Share

Bab 44

last update Last Updated: 2025-04-21 14:03:46

Danish membiarkan Lavanya menangis di dalam pelukannya. Ia tidak mengatakan apa pun. Hanya tangannya yang mengusap punggung Lavanya, berharap bisa memberikan kekuatan yang dibutuhkan perempuan itu. Danish tahu pelukannya mungkin akan menjadi sebuah kesalahan besar, tapi rasa kasihannya pada Lavanya membuat logikanya kalah. Ia yang awalnya berusaha tidak berinteraksi secara fisik dengan Lavanya akhirnya melakukan hal tersebut.

Pelukan Danish begitu hangat. Namun entah kenapa tidak cukup bagi Lavanya. Mungkin karena lukanya yang terlalu dalam. Ia merasa benar-benar dikhianati. Tangisnya saat ini bukan hanya tentang pengkhianatan, namun juga mengenai tentang kelelahannya berjuang sendiri mempertahankan rumah tangganya dengan Erik.

Tidak tahu berapa lama Lavanya berada di pelukan Danish sampai sesuatu memberinya kesadaran. Lavanya segera melepaskan diri dari dekapan hangat lelaki itu.

"Maaf," ucap Danish. Ia tidak ingin Lavanya menganggapnya memanfaatkan kesempatan.

Lavanya mengusap mata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 45

    Danish sudah pulang sejak lima menit yang lalu, namun keberadaannya masih tersisa di ruangan ini. Perlakuan Danish sangat melekat di hati Lavanya. Lelaki itu tidak menghakimi, tidak juga memaksakan kehadirannya, apalagi memperkeruh suasana. Namun justru sikapnya itu membuat Lavanya merasa simpati. Lavanya yang biasa dituntut kuat dan tangguh sekarang mendapat tempat untuk bersandar. Lavanya takut menjadi terlalu nyaman. Ia khawatir menjadikan Danish sebagai tempatnya untuk bergantung.Pintu yang dibuka tanpa aba-aba menghalau lamunan Lavanya mengenai Danish. Lavanya tersentak melihat kemunculan Erik. Rasa syukur tak terhingga terucap di hatinya. Untung saja Danish sudah pergi. Jika tidak, pertemuan mereka pasti tidak terelakkan dan akan memunculkan masalah baru. Belum hilang rasa terkejut Lavanya, ia kembali dibuat kaget kala mengetahui suaminya tidak sendiri. Ada Mona yang berjalan di belakang Erik."Hai, Nya, Mas Erik ngajak aku buat besuk Belia," sapa Mona ceria.Lavanya tertegun.

    Last Updated : 2025-04-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 46

    Hari ini dokter sudah mengizinkan Belia pulang. Kebetulan hari ini bertepatan dengan hari Minggu. "Dokter bilang hari ini Belia sudah boleh pulang. Ayo siap-siap," kata Lavanya. Ia mengambil baju Belia lalu membantu memasangkan ke tubuh mungil sang putri, mengganti dengan pakaian rumah sakit.Belia tidak menanggapi dengan kata-kata. Mulut kecilnya terkatup rapat."Kok cuma diam? Belia nggak senang ya pulang ke rumah?" tanya Lavanya menyadari ekspresi muram yang tercetak dengan jelas di wajah Belia."Papa mana, Ma? Kenapa Papa nggak datang? Papa nggak jemput kita ya?"Pertanyaan Belia yang diucapkan dengan kesedihan menampar Lavanya dengan keras. Lavanya sudah mencoba menghubungi Erik dan memberitahu bahwa hari ini mereka akan pulang. Ia juga meminta kesediaan pria itu untuk menjemput agar putri mereka senang. Tapi tidak ada tanggapan apa-apa. Erik seolah menutup mata dan menyerahkan semua tanggungjawabnya pada Lavanya. Sejak kunjungannya dengan Mona kala itu, Erik tidak pernah lagi d

