Tiba-tiba, muncul sesosok bayangan dari vila di perkebunan itu. Bayangan tersebut adalah Master Howard. Howard menatap pria tua berpakaian abu-abu itu dengan dingin dan merasakan sedikit aura intimidasi yang terpancar darinya.Orang itu ... adalah seorang ahli!Syush! Pria tua berpakaian abu-abu itu berkelebat dan melancarkan sebuah pukulan. Master Howard buru-buru menghindar dan membalikkan tubuhnya untuk membalas pukulan pria tua itu.Pria tua berpakaian abu-abu itu menariknya dan keduanya bertarung sengit untuk sesaat. Pada akhirnya, kedua orang itu menjauh dalam jarak 200-300 meter."Serang!" ucap Sadewa sambil tersenyum licik dan bergerak maju.Pria tua berpakaian abu-abu lainnya yang berdiri di sampingnya segera meluncur ke pintu perkebunan dan menghancurkan pintu vila dengan satu tendangan.Sadewa menerobos masuk dan mengangkat tangannya untuk menembak. Tiga tembakan secara berturut-turut itu berhasil menghabisi tiga orang penjaga vila.Pria tua berpakaian abu-abu itu bergerak d
"Memohonlah padaku ... ayo mohon!" Sadewa merasakan semua emosi negatifnya meledak pada saat ini. Sebagai Tuan Muda Kedua Keluarga Winata, Nicholas selalu dijunjung tinggi semua orang. Jika dia memperlakukan Nicholas dengan kurang sopan, pasti akan ada yang membalasnya.Pada saat ini, Sadewa melampiaskan semua kekesalannya selama 10 tahun ini."Ayo, memohonlah, maka aku akan melepaskan kekasihmu. Kalau tidak, akan kutembak mati dia sekarang juga ...," teriak Sadewa sambil tertawa keras.Nicholas menggertakkan giginya dan menarik napas dalam-dalam. Dia membuka mulut dan berkata, "Aku ...."Dor!Pada saat ini, terdengar sebuah suara tembakan dari kejauhan. Tembakan itu mengenai kaca jendela kamar tempat Sadewa berada. Sontak, Sadewa terkejut hingga gemetaran."Sadewa, aku akan membunuh seluruh keluargamu ...." Nicholas mengira Sadewa telah menembak mati Karen, amarah dalam hatinya langsung berkobar.Sadewa mematikan teleponnya dan buru-buru menarik Karen ke lantai bawah. Karen meringkuk
Karen masih lumayan karena hanya sedikit terluka di bagian dahi. Namun, Sherin hanya bisa membuka matanya dengan perlahan dan kesadarannya tampak agak kabur."Nicholas, aku benar-benar salut dengan keberanianmu. Bisa-bisanya kamu datang sendirian!"Sadewa menarik rambut Sherin dan menghempaskannya ke depan. Dia mengarahkan pistol ke kepala Sherin dan berkata, "Apa kamu pikir kamu ini dewa? Bukannya dulu kamu selalu dikelilingi oleh pengawal setiap kali keluar? Kali ini nggak ada orang yang melindungimu, rasanya ngga terlalu terbiasa, bukan? Tanpa pelindung, kamu hanya bisa mati ...."Tatapan Sandra kini penuh dengan niat membunuh yang pekat."Keluarlah, biar aku menyelesaikan semua ini dengan satu tembakan ...." Sadewa tertawa terpingkal-pingkal ketika berkata, "Setelah kamu mati nanti, aku tinggal menunggu Nona Besar untuk mengambil alih. Dengan begitu, aku akan tetap menjadi tamu terhormat Keluarga Winata!"Nicholas memelototinya dengan nanar, demikian pula dengan Sandra yang berdiri
"Ada apa ini?" Sadewa terkejut dan membelalakkan matanya. "Kenapa ada pasukan tentara yang datang?"Ekspresi pria tua berpakaian abu-abu itu juga berubah. Jalan di depan mereka telah dihalangi dan bahkan ada meriam yang diarahkan ke mobil mereka.Jika meriam ini ditembakkan, tank sekalipun akan hancur, apalagi mobil MPV.Wajah Sadewa menjadi pucat. Dia menarik rambut Nicholas dengan wajah ketakutan dan marah. "Siapa yang kamu hubungi? Kenapa kamu membawa begitu banyak orang?"Nicholas sendiri juga tidak menyangka bahwa akan ada pasukan tentara yang datang. Dia tertawa terbahak-bahak melihat Sadewa."Apa yang kamu lakukan?" teriak Sadewa dengan histeris.Pada saat ini, di mobil militer di kejauhan, Albert berjalan turun dari mobil. Henry dan Ruby juga mengikutinya. Kedua kakak beradik ini melihat mobil Sadewa dari kejauhan dengan tatapan dingin."Ayah, tadi Sandra sudah mengabariku bahwa mobil di depan itu sudah melepaskan Ibu, tetapi penjahatnya masih ada di mobil."Sambil menunjuk mo
