"Kamu ...." Wajah Malvin langsung memerah.Nicholas tersenyum dingin, lalu melanjutkan, "Sebelum aku pergi tadi, bukannya kamu berlagak sok hebat? Di mana kemampuanmu sekarang?"Malvin sangat tersinggung mendengar ucapan Nicholas. Dia marah sampai seluruh tubuhnya berkeringatan. "Memangnya kamu lebih hebat daripada aku? Kamu hanya beruntung karena menemukan dompet yang hilang dan berhasil mendekati orang kaya. Tanpa semua itu, apakah wanita ini akan menghormatimu? Apakah kamu benar-benar menganggap dirimu sebagai tuan muda? Tidak tahu malu!"Nicholas tercengang mendengar ucapannya. "Benar, yang kamu katakan benar."Nicholas hanya tersenyum, dia malas untuk menjelaskannya.Awalnya Yasmine kesal mendengar ucapan Malvin, tapi akhirnya dia pun mengerti. Dia juga tersenyum tanpa menjelaskan lebih lanjut."Ayo, pergi!" Nicholas pergi dan mengabaikan Malvin.Setibanya di luar, sebuah mobil BMW melaju dan berhenti di depan Nicholas.Begitu pintu mobil dibuka, terlihat Colin yang beranjak kelua
Yasmine mengendarai mobil Lamborghini-nya dengan begitu cepat. Dalam sekejap mata, kendaraan berbodi seksi itu menghilang di ujung jalan.Sorot mata Nicholas yang duduk di kursi penumpang terlihat tidak bergairah. Meski menemui Felita telah membuatnya merasa jauh lebih baik, kenangan-kenangan masa lalu bersama perempuan itu berkelebat di benaknya dan membuatnya sedikit tidak nyaman.Kehilangan cinta mengajarinya sebuah pelajaran hidup yang berarti, tetapi juga menghilangkan hasratnya untuk mengejar cinta."Pak Nicholas, bagaimana dengan akting saya barusan?" Yasmine menoleh ke arah Nicholas sambil tersenyum lebar.Nicholas tersenyum. "Tidak buruk! Terima kasih banyak!" "Tidak perlu berterima kasih, Pak, memang sudah seharusnya saya melakukan permintaan Bapak," balas Yasmine tersenyum. Suaranya terdengar manis dan begitu lembut. Hati Nicholas terasa begitu tenang. Dia sampai memejamkan mata untuk menikmati suara lembut itu."Tadi itu mantan pacar Bapak?" tanya Yasmine, masih dengan se
Nicholas menatap Karen dengan sedikit perasaan kesal, lalu berbalik badan dan mulai berjalan menjauh."Karena aku kehilangan semua uangku ...."Kalimat itu mengejutkan Nicholas. Dia berbalik badan memandang temannya sekali lagi. "Apa maksudmu?"Karen memeluk kakinya dan berkata sambil terus menangis, "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi semua uang milik himpunan mahasiswa dan kelas kita hilang!"Untuk sesaat, Nicholas terdiam, sebelum dia kembali sadar akan siapa Karen. Perempuan itu meski tidak cantik, nilai-nilainya selama belajar selalu bagus. Dia juga bukan hanya seorang pengurus kelas, tapi juga belum lama ini menjadi bagian dari himpunan mahasiswa. Siapa yang menyangka, Karen ternyata menghilangkan semua uang milik kelas dan himpunan mahasiswa?Nicholas terburu-buru membuka aplikasi obrolan di ponselnya. Saat dia melihat grup obrolan kelasnya, di sana seakan-akan sedang terjadi ledakan besar."Uang itu bukan dihilangkan Karen, tapi dia habiskan ....""Perempuan ini, bukan cuma