    Last Updated : 2025-04-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 47

    "Lagi ada tamu ya, Ma?" tanya Belia yang tidak lepas memegang buket uangnya."Mungkin, Sayang. Ayo kita masuk."Lavanya dan Belia membawa langkah ke dalam rumah. Seketika suara tawa canda tadi terhenti, sama dengan Lavanya yang juga menghentikan langkahnya begitu melihat Erik dan Mona duduk berdua di sofa ruang tamu dengan tubuh yang saling menempel."Papa!" seru Belia."Eh, udah pulang?" balas Erik datar."Papa kenapa nggak jemput aku ke rumah sakit?" Belia menanyakan alasannya."Ini Papa sama Tante Mona rencananya mau jemput Belia, tapi Belia udah keburu pulang. Jadi Papa nggak salah, 'kan?""Nggak," ucap Belia walau kecewa.Belia memandangi Mona. Perempuan itu tersenyum padanya."Belia udah sehat?" Anak kecil yang rambutnya dikepang itu mengangguk lemah."Oh iya, nanti Tante Mona bawain susu sama roti lagi ya?""Nggak usah, Mon," jawab Lavanya cepat. Ia tidak sudi menerima apa pun dari perempuan itu."Santai aja, Nya, nggak usah malu. Nggak beli kok. Tinggal ambil di toko." Perha

    Last Updated : 2025-04-21
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 48

    Lavanya menatap Neli dengan perasaan kecewa. Harapannya tentang kehamilannya yang akan disambut dengan gembira pupus saat itu juga. Kata-kata Neli yang kasar begitu menyakitinya. Semestinya sejak awal ia menyadari ia tidak perlu berharap apa-apa dari keluarga suaminya.Lavanya menggelengkan kepala, menolak permintaan mertuanya. "Aku nggak akan menggugurkannya, Bu. Aku nggak bisa."Mendengar penolakan Lavanya membuat Neli semakin marah. Mata perempuan itu membelalak lebar. "Nggak bisa kamu bilang? Enak aja kamu bilang begitu. Sampai kapan kamu mau nyusahin hidup Erik? Dia udah menderita karena hidup sama kamu. Dan sekarang kamu masih belum puas juga menambah bebannya?"Lavanya tidak mengerti. Kenapa Neli begitu mudah memutarbalikkan fakta. Bukan Erik yang menderita, tapi Lavanyalah yang sengsara hidup dengannya. Bukan Lavanya yang menjadi beban, tapi Erik dan keluarganyalah yang menjadi parasit dalam hidup Lavanya.Meskipun hatinya sakit mendengar tudingan Neli, namun Lavanya masih men

    Last Updated : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 49

    Detik itu juga jantung Lavanya seakan berhenti berdetak mendengarnya. Buket uang itu kini tergeletak di atas tempat tidur dan tampak berantakan. Dengan hati hancur Lavanya menghitung uang yang tersisa. Perasaan geram, marah, sedih dan kecewa berebutan mengambil tempat di hatinya ketika mengetahui Erik mengambil lima juta dari buket uang itu, setengah dari total keseluruhannya."Papa bilang apa sama Belia?""Papa bilang pinjam uangnya dulu. Aku udah bilang nggak mau tapi Papa bilang nanti bakal ganti uangnya. Terus Papa pergi sama Tante Mona," jelas Belia sesenggukan.Lavanya sontak merengkuh putrinya itu, membawa ke pelukannya. Tangis Belia semakin deras di dada Lavanya. Anak itu benar-benar sedih karena buket uangnya rusak."Belia, Mama tahu Belia sedih. Mama janji kalau ada uang Mama akan ganti uang yang diambil Papa," bujuk Lavanya menghibur Belia."Kalau Om Danish tahu, dia pasti marah, Ma. Buket uang itu, 'kan, untuk aku." Belia masih terisak di dada Lavanya."Om Danish nggak ak

    Last Updated : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 50

    Lavanya menunduk memandangi gelas bening berisi cairan coklat pekat di hadapannya. Seketika ia menutup hidungnya dengan telapak tangan ketika menghirup aroma yang begitu menusuk dari cairan itu.Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba Neli menjadi begitu baik padanya? Baru kemarin perempuan itu memaksa Lavanya agar menggugurkan kandungannya, namun pagi ini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak mungkin juga, 'kan, mertuanya berubah pikiran secepat itu?"Kenapa melamun? Ayo diminum jamunya. Ibu kasihan melihat kamu muntah-muntah terus. Dulu waktu Ibu mengandung Erik, Ibu juga rutin minum jamu biar kuat dan nggak muntah-muntah lagi."Lavanya merasa ragu. Selain tidak pernah menyukai jamu, akal sehatnya memberi peringatan akan perubahan sikap Neli yang tiba-tiba."Bu, aku nggak suka jamu. Maaf." Itu yang Lavanya ucapkan."Ibu tahu. Tapi kamu itu lagi hamil, Lavanya. Dipaksain minum jamunya. Kalau kamu sakit, 'kan Erik juga yang repot. Emangnya kamu nggak kasihan sama suamimu?

