“Emm …,” Karen mengangguk dan menjawab dengan suara kecil.Nicholas memiringkan kepalanya, lalu berlagak cemberut. “Setelah keluar dari rumah sakit, kamu tidak boleh melakukan hal bodoh seperti ini lagi, ya. Sekarang, kamu sudah berutang banyak kepadaku. Kalau terjadi sesuatu pada dirimu, uangku ini pun akan melayang ….”Karen kembali mengiakan dengan suara kecil.Kemudian, Nicholas menyelimuti Karen dan berlagak berbicara dengan nada serius, “Biaya operasi 60 juta, kamar VIP ini 4 juta per malam, ditambah lagi dengan biaya lain-lain, totalnya tidak sampai 120 juta.”“Kenapa semahal itu?” Karen merasa kaget dan air matanya kembali menetes.Nicholas menahan tawanya. “Tenang saja. Kamu tidak perlu melunasinya sekaligus. Kamu bisa mencicilnya!”Karen memasang wajah cemberut. “Sebenarnya aku bisa tinggal di kamar biasa.”“Memang bisa. Hanya saja, kalau kamu tinggal di kamar biasa, akulah yang akan menderita. Itulah alasan kenapa kamu bisa tinggal di sini!” Seusai berbicara, Nicholas menari
Nicholas menendang pintu bangsal hingga terbuka, lalu menatap dingin ke arah Citra.Citra refleks mengangkat kepalanya. Ketika melihat Nicholas, Citra merasa agak panik. "Aku, aku belum menemukan pembuluh darahnya. Jadi, harus ditusuk ulang."Karen mengerutkan alis, dia tampak kesakitan.Seiring melangkah masuk, raut wajah Nicholas terlihat makin masam. Aura Nicholas terasa sangat mengerikan, dia menatap Citra seperti seekor binatang buas yang membidik mangsanya.Citra tidak tahu apa yang salah. Hanya saja, dia menyadari tatapan Nicholas yang menatapnya tajam. Citra sedikit ketakutan, dia tidak berani membalas tatapan Nicholas.Dibanding bertemu pimpinan rumah sakit, Citra lebih takut menghadapi Nicholas. Saat ini, Citra merasa sangat tertekan.Nicholas terus memperhatikan jarum yang ditusukkan oleh Citra. Sesaat jarum berhasil ditusuk ke dalam pembuluh darah, ekspresi Nicholas baru perlahan mereda."Kalau perlu ganti obat, silakan panggil aku," kata Citra, lalu membalikkan badan dan s
"Hmm, tadi ada serangga," jawab Karen sambil menunduk.Nicholas tersenyum sambil menjawab, "Sebenarnya, kamu sangat cantik. Kenapa sengaja berdandan agar terlihat jelek? Nggak ada kerjaan lain?""Nggak gitu ...." Karen membantah.Nicholas menyeringai. Ketika melihat wajah Karen yang memerah, entah kenapa jantung Nicholas berdetak sangat cepat."Sudah selesai? Ayo, kembali ke tempat tidur." Nicholas memapah Karen sambil memegang cairan infus."Aku ...." Setelah berbaring, Karen membalikkan badan dan membelakangi Nicholas. Dia tidak berani melihat wajah Nicholas. "Topengku harus diganti setiap hari. Di rumah sakit tidak leluasa ....""Oh." Nicholas tersenyum. "Jadi, terpaksa menguntungkanku? Aku jadi bisa melihat wajahmu yang cantik itu?""Tidak secantik itu," jawab Karen.Nicholas berhenti menggodanya, lalu menggantung cairan infus dan berbaring di sofa. Suasana di rumah sakit sangat membosankan. Selain memainkan ponsel, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan.Seiring berjalannya waktu,
"Oh ya, seberapa mahal?" Nicholas menjawab tanpa memandang Felita maupun Colin.Nicholas melihat ke sekeliling karena tidak ada pelayan yang menyambut mereka."Kamu nggak mampu beli, sebaiknya kalian pergi saja, jangan mempermalukan diri sendiri. Walaupun menemukan dompet, kamu tetap orang miskin." Colin mencibir sambil berjalan mendekati Nicholas. "Di mana pelayan? Kok bisa-bisanya membiarkan orang seperti ini masuk? Tidak lihat penampilannya? Dia tidak sanggup berbelanja di sini, cepat usir!""Hmm? Kamu boleh masuk, kenapa aku tidak boleh?" Nicholas mengerutkan bibirnya sambil mengelilingi toko."Pelayan, orang ini mantan pacarku, dia sangat miskin. Tidak hanya miskin, dia juga seorang penipu. Sebaiknya, kalian segera mengusir dia, jangan sampai pakaian-pakaian di toko ini kotor. Kalian mau tanggung jawab?" Felita menimpali.Dengan ekspresi merendahkan, dua orang pelayan berjalan mendekati Nicholas.Nicholas cuma tersenyum dan berkata, "Siapa bilang aku nggak punya duit?""Nicholas .
