"Aku bisa tenang sekarang."
Seharian, Ashley melaksanakan pekerjaan dengan hati riang karena tak ada Carlos Montero di mana pun. Siang hari, sesuai jadwal, dia mengantarkan senampan makanan ke lantai dua, tempat Clython Montero berada. "Tuan muda, makanan untuk Anda," ucap Ashley, mengumumkan kehadirannya. Tangan Ashley baru saja hendak mengetuk pintu saat pintu di depannya tiba-tiba terbuka. "Terima kasih." Suara berat seorang pria muda, menyapa pendengaran Ashley, sehingga wanita itu refleks mendongak. Wanita itu seketika dikejutkan oleh penampilan tak terduga, penampilan dari seorang pria muda yang kini berdiri di depannya. "Wah, t-tampan.... " Mulut Ashley seketika mengucapkan kata itu saat melihat Clython untuk pertama kalinya. Ashley segera memukul mulutnya sendiri dan menjawab ucapan Clython sesopan mungkin. "S-sama-sama. Tolong tinggalkan catatan jika ada yang tidak sesuai dengan selera Anda, Tuan muda." "Oke." Clython, seperti kemarin, masih sangat irit bicara. "Saya undur diri. Jika ada yang perlu Anda perlukan, silakan bunyikan bel," ujar Ashley, sesopan yang dia biasa. Gugup, Ashley menundukkan kepala dan membungkukkan badan untuk untuk diri. "Wah, gila. Tidak heran jika dia adik Carlos Montero. Gen keluarga yang luar biasa!" Ashley menggumamkan itu dengan wajah ceria, mengagumi kehebatan gen keluarga Montero yang indah. Dia tersenyum lebar saat mengingat wajah Clython, yang mungkin masih seusia awal dua puluh tahunan. Wajah itu mengingatkan Ashley dengan Carlos beberapa tahun lalu, saat mereka awal awal bertemu. Ketampanan yang indah terbalut dalam ekspresi polos yang menggemaskan. Sayangnya, Carlos yang itu telah berubah menjadi lelaki bengis yang bahkan membuat Ashley kesal saat mengingatnya. Ketika asyik senyum senyum sendiri mengingat kenangan lama dengan Carlos sambil berjalan menuruni tangga, sebuah suara keras mengejutkan Ashley. "Ash!" Langkah Ashley seketika terhenti dengan tatapan terkejut ketika melihat ke arah seseorang yang tampak berjalan ke arahnya, tak mengira bahwa Carlos sudah ada di rumah ini. Kening Ashley berkerut saat melihat ekspresi Carlos. Kenapa dia terlihat marah? Apakah Carlos memergoki dirinya yang sedang senyum senyum sendiri setelah dari kamar Clython? "Carl? H-hai? " Seperti orang yang terpergok selingkuh, Ashley menyapa Carlos dengan gugup. Pria itu mendatangi Ashley dengan langkah-langkah yang cepat, wajahnya memancarkan kemarahan yang membara. Saat mereka berada di dekat, ia menarik wanita itu mendekat, lalu dengan kasar mencium bibirnya dalam sebuah ciuman yang penuh dengan amarah dan ketegangan yang memenuhi udara di sekeliling mereka. "H-hey! Kenapa kamu melakukan ini?!" Ashley berteriak dan dengan keras mendorong bahu Carlos menjauh. Badan Carlos yang besar tak bergerak sedikit pun atas dorongan Ashley, sebaliknya, dia menutupi tubuh Ashley dengan tubuhnya dan menelan bibir gugup wanita itu. Berbeda dengan sebelumnya, lidahnya meluncur kedalam, kali ini bergerak dengan hati-hati dan menjelajahi bagian dalam mulut Ashley. Di saat yang sama, Carlos juga menghisapnya seolah dia akan menelan semua nafas di mulutnya. Tak ada sama sekali tindakan penuh kasih sayang, rasanya seperti hanya sekedar gerakan