"Mau kena siapa saja nggak masalah, cepat tembak!" teriak Ruby.Tatapan Albert berkilat dingin menatap Ruby, kemudian dia memberi isyarat kepada penembak jitu yang tersembunyi.Dor!Peluru menembus mobil MPV dan mengenai pria tua berpakaian abu-abu. Meskipun dia berusaha bersembunyi, tetap saja dia tidak bisa menghindar dari tembakan peluru yang dahsyat.Nicholas juga sangat terkejut. Namun, saat ini dia tidak bisa lagi memedulikan terlalu banyak. Dia menarik kepala Sadewa dan berjalan ke belakang mobil."Nicholas ...," teriak Sadewa dengan marah.Nicholas melayangkan dua tinjuan ke mata Sadewa."Nicholas!" Sadewa kembali berteriak, "Beraninya kamu memukulku? Nona Besar nggak akan melepaskanmu!""Nggak akan melepaskanku? Memangnya aku akan melepaskanmu hari ini?" teriak Nicholas. Kemudian, dia melancarkan tinju bertubi-tubi ke dahi Sadewa dan menarik rambutnya, lalu menabrakkan kepalanya ke kaca belakang mobil.Prang! Kaca mobil pecah berkeping-keping.Nicholas kembali menghantam kepal
Melihat adegan ini, Nicholas mundur perlahan-lahan dengan tatapan waspada."Siapa suruh kamu bunuh dia? Apa kamu tahu dia itu penculik? Seharusnya kamu serahkan dia ke tangan kami untuk diadili, bukan kamu bunuh sendiri ...," bentak Ruby dengan kesal."Ruby! Apa yang kamu lakukan?" Albert berjalan dengan langkah pelan mendekati mereka.Dengan wajah kesal, Ruby menjawab, "Ayah, orang ini seharusnya diserahkan ke kita, tapi dia malah membunuhnya. Aku curiga ada yang nggak beres dengannya, tangkap dia sekarang juga!""Hentikan!" Albert menghampiri mereka. "Apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Kamu menodongkan senjatamu ke seorang warga Negara Hailos?"Nicholas mundur setengah langkah, wajahnya semakin terlihat dingin."Warga Negara Hailos apanya? Dia cuma rakyat biasa, setelah dibunuh kita tinggal kasih kompensasi saja. Memangnya apa lagi yang bisa mereka lakukan?" teriak Ruby."Letakkan pistolmu!" bentak Albert.Saking kesalnya, tubuh Ruby sampai gemetaran.Nicholas menyapukan pan
"Ibu, dia sedang membohongimu. Aku bawa dokter militer untuk mengobatimu. Kita nggak perlu berutang budi padanya ...." Ruby menyingkirkan tangan Nicholas."Aku nggak perlu ...." Nyonya Sherin ingin mencegahnya.Nicholas berkata dengan suara rendah, "Kondisi Nyonya Sherin sekarang sedang nggak stabil. Kalau kita nggak mengatur aliran energinya, aku khawatir dia akan muntah darah dan meninggal.""Nggak usah membual, memangnya kami nggak tahu kesehatan ibu kami sendiri?" Mendengar ucapan Nicholas, Ruby menjadi kesal.Ekspresi Nicholas menjadi murung ketika berkata, "Aku nggak mau berdebat denganmu!""Aku juga nggak mau berdebat denganmu!" Ruby memelototi Nicholas dengan kejam, lalu menarik Nyonya Sherin sambil menyuruh seorang dokter militer.Ketika berangkat tadi, mereka sudah menebak situasi seperti ini akan terjadi. Oleh karena itu, mereka membawa dokter militer dan ambulans.Seorang tentara muda berusia 30-an berjalan mendekat dan meraih pergelangan tangan Nyonya Sherin, sambil berkat
"Ibu, ada apa denganmu?" teriak Ruby dengan wajah panik."Anak durhaka, kamu mau aku mati ya ...," ujar Nyonya Sherin dengan gemetaran. Sorot matanya kini telah meredup."Ibu ...." Ruby menangis tersedu-sedu dan berkata, "Ibu, ada apa denganmu?""Cepat naik ke mobil!" perintah Albert.Orang-orang mulai mengangkat Nyonya Sherin ke mobil. Ketika berada di dalam mobil, Nyonya Sherin membuka matanya dan kembali memuntahkan darah. Setelah itu, dia tampak lemas."Ibu ...." Ruby terkejut hingga menangis terisak-isak."Apa yang kamu tangiskan!" Albert merasa kesal dan memelototi Arief sambil berkata, "Arief, apa yang terjadi?""Aku juga tidak terlalu yakin. Mungkin karena sudah terlalu parah dan harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk diperiksa dengan alat!" jawab Arief dengan kebingungan."Bukannya kamu bilang kami bisa percaya padamu?" Albert marah besar. "Sekarang kamu bilang mau pergi ke rumah sakit? Lihat keadaannya sekarang, apa dia masih bisa tahan sampai ke rumah sakit?""Hm, ini .
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,