Peter terkejut mendengar jawaban Citra.Berdasarkan informasi Yasmine, Nicholas memintanya untuk datang ke rumah sakit."Maaf, bisa tolong dicek lagi? Tuan Nicholas yang memintaku ke sini," Peter berbicara dengan lembut."Aku sudah bilang, nggak ada yang namanya Nicholas!" Citra marah dan memukul meja. "Ini rumah sakit, bangsal VIP! Memangnya ini rumahmu?"Wajah Peter terlihat sangat muram. Setelah melihat penampilannya, Peter pun mengerti kenapa perawat ini bersikap ketus. Dalam sekejap, wajah Peter langsung menjadi dingin, dia tidak lagi bersikap ramah seperti di awal."Tidak ada yang bernama Nicholas?" Peter kembali bertanya."Kamu sakit, ya? Aku sudah bilang, nggak ada!" Citra berteriak.Peter mengerutkan alis, ekspresinya terlihat sangat dingin. Sebagai salah satu orang paling berpengaruh di Kota Mano, Peter tidak terima diperlakukan seperti ini. Meskipun mengenakan pakaian yang biasa, kharismanya tidak bisa berbohong.Sebenarnya, Citra merasakan aura yang sangat mengintimidasi, t
Sebagai perawat di lantai VIP, Citra tidak pernah memusingkan perawat yang bertugas di bangsal biasa. Namun, berbeda dengan Rudy, dia adalah wakil kepala rumah sakit!Bagaimana pria miskin itu bisa mengenal Rudy? Siapa dia? Kenapa Rudy begitu mematuhinya dan benar-benar datang menemuinya?"Kenapa membiarkannya menunggu di lorong?" Rudy tampak marah.Citra tersenyum kaku dan menjawab, "I ... ini kan bangsal VIP, sembarang orang tidak boleh masuk. Jadi, aku mengusirnya ke lorong.""Kamus udah gila? Kamu mengusirnya ke lorong? Cepat, cari dia!" Rudy terlihat semakin emosi. Dia menunjuk Citra dan berteriak, "Sepertinya kamu sudah bosan bekerja di sini. Kalau sudah tidak mau bekerja, pergi sana!"Sekujur tubuh Citra gemetaran dan matanya berkaca-kaca. Dia merasa tidak melakukan kesalahan, ini adalah bangsal VIP, dia harus menyaring setiap orang yang masuk."Cepat, cari orangnya dan minta maaf. Kalau Tuan Peter marah, tamatlah riwayatmu." Rudy merenggangkan dasinya. Dia sudah tidak dapat men
Kamar Karen dipenuhi tumpukan baju yang berserakan. Kagetnya, baju-baju tersebut adalah pakaian yang sangat mahal. Kenapa pakaian semahal ini dibiarkan berantakan?Selain itu, penampilan Peter terlihat sangat sederhana. Dia tampak seperti penjaga kios yang berjualan di tepi jalan, sama sekali tidak ada tampang pengusaha. Yang paling mengejutkan, Peter membungkuk ke arah Nicholas, sedangkan Nicholas asyik berbaring di atas sofa sambil bermain game.Rudy terkejut melihat pemandangan ini. Dia membuka mulut tanpa tahu harus berkata apa.Nicholas melirik ke arah Rudy, lalu mengerutkan alis dan bertanya, "Ada apa?"Rudy menelan air liurnya, dia masih tidak dapat memahami apa yang terjadi."Hmm?" Nicholas mengulang pertanyaannya."Aku ... aku mencari Tuan Peter," Rudy menjawab secara terbata-bata."Oh, cari kamu tuh." Nicholas melirik ke arah Peter.Peter menjawab, "Tadi aku memang menghubunginya untuk menanyakan nomor kamar, tapi setelah Yasmine memberitahuku, aku langsung datang. Aku tidak
"Tuan Nicholas, tolong pertimbangkan permintaanku." Peter membungkukkan badan.Nicholas tersenyum dan bertanya, "Kamu mau menghadiri perjamuan dengan menggunakan identitas apa?"Peter tertegun sejenak. Kemudian, matanya memancarkan cahaya yang berbinar-binar. "Dengan menggunakan identitas sebagai bawahan Anda ....""Pulang dan pertimbangkanlah dulu. Sekarang, kondisi sedang rumit, tidak akan menguntungkan untukmu. Setelah kamu memutuskannya, hubungi Yasmine untuk memberitahuku. Aku bisa mempertimbangkan untuk membawamu ...." Nicholas tersenyum sinis."Terima kasih, Tuan Nicholas." Wajah Peter terlihat sangat bahagia.Nicholas mengangguk sambil melambaikan tangan.Bagi Nicholas, ini bukanlah masalah besar. Kalaupun Nicholas membawa beberapa teman, tidak ada aturan yang melarangnya. Hanay saja, setelah mendengar permintaan Peter, Nicholas bisa melihat keteguhan hatinya.Membentuk kubu!Keluarga Winata mempunyai kebiasaan untuk membentuk kubu. Tradisi ini sudah ada sejak belasan tahun ya
