"Bagaimana? Suka, nggak?" Nicholas bertanya kepada Karen tanpa memedulikan Yabin."Em." Karen mengangguk sambil tersipu malu.Wajah Yabin memucat, dia hanya berdiri di tempat tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Yabin baru sadar, ternyata Nicholas bukanlah seorang amatir, dia adalah seorang profesional.Dapat memainkan musik karya Franz Liszt adalah impian semua pianis dunia, terutama lagu Harmonies Du Soir yang terkenal dengan kesulitan dan kerumitannya.Tadi, Nicholas sudah mengingatkan Yabin. Kalau ditantang memainkan piano, takutnya Nicholas malah akan mencuri para penggemar Yabin. Namun, Yabin tidak memercayai ucapan Nicholas, tapi sekarang semua telah terbukti.Yabin hendak mengatakan sesuatu, tapi tenggorokannya terasa seperti dicekik. Dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun."Yang penting kamu suka. Aku sudah hampir satu tahun nggak main piano, jari-jariku agak kaku," kata Nicholas sambil tersenyum."Bro, kamu keren banget! Walaupun sudah setahun nggak main piano, kamu masih
Ketika melihat kedekatan Karen dan Nicholas, Felita kesal sampai mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi.Felita marah setiap mengingat Nicholas yang mengingkari janjinya beberapa hari lalu. Selama hidupnya, tidak ada orang yang berani bersikap seperti itu kepadanya. Namun, tidak disangka, berani-beraninya pria miskin seperti Nicholas membohonginya."Kak Colin, lihat mereka, nggak ada sopan santunnya. Yabin saja sampai diusir. Kita nggak bisa diam aja," kata Felita sambil menatap Colin."Tenang saja, aku akan memerintahkan orang untuk mengusir mereka. Memangnya siapa mereka? Ini bukan tempat sembarangan, orang seperti mereka tidak pantas berada di sini," jawab Colin.Felita mengangguk patuh. "Em, jangan biarkan mereka merusak acara ini."Colin segera memanggil para petugas keamanan. Dia merasa berkuasa karena acara hari ini disponsori oleh Mondial Jewelry.Satu bulan yang lalu, Colin mendapatkan informasi dari orang dalam. Katanya, hari ini ada seorang tamu spesial yang akan berse
"Eh, kok nggak adil? Yang lain juga nggak ada undangan," jawab Sandy yang terkejut."Itu urusan mereka. Sekarang, aku cuma minta undangan kalian. Ada, tidak? Kalau tidak ada, cepat pergi!" Edisa berteriak sambil menunjuk ke arah pintu. "Nggak ngaca, ya? Berani sekali datang ke tempat ini."Sikap Edisa sontak membuat Sandy tersinggung. Demi menghadiri acara ini, Sandy sengaja mengenakan jas. Walaupun bukan jas mewah, dia merasa tidak layak diperlakukan seperti ini."Apa hakmu mengusir kami?" tanya Sandy."Aku adalah penyelenggara acara ini, aku berhak mengusirmu! Cepat, pergi dari sini! Oh iya, kamu juga, siapa sih gadis ini? Sok cantik!" Edisa menyindir Karen.Karen yang biasanya bersikap lembut pun langsung memelototi Edisa."Apa lihat-lihat? Cih, gadis murahan! Sana, pergi!" Edisa menunjuk ke arah pintu."Tutup mulutmu!" Nicholas menatap Edisa dengan tatapan dingin. "Kamu undangan?""Memangnya kamu ada?" Edisa bertanya balik. "Jangan banyak omong kosong, memangnya siapa dirimu? Kongl
Nicholas tidak keberatan diusir seperti ini, tapi Edisa harus menanggung akibatnya."Nic, mereka kelewatan!" Sandy sangat kesal."Memang. Tidak apa-apa, aku akan membuat perhitungan dengannya. Dasar, sekelompok tikus busuk. Kita jangan bersikap seperti mereka," jawab Nicholas."Tikus busuk?" Edisa berteriak kepada Nicholas.Nicholas tidak menghiraukan Edisa. Dia pergi tanpa memalingkan wajah.Nicholas sudah sering menghadiri acara seperti ini, tapi ini adalah pertama kalinya ada penyelenggara yang mengusir tamu undangan."Nic, kita beneran pergi gitu saja?" Sandy menggertakkan giginya.Nicholas tidak menjawab Sandy, dia hanya tersenyum sambil berjalan menuju pintu utama.Ada begitu banyak pasang mata yang tertuju kepada mereka. Sebagian orang menertawai mereka, ada pula yang menghina dan mengejek mereka.Ini adalah Universitas Bahasa Asing Mano. Nicholas, Karen, dan Sandy bukanlah mahasiswa di kampus ini. Jadi, untuk apa dan bagaimana mereka bisa menghadiri acara kampus lain? Wajar saj
