Menurut Nicholas, Karen tidak cocok mengenakan beberapa helai pakaian yang dipegangnya ini.Nicholas berjalan ke meja perawat, lalu berkata sambil tersenyum, "Ini untuk kalian, pilih saja sendiri. Semoga suka ....""Sungguh?" tanya beberapa perawat yang sedang berjaga, mereka terlihat sangat senang.Berbeda dengan perawat yang lain, Citra meringkuk di sudut sambil menangis tersedu-sedu. Dia sedang berusaha keras untuk mengendalikan emosinya. Kedua tangannya bergetar hebat, jantungnya berdetak cepat, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk menatap Nicholas.Setelah melihat sikap Peter yang begitu menghormati Nicholas, Citra tidak dapat membayangkan orang seperti apa yang telah direndahkannya. Citra sangat menyesali perbuatannya terhadap Nicholas. Setiap membayangkan ucapan yang telah dilontarkan, rasanya Citra ingin menghilang saja.Nicholas memberikan pakaian-pakaian itu, lalu kembali ke kamar Karen."Kak Citra, kamu nggak mau lihat? Semua ini pakaian mahal, satu helainya saja 16 ju
"Aku menakutkan, ya?" Nicholas tertawa terbahak-bahak."Ti ... tidak." Karen sontak menundukkan kepalanya. Nicholas tidak menyeramkan, tapi Karen terkejut melihat senyumannya barusan. Senyuman itu membuat Karen tidak nyaman."Begini saja, kebetulan aku menyewa rumah sendiri. Kamu juga masih lemah, perlu istirahat yang cukup. Kamu boleh tinggal di rumah yang aku sewa, di sana ada banyak kamar," jawab Nicholas."Hah? Tidak, tidak perlu!" Karen menolak tanpa ragu."Tenang saja, aku bukan orang jahat, kok. Kalau kamu mengkhawatirkan biaya sewa bulanan, bayar aku 10% saja. Aku juga nggak minta banyak."Karen berpikir sejenak. Kalau Nicholas hanya meminta 10% biaya sewa, Karen mungkin bisa menerimanya.Nicholas hanya tersenyum kecil. Setelah taksi tiba, mereka masuk ke dalam mobil dan pergi.Meskipun bukan kota paling besar, Kota Mano cukup berkembang. Transportasi Kota Mano sangat mudah, pemandangan dan udaranya juga bagus. Kota ini sangat nyaman untuk ditinggali sehingga banyak orang asing
Nicholas tertawa melihat reaksi Karen. Dia tidak memedulikan Karen dan beranjak masuk."Kalau kamu nggak sanggup bayar, utang saja dulu. Bayarnya setelah kamu punya uang, nanti aku catat." Nicholas berbicara sambil membuka pintu rumah, "Tapi jangan kabur, ya! Aku bisa menuntutmu."Karen sangat ingin meninggalkan tempat ini. Walaupun kondisi asrama tidak terlalu bagus dan banyak yang menindasnya, dia lebih nyaman tinggal di sana.Rumah ini memang bagus, tapi Karen tidak sanggup membayarnya. Dia tidak memiliki uang sebanyak itu. Berutang terlalu banyak juga bukan solusi yang bagus."Aku tinggal di lantai 3. Kamu boleh tinggal di lantai 3 atau lantai dua ...." Nicholas memandangi rumah ini dengan tatapan penuh rindu. Saat memasuki sekolah, ibunya Nicholas mempersiapkan rumah ini untuknya. Namun, setelah Nicholas dan Felita pacaran, Keluarga Winata menyegel rumah ini.Sesekali, memang ada pelayan yang datang untuk membereskan rumah ini sehingga kelihatannya tidak terlalu berantakan. Setela
Karen merasa serba salah. Dia berjalan sambil menundukkan kepala.Ketika melihat dua gadis yang berjalan dari kejauhan, Nicholas mengerutkan alisnya sambil mengamati mereka.Ekspresi kedua gadis itu sangat berlebihan. Mereka menghampiri Karen sambil bertanya, "Kok kamu di sini?""Karen, kamu masih berani datang ke kampus? Nggak malu?""Kamu sudah merusak nama baik Universitas Mano. Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan berani datang lagi.""Aku ... aku ...." Karen ingin membantah tuduhan mereka."Kenapa? Kamu sudah tahu, hari itu ada banyak polisi yang datang." Serena menatap Karen dengan jijik."Eh siapa ini? Pacarmu? Gadis sejelek kamu bisa dapat pacar?" tanya Serena sambil menatap Nicholas."Bukan ...." Karen melambaikan tangan, dia mau menjelaskan, tapi Nicholas menyelanya dan berkata, "Iya, kenapa? Setidaknya masih ada orang buta yang menyukainya. Kalau kamu ... aku rasa orang buta pun tidak tertarik.""Sialan, apa katamu?" Serena marah sambil menunjuk Nicholas."Kamu nggak ngerti m