    Last Updated : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 51

    Saat jam makan siang Lavanya benar-benar pergi dengan Danish. Yang orang-orang kantor tahu adalah keduanya pergi bersama mengantar dokumen penawaran tender. Tidak terlalu lama, mereka akhirnya tiba di komplek perumahan yang dituju. Perumahan tersebut masih baru dan terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota. Jalan yang membentang di sana juga sudah diaspal licin. Setelah melalui gerbang perumahan, Danish menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah berwarna krem. Rumah tipe 36 itu memang sederhana, tapi begitu manis dengan bunga-bunga yang tumbuh di halaman kecil di depannya."Ini salah satu unit yang siap huni. Letaknya strategis, nggak terlalu jauh dari gerbang. Tapi kalau kamu kurang sreg, kita bisa mencari unit lain," jelas Danish sembari turun dari mobil dan menunjuk rumah di hadapan mereka.Lavanya mengamati rumah tersebut dengan saksama. Ada jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa. Pintunya yang mengilat, baru selesai dipernis dan berwarna

    Last Updated : 2025-04-22
  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 52

    "Biar kandungan kamu kuat, Lavanya. Ibu masih ingat, dulu beberapa kali kamu hampir keguguran waktu mengandung Belia," jawab Neli membeberkan alasannya. Lavanya mengerutkan dahi. Perubahan sikap Neli yang begitu drastis hanya dalam waktu satu malam menimbulkan kecurigaan tak berkesudahan di hatinya. "Kenapa tiba-tiba Ibu berubah sikap? Bukankah kemarin Ibu ngotot maksa aku buat menggugurkannya?" "Kemarin Ibu memang berpikiran begitu. Tapi ibu merenung dan menyadari kalau Ibu salah. Bagaimana mungkin Ibu menyuruh kamu meminta menggugurkan cucu sendiri. Anak kamu adalah cucu Ibu juga. Walau bagaimanapun dia adalah daging Erik. Ibu minta maaf soal kemarin." Lavanya terdiam. Neli tampak bersungguh-sungguh, membuat Lavanya berada di ambang keraguan. "Ayo! Tunggu apa lagi? Kasihan Bu Yati. Dia udah nunggu kamu pulang dari tadi." Suara Neli terdengar mendesak dan penuh tuntutan. Lavanya melirik ke arah Erik, meminta bantuan agar mendukungnya. Namun suaminya itu hanya diam. Ia duduk

    Last Updated : 2025-04-23

Latest chapter

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 63

    Kamar itu begitu sunyi. Hawa dingin yang ditiupkan titik hujan di luar sana membuat suasana semakin sejuk.Di atas ranjang rumah sakit yang berada di kamar itu, Lavanya terbaring lemah. Proses kuretase sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Namun Lavanya masih belum sadarkan diri. Danish yang mendampingi duduk di kursi sebelah tempat tidur Lavanya. Pandangannya tidak beralih dari wajah pucat perempuan itu, menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Sebelum Lavanya sadar dan membuka matanya Danish tidak akan bisa tenang.Danish mengerjap. Dirinya pikir ia sedang berkhayal ketika melihat kelopak mata Lavanya bergerak kemudian terbuka pelan-pelan.Butuh waktu beberapa detik bagi Lavanya untuk menyadari keadaannya. Ia tidak tahu di mana tempat ini dan apa yang menyebabkannya berada di sana."Lavanya..." Suara lembut yang sudah sangat ia hafal memanggil namanya. Lavanya menggerakkan kepala dan mendapati Danish sedang duduk di sebelah kanannya."Saya di mana?" Lavanya bertanya lirih."Di

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 62

    Supir menghentikan mobilnya di depan instalasi gawat darurat. Danish langsung turun sambil membopong tubuh Lavanya. Beberapa orang petugas menyambut Danish."Tolong, Sus, dia pingsan dan pendarahan." Danish memberitahu dengan cepat.Lavanya dibaringkan di ranjang rumah sakit. Danish yang bermaksud mendampinginya terpaksa harus menyingkir karena suster menyuruhnya."Maaf, Pak, silakan tunggu di luar dulu."Dengan berat hati Danish bergerak meninggalkan Lavanya. Di dalam hati ia tidak berhenti berdoa demi keselamatan mantan kekasihnya. Danish berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Lavanya. Ia menyugesti diri bahwa semua akan baik-baik saja."Gimana?" tanya Ophelia ketika Danish kembali ke luar."Disuruh nunggu dulu, Mi."Ophelia menghela napasnya. "Bikin repot aja," ucapnya dengan kesal. "Lagian kenapa sih kamu sampai sepeduli itu sama dia? Ingat, Nish, dia bukan siapa-siapa kamu. Dia hanya karyawan biasa.""Selama dia di sini dia tanggung jawabku, Mi.""Tapi kamu nggak perlu me