Nicholas tidak menghiraukan pertanyaan Edisa.Nicholas beranjak maju, lalu tersenyum dan berkata, "Bi, aku pergi dulu. Aku tidak diterima di tempat ini."Khaliza mengangkat kedua alisnya dan bertanya, "Di mana undangan yang aku berikan?""Ada, kok. Aku sudah bilang, aku ada undangan, tapi mereka tidak percaya dan langsung mengusirku," Nicholas menjelaskan sambil mengeluarkan selembar undangan berwarna emas.Begitu melihat undangan ini, kepala Edisa langsung berdengung dan hampir pingsan. Edisa yang mencetak dan mengantar semua undangannya, tapi Samantha memang meminta satu undangan berwarna emas yang ingin diantarkan secara pribadi. Hanya ada satu undangan emas, Edisa tidak mungkin salah.Bagaimana Nicholas bisa memiliki undangan ini? Berdasarkan kata Colin, pemuda ini adalah pria miskin yang berasal dari keluarga biasa. Untuk makan saja susah, mana mungkin dia mengenal Samantha?Kenapa Samantha memberikan undangan ini kepada seorang pria miskin?Dalam sekejap, semua pandangan pun tert
"Tidak perlu." Nicholas tersenyum sambil berjalan ke luar. "Aku tidak mau merepotkan kalian, aku akan pergi."Setika, wajah Edisa langsung membeku, wajahnya terlihat pucat dan ketakutan.Ucapan Nicholas jelas sedang menyindir Edisa. Kalau tahu seperti ini, Edisa tidak mungkin berani menyinggung Nicholas."Tuan Nicholas, masalah ini ...." Edisa berencana untuk memohon kepada Nicholas."Pergi!" Nicholas memelototi sambil memarahinya, "Memangnya aku apa? Bisa diusir dan disuruh-suruh sesukamu?"Tubuh Edisa bergetar, dia pun jatuh dan berlutut di lantai. Namun, hati Nicholas tidak luluh, dia menggandeng Karen dan pergi.Melihat reaksi Nicholas, Khaliza mengerutkan alisnya dan berkata, "Maaf, Keluarga Tansil sudah tidak bekerja sama dengan Mondial Jewelry."Begitu mendengar pernyataan Khaliza, Edisa langsung tersungkur di lantai. "Bu Khaliza, tolong berikan aku satu kesempatan lagi. Aku mohon, berikan aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.""A
"Baik!" Edisa bergegas menjawab Mario. Tak hanya Mario, Edisa pun sangat marah, dia merasa sangat bodoh, untuk apa mendengarkan bocah itu?Kemudian, Edisa mengangkat kepalanya dan menatap Colin yang pucat.Perasaan Colin terasa bercampur aduk, seluruh tubuhnya lemas sampai gemetaran. "Bibi ....""Plak!" Edisa mengangkat tangannya dan menatap Colin di depan umum.Meskipun ayahnya Colin adalah pemilik Mondial Jewelry, Edisa memiliki jabatan yang cukup tinggi. Bisa dibilang, Edisa adalah orang kedua setelah Mario. Ketika menampar Colin, Edisa tidak memiliki beban moral. Anak ini memang pantas dihajar."Semua gara-gara kebodohanmu!" Edisa menggertakkan giginya sambil meraung kecil. "Apa yang sebenarnya terjadi?""Aku ...." Colin berbicara terbata-bata, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya."Kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku akan pergi sekarang juga. Biar kamu saja yang membereskan kekacauan di sini. Jangan mencariku lagi!" Edisa melepaskan kartu tanda pengenal, lalu memberik
Nicholas menoleh sambil mengerutkan alis."Tuan Nicholas, semua salahku, tolong maafkan aku. Kita bisa membicarakan semuanya, aku mohon, ampuni aku!" Ekspresi Colin terlihat memelas.Raut wajah Nicholas terlihat dingin. Dia menatap Colin dan menjawab, "Mengampuni kalian?""Iya, aku yang buta, aku tidak pintar menilai orang dan terlalu bodoh. Aku mohon, ampuni aku!" Meskipun terpaksa, Colin tetap berusaha untuk menunjukkan senyuman tulus.Ketika melihat ke sekeliling, tiba-tiba Nicholas teringat kejadian pada hari itu. Nicholas juga berdiri di tempa ini saat Felita dan Colin mempermalukannya.Terkadang, takdir memang konyol. Dalam sekejap mata, mereka pun kembali ke tempat ini."Kalian pulang duluan." Nicholas memandang Karen dan Sandy, lalu melambaikan tangan.Karen hanya menundukkan kepala, dia tidak tahu harus berkata apa. Hingga saat ini, kepala Karen masih dipenuhi kebingungan. Dia hanya tahu bahwa Nicholas telah memainkan sebuah lagu yang sangat merdu. Selain itu, Karen sama sekal
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,