menyegarkan seolah tak tahu harus berbuat apa. Setelah menghisap bagian dalam mulut Ashley, lidah Carlos menjilat bibir bagian depan. Ciuman yang tiba-tiba itu seperti menghentikan napas Ashley, tapi Carlos terlihat tidak peduli. "Carl!" Ashley berteriak, untuk membuat Carlos menghentikan tindakan gilanya. Carlos menjauhkan wajahnya sejenak, tapi langsung menyerang lagi. Dihisapnya bibir bawah Ashley seperti sedang memakannya. Terdengar gumaman lembab di telinganya. "Ah." Bibir Ashley terbuka lagi, dan dia mengeluarkan nafas manis tanpa menyadarinya. Carlos memelintir bibir Ashley saat melihat wajah wanita itu. Ciuman yang awalnya ringan menjadi lebih intens. Ashley kehabisan napas dan merasa pusing. "Carlos, tolong berhenti." Beberapa saat kemudian, Ashley baru bisa menguasai diri dan berkata dengan tegas. Carlos mengalungkan lengannya yang kuat ke pinggang ramping Ashley, lalu bertanya dengan suara dingin. "Jawab aku, sekarang kamu sedang hamil atau tidak?" "H-hah?!" Ashley tentu saja sangat kaget dengan pertanyaan Carlos yang sangat tiba-tiba. "Jawab saja, kamu sedang hamil anakku, kan?" Carlos bertanya dengan sungguh-sungguh, tapi Ashley menganggap pria itu gila sehingga menjawab dengan keras. "Kenapa aku harus hamil?! Aku tidak sedang hamil!" "Jawab jujur, Ashley Martin!" Nada suara Carlos meninggi, membuat Ashley menjadi marah dan menjawab dengan nada tinggi yang sama. "Aku sudah jujur, aku benar-benar tidak sedang hamil!" "Berbohong." Carlos mengatakan itu dengan ekspresi marah dan mencium Ashley lagi. Tekstur bibir bagian dalamnya ditekan dengan kuat. Lidah Ashley kini ditelan dengan penuh semangat, manis dan panas. Carlos terus-menerus menghisap dan menelan bibir lembutnya dan meluluhkan lidah mereka. Ashley merasa pusing dengan ciuman Carlos yang ganas dan membara sehingga tubuhnya terhuyung-huyung, Carlos segera memeluk tubuh ramping Ashley seolah sedang meremukkannya. "L-lepaskan aku! Kita tak ada hubungan apa pun lagi, kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku!" teriak Ashley dengan mata memerah karena menahan air mata, lalu berlari cepat ke kamarnya dan mengunci pintu. Meninggalkan Carlos dalam keadaan kacau dan berantakan. "Sial!" Carlos terus memandang pintu yang tertutup itu dengan tatapan rumit, sebelum kemudian memukul dinding dan mengacak-acak rambutnya dan berjalan pergi. Tanpa menyadari, bahwa seseorang di lantai dua, tengah asyik mengawasi mereka sejak awal.Carlos berjalan ke kamar dengan perasaan marah, duduk di pinggir ranjang seraya mengusap kasar wajahnya."Sial!"Umpatan pelan keluar dari bibir pria tampan nan tegap itu, wajahnya medongak, menarik napas panjang dengan mata tertutup. "Kenapa tidak hamil?"Gumaman pelan keluar dari mulut Carlos, terdengar begitu tertekan. "Aku sudah main tanpa pengaman. Harusnya hamil, kan?"Carlos mengacak pelan rambutnya, mengingat kembali tampilan menawan Ashley yang kini, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba bekerja di rumahnya. Carlos benar-benar frustasi sekarang. Trik yang dia gunakan untuk mengikat Ashley selamanya di sisinya, gagal total. Ada alasan kenapa di malam terakhir pertemuan mereka, Carlos meminta untuk bermain tanpa pengaman. Itu karena dia berencana membuat Ashley hamil, sehingga wanita itu datang lagi padanya dan meminta pertanggungjawaban. Dengan begitu, Carlos memiliki alasan untuk membatalkan pertunangan dan menikah dengan Ashley. Sejak awal, hanya Ashley wanita yang dia