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 61

    Matahari baru saja terbit di ufuk timur ketika Danish membuka mata. Dan hal pertama yang pria itu ingat adalah Lavanya. Di antara begitu banyak hal yang bisa ia pikirkan, Lavanya menempati urutan teratas.Mungkin Lavanya sudah bangun dan saat ini merasa kebingungan apa yang harus dilakukannya di lingkungan asing yang masih baru baginya.Danish segera turun dari tempat tidur. Ia menggegas langkah ke kamar Lavanya. Diketuknya pintu. Namun tidak ada sahutan dari dalam.Apa Lavanya masih tidur?Danish mengulangi ketukannya. Kali ini dengan lebih keras. Hasilnya tetap sama. Mungkin Lavanya sedang sarapan di ruang makan, pikirnya.Danish pergi ke ruang makan saat itu juga. Setibanya di sana ia menemukan Ophelia sedang menyantap sarapannya. Perempuan itu hanya sendiri karena kemarin sore suaminya berangkat ke luar negeri."Mi, Lavanya mana?" tanya Danish langsung.Ophelia yang sedang menyendok oatmeal sontak menghentikan suapannya. "Maksud kamu apa? Kok nanya Mami?""Lavanya nginap di sini,

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 60

    Ophelia melangkah anggun mengikuti Danish yang memimpin jalan di depannya. Begitu melihat kemunculan keduanya, Lavanya yang duduk di ruang tamu segera berdiri dan tersenyum sopan pada Ophelia."Lavanya, ini ibu Ophelia, mamiku. Mi, ini Lavanya, rekan kerjakuyang tadi aku ceritakan," kata Danish mengenalkan keduanya."Selamat malam, Bu." Lavanya menyapa Ophelia sambil mengulurkan tangannya untuk berjabatan.Wanita sosialita itu menyambut jabat tangan Lavanya. Mungkin Lavanya tidak menyadarinya, namun bagi Danish yang sudah sangat mengenal karakter sang ibu, ia tahu bahwa saat ini Ophelia sedang menilai Lavanya dalam hatinya.Ophelia tersenyum sambil menjabat tangan Lavanya. "Silakan duduk," ucap perempuan itu agar Lavanya kembali ke tempatnya.Lavanya mendudukkan diri di tempatnya tadi. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Ophelia. Selama ini ia hanya tahu wajah wanita itu melalui foto. Selama berpacaran dengan Danish, sang kekasih tidak pernah satu kali pun membawa ke rumahnya, apa

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 59

    Rumah orangtua Danish berdiri dengan megah di sebuah kawasan elit yang berada di Jakarta Selatan. Arsitekturnya bergaya klasik modern dengan pilar-pilar tinggi, jendela-jendela besar dan halaman yang begitu luas. Di sisi kanan terdapat taman beraneka bunga dengan lampu taman yang bercahaya terang. Di samping taman itu ada sebuah kolam renang berbentuk persegi dengan air berwarna biru yang menyejukkan mata.Gerbang hitam setinggi tiga meter otomatis terbuka, memberi jalan untuk taksi yang keduanya tumpangi. Lavanya meremas tali tasnya. Jantungnya memompa darah jauh lebih cepat dari yang seharusnya. Ada perasaan asing menjalari dirinya. Semacam rasa tidak pantas berada di tempat itu. Bangunan yang berdiri kokoh di hadapannya membuat nyalinya sedikit ciut."Ayo kita turun," ajak Danish ketika taksi berhenti tepat di halaman rumah.Lavanya menghela napas, mempersiapkan diri untuk bertemu dengan orang di dalam istana besar itu.Rumah itu terlihat sunyi. Mungkin para penghuninya sudah bera