Karen harus bisa melindungi diri sendiri. Kalau begini terus, dia tidak akan bisa bertahan di dunia yang kejam ini.Sesampainya di atas, Nicholas mengetuk kantor Rektor."Masuk!" Terdengar suara Edwin yang menjawab.Nicholas membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Edwin. Edwin terlihat sedang sibuk merapikan dokumen-dokumennya.Ketika melihat kedatangan Nicholas, wajah Edwin terlihat berseri-seri."Nicholas? Apa kabar? Aku sudah menunggu kamu kembali, kapan mau mulai kuliah lagi?" Edwin bersikap sangat ramah. "Aku dengar-dengar, selama di rumah sakit kamu tidak betah, ya? Bapak bangga kepadamu. Kamu sangat baik hati dan menolong sesama mahasiswa. Kampus pasti akan memberikanmu penghargaan.""Pak Edwin, aku ....""Jangan sungkan-sungkan, panggil saja paman. Tidak perlu memanggilku bapak," kata Edwin sambil tersenyum manis.Karen agak terkejut, tidak disangka, ternyata Nicholas dan Pak Edwin sangat akrab?Karen sulit memahami semua yang terjadi. Sebenarnya, Pak Edwin dan Nicholas tidak
"Julian, aku yang menyuruhmu kemari!" Edwin mengernyitkan dahi tak sabar.Julian terdiam sesaat, lalu menoleh, "Pak Edwin, Anda mau apa?""Kita belum menyelidiki secara jelas tentang Karen mencuri uang aktivitas himpunan mahasiswa, jadi kita belum bisa membuat kesimpulan." Ada jeda sesaat sebelum sang rektor melanjutkan kalimatnya. "Kembali dan kumpulkan siswa kelasmu, jelaskan pada mereka situasinya. Aku sudah melaporkan masalah ini ke pihak kepolisian. Setelah hasil penyelidikannya keluar, aku akan menjelaskan pada kalian juga.""Apa ini pantas?" Semua orang tahu bagaimana uangnya hilang," ucap Julian tak senang."Sudah kubilang, jangan sembarangan menyimpulkan sebelum penyelidikannya selesai!" Edwin melambaikan tangannya sedikit kesal. "Lakukan saja apa yang kukatakan. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal lainnya.""Oke!" balas Julian dingin. Dia menoleh ke arah Karen dan Nicholas, lalu melangkah keluar sambil menggelengkan kepala.Tatapan balasan Nicholas sama tampak dingin."Nicho
"Pak Edwin barusan membantu kalian menghentikan komplain-komplain itu karena takut orang-orang mencoreng nama baik universitas. Dia baik, tapi aku tidak! Setelah hasil penyelidikan dari polisi keluar, aku akan menendang kalian berdua dari universitas ini. Tidak peduli siapa dari kalian pelakunya!" ucap Julia yang kemudian melangkah memasuki ruang kelas.Arti tersembunyi kalimat itu sangat jelas. Karen adalah pencurinya. Sang rektor memberikan perlakuan khusus kepada Karen, tetapi Julia tidak akan melakukannya.Dari lubuk hati terdalam Nicholas, api amarah membara. Dia semakin kesal melihat Karen tampak sedih, menahan air mata agar tidak membanjiri pipinya."Cepat masuk! Semuanya sudah ada di sini!" Julia berdiri di panggung, memutar bola matanya ke arah Nicholas dan Karen yang berada di luar ruang kelas.Nicholas menarik Karen masuk dengan wajah kusut.Seisi ruang kelas seketika ribut saat mereka berdua masuk. Banyak yang saling berbisik membicarakan mereka. Sebagian besar memandang ke
"Kamu nggak tahu? Dia pergi bersama Pak Louis, kepala petugas keamanan!" balas Sandy dengan ekspresi sedikit terkejut.Nicholas tersenyum. Dalam hati dia sadar, dalam hal ini, universitas cukup pandai. Kasus Louis dan Willy sangat buruk jika tersebar luas. Universitas mengganti pemecatan keduanya menjadi pengunduran diri secara sukarela, mungkin untuk mencegah kegaduhan dari masyarakat."Ayo, kita makan dulu!" Sandy menarik lengan Nicholas. "Kuberitahu kamu satu berita yang sangat bagus!""Berita apa?" Nicholas sedikit terkejut. Dia memutar badan, berniat mengajak Karen ikut, tapi kebingungan bagaimana mengajaknya pergi karena perempuan itu berbaring di atas meja dengan ekspresi seperti lampu redup."Pergi dulu saja, pokoknya berita bagus buatmu!" Tarikan Sandy semakin kuat.Nicholas mengangguk, lalu mengetuk meja Karen. "Aku akan membawakanmu makan. Kali ini nggak perlu membayar!"Bibir Karen yang awalnya melengkung turun seketika mendatar. Wajahnya seketika berubah menggemaskan.Nich
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,