"Ha! Kenapa aku malah berdandan!"Ashley dengan cepat menghapus riasannya dan tertawa miris di depan cermin. Sebuah kebiasaan memang benar-benar mengerikan.Selama tiga tahun dia terbiasa berdandan dahulu sebelum bertemu Carlos Montero, dan sekarang, saat berangkat bekerja ke kediaman Montero, tanpa sadar dia berdandan seperti dulu. "Sadar, Ash. Sadar. Kamu bekerja untuk Claython Montero sekarang, bukan Carlos Montero. Mereka sama-sama Montero, tapi berbeda," ucap Ashley, mensugesti dirinya sendiri bahwa dia sekarang berbeda dan tidak harus tampil sempurna meski pergi ke tempat di mana ada Carlos di sana. "Haaa, ini semua gara-gara Carlos yang terus mengganggu beberapa hari terakhir ini,"Rumah Montero sepi seperti biasa, hari ini pun tak ada tanda-tanda Carlos di rumah sehingga Ashley mengerjakan tugasnya dengan tenang. Pagi hari berjalan lancar, setelah menyiapkan makan siang untuk Claython, Ashley masuk kamar dan beristirahat. DING DONG! Suara bel pintu gerbang mengganggu tid
"Aku... aku tidak bohong!"Ashley berteriak, menelengkan kepala ke samping untuk menghindari bibir Carlos yang begitu dekat dengan pipinya. "Tidak bohong? Jangan membuat aku tertawa. Aku sangat tahu bagaimana ketika dirimu berbohong."Carlos mencengkeram pipi Ashley, memaksa gadis itu untuk menatapnya. "Sudut bulu matamu yang cantik ini bergetar, Sayang," ejeknya, dengan ujung jari menyentuh bulu mata lentik milik Ashley. "Ap-apa.... "Ashley kehilangan kata-kata saat mendengar itu. Ashley benar-benar tidak tahu, Carlos memperhatikan dirinya sedetail itu. Bukankah selama ini hubungan mereka tak lebih dari sentuhan kulit saja?! "Kenapa? Kamu kaget aku bisa tahu hal sedetail itu, hm?"Carlos tersenyum sinis, menyusuri tulang pipi Ashley dengan jarinya dan berkata penuh penegasan. "Jangan meremehkan diriku, Ash. Bukankah dulu kamu pernah membohongi aku satu kali?""Carl.... "Wajah gadis itu memucat. Pikiran Ashley melayang di suatu hari saat Carlos baru pulang dari luar negeri. P
dCarlos yang sedang duduk di sofa dengan kaki bersilang dan satu tangan memegang gelas berisi cairan pekat, tersenyum arogan dengan dagu terangkat. "Apalagi? Aku adalah majikanmu sekarang."Carlos mengatakan itu dengan senyuman sinis. "Itu, itu tidak mungkin!"Ashley menggeleng tak percaya, sedangkan Carlos, yang kecewa dengan reaksi Ashley, berdiri dan berjalan mendekat ke arah Ashley. "Kenapa tidak mungkin? Segitu jijiknya kamu dengan aku?"Carlos yang kini berdiri di depan Ashley, bertanya dengan tangan terkepal menahan marah. "Mm-maksudnya bukan begitu. Aku mengikat kontrak dengan nyonya Fiona, bukan dirimu.""Apa bedanya? Di perjanjian kontrak tertulis bahwa kamu mengikat kontrak dengan kepala keluarga, dan kepala keluarga Montero adalah aku," jelas Carlos, lantas melemparkan kertas kontrak dari sakunya ke dada Ashley. "Lihatlah ini."Pria itu berkata dengan dingin. Ashley segera memungut kertas yang jatuh ke lantai dan membacanya dengan cepat. "A-Apa?!"Ashley tentu saja