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 58

    Lavanya tersentak kaget kala mendengar dering suara ponsel. Bukan miliknya, tapi berasal dari pria di seberang mejanya. Seluruh lamunannya mengenai masa lalu buyar saat itu juga.Danish mengambil handphonenya dan melihat nama 'Mami' di layar. Ternyata ibunya yang menelepon."Boleh aku terima telepon dulu?" katanya meminta izin pada Lavanya.Danish tidak berubah. Dari zaman mereka berpacaran dulu selalu sama. Setiap kali mereka bersama dan ada telepon masuk ia akan selalu meminta izin terlebih dahulu pada Lavanya sebelum menjawabnya. Hanya saja yang berubah saat ini adalah status hubungan mereka."Silakan, Pak," jawab Lavanya sopan. "Saya mau ke toilet dulu." Ia pikir Danish butuh privasi untuk berbicara dengan seseorang di seberang sana."Kamu nggak perlu pergi, Nya. Itu telepon dari Mami, nggak ada yang rahasia," cegah Danish seolah tahu apa yang saat ini mengisi kepala Lavanya.Lavanya urung melaksanakan niatnya. Ia tetap duduk di tempat. Lantaran tidak ingin dianggap menguping, Lav

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 57

    Lavanya menundukkan kepala, memutus pertemuan mata yang intens di antara mereka. Beruntung pelayan restoran datang mengantar pesanan keduanya.Dua piring hidangan disajikan untuk mereka. Roasted chicken wing with garlic herb butter untuk Lavanya, serta tenderloin steak untuk Danish. Sedangkan untuk minumannya iced lychee tea favorit Lavanya dan juice apple kesukaan Danish.Baru melihatnya saja Lavanya sudah merasakan kesegaran mengaliri tenggorokannya. "Silakan dimakan, Nya," suruh Danish.Lavanya mengangguk lalu menyuap sayap ayamnya. Setiap potongan yang ia telan seakan sedang memanggil kenangan masa lalu ke permukaan. Kenangan indah yang sayangnya sangat menyesakkan dada. Rasa garlic butter yang gurih membawanya ke kamar tidur rumah kontrakannya beberapa tahun yang silam.Lavanya ingat betul kejadiannya. Saat itu Lavanya sedang sakit. Perubahan cuaca yang tiba-tiba dan sukar diprediksi berhasil melumpuhkannya. Semalam ia pulang kehujanan. Kebetulan di saat itu daya tahan tubuhnya

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 56

    Setelah meeting selesai Danish membawa Lavanya ke hotel tempat mereka akan menginap selama dua hari ini.Sebenarnya Danish bisa saja menginap di rumah orangtuanya, tapi ia memilih menginap di hotel dengan Lavanya. Alasannya sederhana, agar ia bisa mendampingi Lavanya jika sewaktu-waktu perempuan itu membutuhkan.Sepanjang perjalanan menuju hotel yang terletak tidak jauh dari kantor Serenity Group, Lavanya tidak mengatakan apa pun. Momen manis saat meeting tadi membuatnya merasa canggung pada Danish. Apalagi ia tahu persis seluruh peserta rapat memerhatikan mereka.Mobil yang membawa keduanya berbelok memasuki halaman sebuah hotel bintang lima dan menurunkan mereka tepat di depan lobi. Seorang petugas hotel dengan sigap membawakan koper Lavanya dan Danish. Setelah check in, sepasang mantan kekasih itu naik ke kamar yang berada di lantai atas yang letaknya bersebelahan."Mau makan dulu atau istirahat?" tanya Danish setelah tiba di depan pintu kamar Lavanya."Istirahat dulu, Pak. Dan ka

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 55

    Puluhan menit kemudian guncangan ringan dari helikopter yang menyesuaikan ketinggian membuat Lavanya terbangun. Seiring dengan kelopak matanya yang terbuka, ia merasakan tubuhnya lebih segar dari sebelumnya. Meski begitu sakit di perutnya tidak kunjung hilang. Sedetik setelahnya ia menyadari sesuatu yang berbeda. Ternyata kepalanya berada di pundak Danish. Entah sejak kapan. Lavanya yang terkejut seketika mengangkatnya. Pipinya bersemu karena malu."Maaf, Pak, saya nggak nyadar, tadi ketiduran," ucapnya tanpa berani memandang pada lelaki di sampingnya.Lelaki itu menerbitkan senyum tipis dari bibirnya. Ia terlihat santai. "Kamu terlalu banyak meminta maaf, Nya. Kamu nggak salah apa-apa padahal."Walau Danish menganggap sebagai hal yang wajar, tetapi tertidur di pundak atasan sekaligus mantan kekasih, tidaklah lazim menurut Lavanya.Kepalanya tertunduk semakin dalam, mengimbangi rasa malu yang kian menyebar. Berbagai perasaan melingkupi hatinya. Antara malu, terharu dan juga nyaman. Ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status