"Nicholas, masalah ini nggak sesederhana yang terlihat. Sadewa bertemu dengan Amelia supaya Cloudpeak Technology dan Greenly Real Estat menjadikannya sebagai tolak ukur. Asalkan mereka menjual saham dengan harga rendah, mereka juga akan mendapat perhatian dan kompensasi dari Sadewa," jelas Yasmine dengan lirih.Nicholas mengangguk ringan sembari menimpali, "Aku ngerti. Dia menarik rekan musuh ke pihaknya untuk menghancurkan mental musuh.""Nicholas, gimana kalau kita menyuruh kakakku membuat pernyataan? Siapa pun yang menjual saham dengan harga rendah akan menjadi musuh Grup Sunrise. Gimana menurutmu?" tanya Yasmine."Nggak perlu," jawab Nicholas dengan yakin."Nicholas!" Yasmine mulai panik. Dia meneruskan, "Masalah sudah begini. Apa kamu punya rencana? Kalau ada, beri tahu kami supaya kami bisa lebih tenang!""Nggak ada. Kita lihat saja gimana situasi selanjutnya," timpal Nicholas seraya tersenyum.Yasmine termangu sesaat dibuatnya. Dia merasa cara ini kurang tepat sehingga berkata,
Sadewa menoleh dan melirik sekilas sekretarisnya. Dia tersenyum ringan sembari menjawab, "Hm, aku juga nggak yakin.""Menurutku, dia nggak akan datang." Amelia turun dari mobil, lalu tersenyum sambil berkata, "Pak Sadewa, kita sudah pernah bertemu dengan Nicholas. Dia sama sekali bukan tandinganmu. Mungkin, setelah berita ini dirilis, dia ketakutan sampai bersembunyi di kamarnya."Sadewa pun tergelak mendengarnya. Dia tidak merespons perkataan Amelia, melainkan bertanya, "Gimana dengan Claudius?""Dia bilang akan mengabari kita malam ini." Amelia melanjutkan dengan tersenyum, "Claudius ini agak keras kepala. Tapi, dia seharusnya bisa menilai dengan baik saat dihadapkan dengan situasi besar begini. Cepat atau lambat, dia pasti akan bergabung dengan kita.""Semoga begitu," ujar Sadewa seraya tersenyum. Kemudian, dia berbalik dan berjalan ke arah Restoran Fortune.Sadewa akhirnya tiba di depan Restoran Fortune. Di dalam restoran, lampu bersinar terang benderang, seolah-olah telah menunggu
Di luar pintu, terdengar suara seseorang yang tidak acuh. Kemudian, terlihat Nicholas memasuki ruang privat dengan langkah besar.Setelan mewah yang dikenakan Nicholas membuatnya terlihat seperti pangeran berkuda putih. Di belakangnya adalah Yasmine dan Peter. Tatapan kedua orang ini tampak sangat dingin dan serius.Sani sontak berdiri melihatnya. Dia menatap Nicholas dengan marah.Nicholas datang!Philip dan Amelia tidak menduga akan hal ini. Bukan hanya datang, tapi Nicholas tiba lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Sadewa saja termangu saat melihat kedatangan Nicholas."Tuan Muda sangat tepat waktu," ucap Sadewa seraya mengangguk ringan."Memberi anjing makan harus tepat waktu. Meskipun beberapa anjing tua bisa menggigit majikan sendiri, aku tetap harus berusaha menjadi majikan yang baik," sahut Nicholas dengan nada datar sembari tersenyum tipis.Sadewa pun tertawa tanpa memedulikan ucapan ini. Sesudah Nicholas duduk, dia baru berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda, untuk apa mengat
Nicholas menyeringai sambil bertanya, "Berpihak pada kalian? Sadewa, kamu rasa kamu mampu membuatku tunduk?""Tuan Muda!" Ekspresi Sadewa seketika menjadi dingin. Dia berteriak, "Demi ayah dan kakekmu, aku sudah berusaha membujukmu untuk yang terakhir kali. Kalau kamu masih keras kepala, jangan salahkan aku. Kamu masih bisa santai sekarang. Ketika saat itu tiba, mungkin kamu akan lebih rendah dari seorang pengemis!"Nicholas menengadah menatap Sadewa seraya menimpali, "Masih belum pasti siapa yang akan kalah.""Tuan Muda, jangan menganggap diri sendiri hebat atau kamu akan bernasib tragis. Ayah dan ibumu nggak mungkin bisa melindungimu selamanya. Jangan sampai kamu berakhir mengenaskan!" ancam Sadewa dengan emosional dan menggeleng."Semoga kamu masih punya nyali untuk bicara begini seminggu lagi," ujar Nicholas sambil mengambil cangkir teh. Setelah menggoyangkan cangkirnya sesaat, dia tiba-tiba menyiram Sadewa.Sadewa pun tidak mengelak. Dia membiarkan teh tersebut membasahi wajahnya.