Carlos benar-benar pulang. Namun, saat Ashley hendak mendatangi pria itu untuk membicarakan uang 200 juta yang dia kirim, lonceng kamar Clython berbunyi. Ashley awalnya bimbang, mendatangi Carlos yang tampak masuk ke dalam rumah, ataukah langsung menemui Clython. Seakan mengetahui kebimbangan Ashley, lonceng itu berbunyi sekali lagi, sehingga Ashley segera lari menaiki tangga dan berteriak. "S-saya akan segera ke sana, Tuan muda!"Dia pada akhirnya mengabaikan Carlos, meski pandangan mereka jelas bertemu. Ashley merasa sedikit menyesal saat melihat punggung Carlos yang berjalan menjauh, lalu menghilang dari pandangan. Ashley menarik napas panjang, menegakkan badan dan mengetuk pintu kamar dengan sopan. "Tuan muda, permisi. Apakah Anda memanggil saya?"Pintu terbuka, tampak sosok Clython dengan hoodie menutup sebagian wajahnya, berdiri di depan Ashley. Pria muda tampan yang memiliki postur tinggi itu, seakan sudah menunggu kedatangan Ashley, bertanya dengan tatapan dingin di ba
"Salah paham tentang apa?"Kata-kata Carlos berubah dingin, meski begitu, dia tetap tak memperlambat langkahnya. Begitu Carlos berdiri di depan Ashley, pria itu dengan sigap meraih pinggang gadis di depannya dan memeluknya dengan erat, sementara tangannya yang lain mengunci pintu kamar. "Pintunya sekarang sudah terkunci, apakah kamu merasa tenang?"Carlos berbisik di sebelah telinga Ashley, napas hangatnya membuat tubuh Ashley merinding. Berada di pelukan Carlos seperti ini, dalam suasana kamar yang intim, Ashley tiba-tiba teringat masa lalu. Ashley mendongak dan mereka saling bertatapan. Keduanya kini sadar bahwa mereka tak butuh kata-kata.Begitu pintu tertutup, Carlos menarik Ashley ke dalam pelukannya, merasakan kehadirannya yang nyata setelah sekian lama hanya bisa dibayangkan. Detik berikutnya, bibir mereka sudah bertemu dalam ciuman yang penuh gairah.Ciuman itu bukan sekadar pertemuan dua pasang bibir, tapi luapan dari segala kerinduan yang terpendam selama ini.Carlos
"T-Tuan, ini tidak benar."Ashley yang menemukan kembali kesadaran dirinya, menolak dengan enggan. "Kenapa? Bagian mana yang tidak benar? Apakah sekarang kamu sudah menjadi milik orang lain?" tanya Carlos dengan ekspresi gelap di wajahnya. Dia benar-benar tak menyangka akan ditolak gadis yang begitu ia cintai ini. Mata Ashley bergerak ke sana kemari dengan gugup sebelum menjawab dengan suara gemetar. "T-tidak, bukan seperti itu. Tapi, tapi Anda akan bertunang—""Ash, cukup."Carlos memotong tajam. "Aku tidak ingin mendengar hal menjijikkan itu lagi," tutupnya dengan tegas, sehingga membuat mata Ashley terbuka lebar. "Apa maksud Anda? Anda benar-benar akan bertunangan dan...!"Carlos yang tak tahan mendengar Ashley terus menyebutkan pertunangannya yang memuakkan, mengulurkan tangannya dan menutup mulut gadis cantik di depannya itu. "Kubilang, cukup."Tajam, Carlos menatap mata Ashley. Gadis itu tampak terkejut dengan tindakan Carlos sehingga hanya melebarkan kedua matanya denga
