemuan koki andalanku.”“Aku tidak berniat mencicipi apa pun, katakan saja di mana Johan, dan aku akan pergi.” Jaxx tak akan tertipu untuk ke dua kali.“Aku benar-benar tidak tah