Peter tidak mengatakan apa pun sejak tadi, tetapi dia selalu berdiri di belakang Nicholas. Hal ini membuat Nicholas memiliki kesan yang sangat baik terhadap kedua bersaudara ini.Ketika perjalanan pulang, ponsel Nicholas tiba-tiba berdering.Setelah mengambil ponselnya untuk melihat, Nicholas pun menerima panggilan tersebut. Terdengar suara lirih Roger yang panik. "Nicholas, informanku memberitahuku kamu telah membuat keputusan yang salah barusan. Kamu nggak seharusnya bertemu dengan Sadewa. Ini hanya akan membuatmu terlihat bodoh ....""Kapan kamu tiba?" tanya Nicholas dengan dingin."Besok pagi. Syukurlah! Besok pagi adalah waktunya kita memulai pertunjukan besar, 'kan?" Roger tergelak, lalu meneruskan, "Ini kedua kalinya Kerajaan Gelita turun tangan, 'kan? Seharusnya iya. Yang pertama adalah misi menggulingkan Keluarga Hall yang tak terkalahkan itu ....""Lupakan yang lalu supaya kita bisa mencapai hasil yang lebih baik," sela Nicholas sembari menahan amarah dalam hatinya."Baiklah,
Nicholas menengadah, lalu tersenyum tipis sembari bertanya kepada Yasmine, "Kenapa? Apa ada yang kurang jelas? Ada yang mau kamu tanyakan?"Ekspresi Yasmine berubah beberapa kali mendengarnya. Dia menjawab, "Nicholas, ini bukan waktunya untuk bercanda.""Aku nggak bercanda." Nicholas melipat lengannya, lalu tersenyum sambil menimpali, "Aku rasa kamu bisa menilai sendiri, ekspresiku sangat serius.""Yasmine, turuti perkataan Tuan Muda," ujar Peter yang mengangguk kepada Yasmine. Dia sama sekali tidak terkejut.Saat ini, Yasmine baru tersadar kembali dari keterkejutannya. Dia merasa sangat mustahil bagi mereka untuk membeli saham Ventura Capital Finance.Patut diketahui bahwa Ventura Capital Finance memiliki pengaruh yang besar di Kota Mano selama puluhan tahun ini. Menurut rumor yang beredar, aliran modal yang tertera pada laporan tahunan perusahaan mencapai puluhan triliun.Bagaimana mungkin ada orang yang rela menjual saham sebesar ini? Kalaupun menjualnya, mereka pasti akan menjualny
Begitu video tersebut diunggah, orang-orang langsung gempar.Di dalam gedung Ventura Capital Finance, Sadewa menyaksikan keseluruhan wawancara sembari tersenyum. Kemudian, dia melemparkan remot yang ada di tangannya ke samping sofa dan berkata, "Banyak sekali orang bodoh di dunia ini. Kegilaan mereka benar-benar terlihat menyedihkan. Tuan Dean begitu hebat, tapi putranya malah begitu bodoh. Aduh, Keluarga Winata ini ....""Aku rasa Nicholas sudah gila. Kalau nggak, mana mungkin dia bicara begini?" Sani melanjutkan dengan nada menyanjung, "Aku sudah sering melihat orang seperti ini di Negara Austran. Mereka selalu bersikap sok hebat, tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Menurutku, mereka hanya membual, nggak mungkin berhasil!"Sadewa tergelak mendengarnya. Kemudian, dia menyodorkan kontrak di tangannya sambil berkata, "Ini dana gelombang kedua. Totalnya 2 triliun.""Terima kasih, Pak Sadewa." Sani mengangguk dengan penuh semangat, lalu tersenyum menyanjung dan meneruskan, "Aku benar-b
"Nona Fendiana, apa yang kamu katakan barusan?" tanya sekretaris wanita itu lagi dengan terburu-buru, seolah-olah tidak mendengar jelas perkataan Fendiana.Fendiana yang bengong seketika tersadar kembali. Dia menggenggam ponselnya dengan erat sambil berkata dengan lantang, "Aku bilang, Roland hilang! Aku nggak tahu dia ada di mana sekarang!""Ini ...." Sekretaris itu terkejut mendengarnya. Dia berpesan, "Tolong tunggu sebentar. Aku akan segera melaporkan masalah ini kepada Pak Sadewa."Selesai berbicara, sekretaris itu buru-buru mengakhiri panggilan. Dia berlari ke ruang kantor Sadewa dengan tergesa-gesa, lalu mendorong pintu dan langsung melapor, "Pak Sadewa, Tuan Roland kabur!""Oh ya?" Sadewa sepertinya tidak terlalu terkejut. Sebaliknya, dia menyahut dengan sorot mata tidak acuh, "Kabur, ya? Kalau gitu, suruh Fendiana kemari.""Baik." Sekretaris wanita itu mengangguk dengan panik, lalu berbalik dan berlari ke ruang kantornya sendiri.Sadewa memandang ke luar jendela. Dia menatap la
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,