Colin terlihat ragu. Kalau rencananya berhasil, seharusnya Nicholas sedang berada di kantor polisi. Kenapa dia malah ada di pusat perbelanjaan?Nicholas tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh Colin, dia hanya fokus melihat pakaian. Setelah berkeliling, perhatian Nicholas tertuju kepada sebuah pakaian."Tolong ambilkan baju itu, dia mau mencobanya," kata Colin kepada Sica.Sica tertegun sejenak, dia agak ragu.Nicholas mencondongkan tubuhnya dan berkata, "Tenang saja, aku punya uang.""Tapi ... harga pakaian ini empat juta." Karen pun panik."Coba dulu," Nicholas menjawab sambil tersenyum.Sica terpaksa mengambil pakaian itu dan memberikannya kepada Karen untuk dicoba."Nona, silakan coba." Sica memberikan pakaian itu kepada Karen. Kalau Nicholas tidak membeli pakaiannya, Lea pasti akan memarahinya.Namun, Sica tidak terlalu memedulikan. Sejak hari pertama bekerja, Lea memang tidak menyukainya, dia selalu mencari kesalahan Sica. Jika hari ini Lea memarahinya lagi, Sica memutuskan aka
Setelah ditampar Lea, mata Sica pun berkaca-kaca. Perasaan malu sekaligus marah bercampur jadi satu."Bonus bulan ini akan dipotong! Kamu tidak akan mendapatkan sepeser pun," Lea berteriak di hadapan Sica.Sica merasa sangat malu dan terhina, wajahnya tampak sangat pucat. Ketika hendak pergi, tiba-tiba Nicholas menahannya dan berkata, "Jangan pergi. Kami mau membeli gaun ini, kok."Sica tercengang, lalu bertanya, "Kalian mau beli?""Mau beli? Nggak ngaca? Kamu punya uang?" Colin menyindir Nicholas.Nicholas tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. "Tentu saja punya, memang kamu nggak punya? Pertanyaan bodoh.""Kamu!" Colin sangat marah, dia menatap ke arah Lea dan berkata, "Aku sudah suruh kalian mengusirnya, tapi kalian masih membiarkannya di sini. Aku jijik membeli pakaian dari toko yang dikunjungi orang sepertinya. Aku mau pergi!"Setelah marah-marah, Colin menarik tangan Felita dan melemparkan pakaiannya ke lantai.Lea pun panik dan mengejar Colin. "Tuan, maaf, maaf, aku akan mem
Sica merasa seperti kejatuhan durian runtuh. Tadinya, dia merasa sudah tidak ada harapan, dia bahkan sudah berencana untuk mengundurkan diri. Namun, tidak disangka, dalam sekejap mata, dia berhasil mendapatkan omzet sebesar ini.Nicholas menoleh dan menatap pakaian yang tergeletak di lantai. "Sayang sekali, padahal baju itu lumayan bagus. Tapi aku nggak niat membelinya, sudah kotor.""Tuan, aku bisa mencucinya sekarang juga. Tunggu sebentar, aku akan mengurusnya sekarang juga ...." Lea terbangun dari lamunannya, lalu memungut pakaian yang ada di lantai dan memberikannya kepada Nicholas. "Silakan diperiksa ....""Pergi!" Nicholas memelototi Lea sambil berkata, "Kamu bau banget, sama seperti kedua orang itu. Masih berani mendekatiku?"Seketika, Lea langsung mematung dan terdiam di tempat."Nic, apa katamu? Siapa yang bau?" Felita sangat marah, dia terlihat seperti orang gila.Sama seperti Felita, Colin juga memelototi Nicholas. Rasanya, dia ingin menghajar Nicholas.Nicholas tersenyum si
Ekspresi Colin langsung berubah, wajahnya terlihat agak masam.Hari ini, Colin memang tidak membawa dompet. Meskipun bisa transfer, dia tidak rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk Felita. Bagi Colin, menghamburkan uang sebanyak itu sama saja dengan pemborosan."Kak Colin, aku nggak mau direndahkan seperti ini!" Felita menarik pergelangan tangan Colin dengan manja.Nicholas tersenyum jijik, seolah menghina Colin yang tak mampu membeli baju semurah itu.Colin menarik napas panjang, lalu menjawab, "Aku masih ada urusan lain ....""Kak Colin, kok kamu gitu?" Felita pun kesal."Jangan ribut!" Colin menegur Felita, lalu membuka pintu dan pergi.Nicholas mengangkat kedua bahunya dan berkata kepada Sica, "Beri tahu manajemen tokomu untuk mencari manajer yang baru, manajer yang pintar dan bisa menilai orang. Jangan membiarkan orang yang hanya mau mencoba pakaian, tapi tidak mampu membelinya. Pembeli-pembeli sepertiku malas membeli pakaian yang sudah bekas dicoba.""Tuan, maafkan aku ...." L
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,