Ekspresi Rudy terlihat membeku. "Ini ... ini pasti ada kesalahpahaman. Aku sudah menegurnya. Dia, dia mau meminta maaf kepadamu.""Tidak perlu." Peter melambaikan tangannya. "Aku tidak membutuhkan permintaan maaf.""Ah, begitu. Hmm, baiklah, aku akan mengantarmu turun." Rudy berusaha untuk membujuk Peter.Peter mengangguk sambil memandang ke arah meja perawat. Dia melihat beberapa perawat yang berdiri sambil tersenyum ramah. Selain beberapa perawat yang tersenyum ramah, hanya Citra sendiri yang meringkuk di sudut dan menangis tersedu-sedu.Citra tidak tahu karma apa yang sedang menimpanya. Kenapa dia begitu bodoh sampai menyinggung orang sepenting Peter?Peter hanya mendengus dingin, lalu pergi dan masuk ke dalam lift. Rudy sangat sigap, dia bergegas mengikuti dari belakang.Sesampainya di dalam lift, Rudy baru menghela napas lega. "Siapa orang yang kamu temui tadi? Aku tidak pernah mendengar kamu membahasnya?""Dia?" Peter bertanya kembali."Iya, pemuda yang bernama Nicholas itu," bis
Menurut Nicholas, Karen tidak cocok mengenakan beberapa helai pakaian yang dipegangnya ini.Nicholas berjalan ke meja perawat, lalu berkata sambil tersenyum, "Ini untuk kalian, pilih saja sendiri. Semoga suka ....""Sungguh?" tanya beberapa perawat yang sedang berjaga, mereka terlihat sangat senang.Berbeda dengan perawat yang lain, Citra meringkuk di sudut sambil menangis tersedu-sedu. Dia sedang berusaha keras untuk mengendalikan emosinya. Kedua tangannya bergetar hebat, jantungnya berdetak cepat, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap Nicholas.Setelah melihat sikap Peter yang begitu menghormati Nicholas, Citra tidak dapat membayangkan orang seperti apa yang telah direndahkannya. Citra sangat menyesali perbuatannya terhadap Nicholas. Setiap membayangkan ucapan yang telah dilontarkan, rasanya Citra ingin menghilang saja.Nicholas memberikan pakaian-pakaian itu, lalu kembali ke kamar Karen."Kak Citra, kamu nggak mau lihat? Semua ini pakaian mahal, satu helainya saja 16 ju
"Aku menakutkan, ya?" Nicholas tertawa terbahak-bahak."Ti ... tidak." Karen sontak menundukkan kepalanya. Nicholas tidak menyeramkan, tapi Karen terkejut melihat senyumannya barusan. Senyuman itu membuat Karen tidak nyaman."Begini saja, kebetulan aku menyewa rumah sendiri. Kamu juga masih lemah, perlu istirahat yang cukup. Kamu boleh tinggal di rumah yang aku sewa, di sana ada banyak kamar," jawab Nicholas."Hah? Tidak, tidak perlu!" Karen menolak tanpa ragu."Tenang saja, aku bukan orang jahat, kok. Kalau kamu mengkhawatirkan biaya sewa bulanan, bayar aku 10% saja. Aku juga nggak minta banyak."Karen berpikir sejenak. Kalau Nicholas hanya meminta 10% biaya sewa, Karen mungkin bisa menerimanya.Nicholas hanya tersenyum kecil. Setelah taksi tiba, mereka masuk ke dalam mobil dan pergi.Meskipun bukan kota paling besar, Kota Mano cukup berkembang. Transportasi Kota Mano sangat mudah, pemandangan dan udaranya juga bagus. Kota ini sangat nyaman untuk ditinggali sehingga banyak orang asing
Nicholas tertawa melihat reaksi Karen. Dia tidak memedulikan Karen dan beranjak masuk."Kalau kamu nggak sanggup bayar, utang saja dulu. Bayarnya setelah kamu punya uang, nanti aku catat." Nicholas berbicara sambil membuka pintu rumah, "Tapi jangan kabur, ya! Aku bisa menuntutmu."Karen sangat ingin meninggalkan tempat ini. Walaupun kondisi asrama tidak terlalu bagus dan banyak yang menindasnya, dia lebih nyaman tinggal di sana.Rumah ini memang bagus, tapi Karen tidak sanggup membayarnya. Dia tidak memiliki uang sebanyak itu. Berutang terlalu banyak juga bukan solusi yang bagus."Aku tinggal di lantai 3. Kamu boleh tinggal di lantai 3 atau lantai dua ...." Nicholas memandangi rumah ini dengan tatapan penuh rindu. Saat memasuki sekolah, ibunya Nicholas mempersiapkan rumah ini untuknya. Namun, setelah Nicholas dan Felita pacaran, Keluarga Winata menyegel rumah ini.Sesekali, memang ada pelayan yang datang untuk membereskan rumah ini sehingga kelihatannya tidak terlalu berantakan. Setela
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,