Ashley hendak keluar begitu tugasnya membantu Carlos selesai, tapi tangan kekar Carlos menahannya, mereka berhadap-hadapan dalam diam.Tegas, Carlos menatap kedua mata Ashley dengan tatapan berkabut. Tatapan Carlos begitu melenakan, hingga tanpa Ashley sadari, Carlos sudah memiringkan wajahnya dan meraih bibir Ashley ke dalam ciuman yang dalam dan menuntut.Tak butuh waktu lama untuk Ashley membalas ciuman Carlos yang penuh gairah itu. Saat ciuman mereka semakin dalam dan panas, Carlos mulai berani menelusupkan sebelah tangannya ke dalam kemaja putih Ashley yang sedikit ketat.Gadis itu mendesah pelan saat Carlos meremas lembut gumpalan di dadanya. Setelah itu, tangan Carlos tiba-tiba sudah melepas tiga kancing teratas seragam pelayan yang menempel di tubuh Ashley, membuatnya terkesiap.Namun sebelum gadis itu melayangkan protes padanya, Carlos kembali memagut bibir Ashley yang kemerahan dan sensual. Bibir yang selalu dikaguminya."Carl ...." desah Ashley hendak menghentikan tanga
"Betapa mudahnya dia berpaling!"Carlos mengatakan itu dengan geram. Dia pikir Ashley hanya bermain-main saat mengatakan tak ingin memiliki hubungan apapun dengan dirinya, tapi ternyata sungguh mengejutkan, Ashley malah dekat dengan Clython, adiknya, hanya dalam tempo waktu yang cukup singkat.Carlos benar-benar terbakar cemburu. "Tidak bisa, aku tidak bisa menyerahkan Ashley pada siapapun. Bahkan itu adikku sendiri," gumam Carlos dengan tatapan membara. Jadi, didorong oleh keinginan kuat akan takutnya rasa kehilangan, Carlos mengintai Ashley yang sedang bicara dengan Clython, begitu terlihat mereka berpisah, Carlos langsung menangkap Ashley dan menyeretnya masuk ke kamar. "C-Carl?!"Ashley berteriak terkejut, tapi dengan sigap Carlos menutup mulut gadis itu dengan tangan dan menutup pintu."Ashley, beraninya berselingkuh di depanku!"Carlos tak sanggup menahan kemarahannya lagi begitu mereka berada di kamar. Setiap kali dia mengingat Ashley tengah berbicara dengan Clython, darah
Carlos merasa dirinya telah berubah sedikit demi sedikit, berusaha untuk menarik perhatian Ashley tanpa lagi membuatnya merasa tidak nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai memperhatikan bahwa ada sosok lain yang tampaknya tertarik pada Ashley — adiknya sendiri, Clython.Suatu malam, saat suasana rumah tenang dan hanya ada desiran angin lembut yang melewati taman, Clython berkesempatan untuk berbicara dengan Ashley. Ia menemuinya di halaman belakang, di mana Ashley tengah menata bunga di dekat air mancur. Dengan senyum khasnya yang lembut, Clython mendekati Ashley, membawa energi yang hangat dan ceria."Ashley, kamu selalu sibuk dengan pekerjaan di sini. Tidak ada waktu untuk diri sendiri ya?" ujarnya sambil tersenyum.Ashley menatapnya sejenak dan membalas senyum itu. "Ya, mungkin memang begitu. Tapi aku menikmatinya, kok. Lagipula, bekerja di sini adalah cara untuk membantu keluargaku."Clython mendekat, tatapannya hangat namun serius. "Kamu bekerja keras untuk orang lain
Carlos adalah pria muda yang hidup serba kecukupan di sebuah rumah megah yang dikelilingi taman hijau luas dan dinding berlapis marmer. Di tengah semua kemewahan itu, hidupnya sebenarnya tak seindah tampak luar. Baru-baru ini, hatinya remuk setelah ditolak oleh Ashley, rasanya harga dirinya hancur. "Bagaimana caranya."Carlos masih merasa tidak puas meski sudah menyulitkan Ashley beberapa kali. Dia berpikir jika baru akan merasa puas jika Ashley bersujud dan meminta maaf padanya. Sementara itu, Ashley merasa gelisah tiap kali berangkat bekerja ke rumah besar itu, itu karena Carlos yang seperti siap membuat dirinya kesusahan di mana pun Ashley berada. "Aku benar-benar tidak ingin membuat hubungan menjadi sulit, kenapa Carlos seperti ini?"Ia merasa jika keputusannya menolak ciuman Carlos tak hanya melukai hati pria itu, tapi juga membuat suasana rumah menjadi jauh lebih canggung.Awalnya, Carlos hanya merasa kecewa, tapi seiring waktu, sakit hatinya tumbuh menjadi perasaan marah da
Ashley hendak keluar begitu tugasnya membantu Carlos selesai, tapi tangan kekar Carlos menahannya, mereka berhadap-hadapan dalam diam.Tegas, Carlos menatap kedua mata Ashley dengan tatapan berkabut. Tatapan Carlos begitu melenakan, hingga tanpa Ashley sadari, Carlos sudah memiringkan wajahnya dan meraih bibir Ashley ke dalam ciuman yang dalam dan menuntut.Tak butuh waktu lama untuk Ashley membalas ciuman Carlos yang penuh gairah itu. Saat ciuman mereka semakin dalam dan panas, Carlos mulai berani menelusupkan sebelah tangannya ke dalam kemaja putih Ashley yang sedikit ketat.Gadis itu mendesah pelan saat Carlos meremas lembut gumpalan di dadanya. Setelah itu, tangan Carlos tiba-tiba sudah melepas tiga kancing teratas seragam pelayan yang menempel di tubuh Ashley, membuatnya terkesiap.Namun sebelum gadis itu melayangkan protes padanya, Carlos kembali memagut bibir Ashley yang kemerahan dan sensual. Bibir yang selalu dikaguminya."Carl ...." desah Ashley hendak menghentikan tanga
"T-Tuan, ini tidak benar."Ashley yang menemukan kembali kesadaran dirinya, menolak dengan enggan. "Kenapa? Bagian mana yang tidak benar? Apakah sekarang kamu sudah menjadi milik orang lain?" tanya Carlos dengan ekspresi gelap di wajahnya. Dia benar-benar tak menyangka akan ditolak gadis yang begitu ia cintai ini. Mata Ashley bergerak ke sana kemari dengan gugup sebelum menjawab dengan suara gemetar. "T-tidak, bukan seperti itu. Tapi, tapi Anda akan bertunang—""Ash, cukup."Carlos memotong tajam. "Aku tidak ingin mendengar hal menjijikkan itu lagi," tutupnya dengan tegas, sehingga membuat mata Ashley terbuka lebar. "Apa maksud Anda? Anda benar-benar akan bertunangan dan...!"Carlos yang tak tahan mendengar Ashley terus menyebutkan pertunangannya yang memuakkan, mengulurkan tangannya dan menutup mulut gadis cantik di depannya itu. "Kubilang, cukup."Tajam, Carlos menatap mata Ashley. Gadis itu tampak terkejut dengan tindakan Carlos sehingga hanya melebarkan kedua matanya denga
"Salah paham tentang apa?"Kata-kata Carlos berubah dingin, meski begitu, dia tetap tak memperlambat langkahnya. Begitu Carlos berdiri di depan Ashley, pria itu dengan sigap meraih pinggang gadis di depannya dan memeluknya dengan erat, sementara tangannya yang lain mengunci pintu kamar. "Pintunya sekarang sudah terkunci, apakah kamu merasa tenang?"Carlos berbisik di sebelah telinga Ashley, napas hangatnya membuat tubuh Ashley merinding. Berada di pelukan Carlos seperti ini, dalam suasana kamar yang intim, Ashley tiba-tiba teringat masa lalu. Ashley mendongak dan mereka saling bertatapan. Keduanya kini sadar bahwa mereka tak butuh kata-kata.Begitu pintu tertutup, Carlos menarik Ashley ke dalam pelukannya, merasakan kehadirannya yang nyata setelah sekian lama hanya bisa dibayangkan. Detik berikutnya, bibir mereka sudah bertemu dalam ciuman yang penuh gairah.Ciuman itu bukan sekadar pertemuan dua pasang bibir, tapi luapan dari segala kerinduan yang terpendam selama ini.Carlos
Carlos benar-benar pulang. Namun, saat Ashley hendak mendatangi pria itu untuk membicarakan uang 200 juta yang dia kirim, lonceng kamar Clython berbunyi. Ashley awalnya bimbang, mendatangi Carlos yang tampak masuk ke dalam rumah, ataukah langsung menemui Clython. Seakan mengetahui kebimbangan Ashley, lonceng itu berbunyi sekali lagi, sehingga Ashley segera lari menaiki tangga dan berteriak. "S-saya akan segera ke sana, Tuan muda!"Dia pada akhirnya mengabaikan Carlos, meski pandangan mereka jelas bertemu. Ashley merasa sedikit menyesal saat melihat punggung Carlos yang berjalan menjauh, lalu menghilang dari pandangan. Ashley menarik napas panjang, menegakkan badan dan mengetuk pintu kamar dengan sopan. "Tuan muda, permisi. Apakah Anda memanggil saya?"Pintu terbuka, tampak sosok Clython dengan hoodie menutup sebagian wajahnya, berdiri di depan Ashley. Pria muda tampan yang memiliki postur tinggi itu, seakan sudah menunggu kedatangan Ashley, bertanya dengan tatapan dingin di ba
dCarlos yang sedang duduk di sofa dengan kaki bersilang dan satu tangan memegang gelas berisi cairan pekat, tersenyum arogan dengan dagu terangkat. "Apalagi? Aku adalah majikanmu sekarang."Carlos mengatakan itu dengan senyuman sinis. "Itu, itu tidak mungkin!"Ashley menggeleng tak percaya, sedangkan Carlos, yang kecewa dengan reaksi Ashley, berdiri dan berjalan mendekat ke arah Ashley. "Kenapa tidak mungkin? Segitu jijiknya kamu dengan aku?"Carlos yang kini berdiri di depan Ashley, bertanya dengan tangan terkepal menahan marah. "Mm-maksudnya bukan begitu. Aku mengikat kontrak dengan nyonya Fiona, bukan dirimu.""Apa bedanya? Di perjanjian kontrak tertulis bahwa kamu mengikat kontrak dengan kepala keluarga, dan kepala keluarga Montero adalah aku," jelas Carlos, lantas melemparkan kertas kontrak dari sakunya ke dada Ashley. "Lihatlah ini."Pria itu berkata dengan dingin. Ashley segera memungut kertas yang jatuh ke lantai dan membacanya dengan cepat. "A-Apa?!"Ashley tentu saja
"Aku... aku tidak bohong!"Ashley berteriak, menelengkan kepala ke samping untuk menghindari bibir Carlos yang begitu dekat dengan pipinya. "Tidak bohong? Jangan membuat aku tertawa. Aku sangat tahu bagaimana ketika dirimu berbohong."Carlos mencengkeram pipi Ashley, memaksa gadis itu untuk menatapnya. "Sudut bulu matamu yang cantik ini bergetar, Sayang," ejeknya, dengan ujung jari menyentuh bulu mata lentik milik Ashley. "Ap-apa.... "Ashley kehilangan kata-kata saat mendengar itu. Ashley benar-benar tidak tahu, Carlos memperhatikan dirinya sedetail itu. Bukankah selama ini hubungan mereka tak lebih dari sentuhan kulit saja?! "Kenapa? Kamu kaget aku bisa tahu hal sedetail itu, hm?"Carlos tersenyum sinis, menyusuri tulang pipi Ashley dengan jarinya dan berkata penuh penegasan. "Jangan meremehkan diriku, Ash. Bukankah dulu kamu pernah membohongi aku satu kali?""Carl.... "Wajah gadis itu memucat. Pikiran Ashley melayang di suatu hari saat Carlos baru pulang dari luar negeri. P