"Tolong sekali, jangan beritahu siapa pun tentang aku ...," ucap Karen lirih sambil menunduk."Tidak masalah!" Nicholas terkekeh."Terutama ...." Karen buru-buru menambahkan saat melihat Nicholas bersiap-siap pergi."Terutama apa?" Nicholas memandang Karen dengan tatapan kosong.Karen menunduk. "Terutama wajahku, jangan beritahu yang lainnya ...."Nicholas tersenyum, lalu melangkah mendekati Karen.Wajah Karen seketika memucat. Dia melangkah mundur sembari memandang Nicholas ketakutan. Bola melebar menanti apa yang akan diucapkan pria itu."Aku akan membantu menjaga rahasiamu. Kamu sebenarnya cukup cantik, kenapa harus menutupinya dengan abses? Seharusnya, kamu lebih percaya diri, itu baik untuk dirimu sendiri!"Karen menatap Nicholas setengah terpelongo, lalu tanpa sadar mengangguk pelan.Nicholas tidak mengerti bagaimana cara membujuk seseorang, jadi dia pun berbalik badan, melambaikan tangan, lalu pergi menjauh.Karen mendongak. Tatapan kosongnya tertuju pada punggung Nicholas. Tak
Nicholas bergegas menyalakan kembali ponselnya. Jantungnya berdebar akibat gugup.Cindy menatap ponsel itu dengan bibir melengkung naik. "Apa maksudnya ini? Kamu sengaja membuat ponselmu berhenti bekerja untuk mengulur waktu? Jangan-jangan, kamu pakai ponsel butut ini karena tidak mampu membeli yang lebih baik?"Nicholas mengabaikan perempuan itu. Setelah menyalakan kembali ponselnya, dia terus menunggu hingga laman utama muncul di layar."Semua orang tahu kondisi Nicholas. Kalau memang tidak punya uangnya, kita bisa memaklumi, kok!" Chandra menyengir sambil berseru kepada Cindy."Apa gunanya berpura-pura kalau memang tidak punya uangnya? Kamu dan Karen memang pasangan sejati. Sama-sama miskin. Yang satu mencuri uang kelas, yang lainnya pembual ulung!""Cukup! Jangan bicara lagi!" Sandy akhirnya angkat bicara, tidak tahan dengan makian mereka lagi.Senyuman Cindy melebar. "Satu lagi orang miskin!""Kamu ...." Sandy sedikit kesal mendengar celaan itu.Untung saja, Nicholas masih sempat
"Nicholas, aku hanya mengatakan yang sebenarnya ...." Monica menangis sembari mengacungkan jari ke arah Nicholas. "Kamu masih mencoba menutupinya?"Dada Nicholas naik turun sedikit. Matanya mengarah ke Monica. Tajam dan tak berbelas kasih. Perempuan itu benar-benar tidak tahu terima kasih!"Hanya beberapa orang yang tahu dia mencuri dompetnya. Dia mengaku mengambilnya ..." Air mata Monica membasahi pipinya. "Dia pasti mencurinya dari restoranku. Ini tidak hanya menghancurkan reputasi restoran keluargaku, tapi juga reputasi baik universitas ...."Pak Jupri menatap Nicholas marah. Jika ucapan Monica benar, maka reputasi sekolah saat ini pasti sedang jatuh bebas. "Nicholas," panggilnya. "Apa tanggapanmu?" Dahinya mengerut mengisyaratkan dirinya sangat tidak senang."Tidak ada." Nicholas membentangkan kedua tangannya sambil menaikkan ujung bibirnya. "Tapi ada satu hal yang harus semua orang ketahui. Aku, Nicholas, tidak mencuri dompet siapa pun dan tidak menggunakan uang siapa pun. Semua u
“Hubungi Bu Yasmine. Pokoknya masalah ini harus diselidiki sampai tuntas!” Saat ini Willy sangat emosi. Dia menoleh, lalu berteriak pada Louis, “Kalau benar ada pencuri di kampus, bagaimana dengan reputasi kampus kita nantinya? Apa kampus kita masih bisa beroperasional? Apa masih ada orang tua yang bersedia menyekolahkan anak mereka ke sini?“Baik, Pak Willy tenang saja. Saya akan menghubungi Bu Yasmine sekarang ….” Louis menatap Nicholas sejenak, baru berjalan keluar.Monica mengeluarkan kartu nama dan menyerahkannya kepada Louis. Louis juga tidak menunda waktu lagi, dia langsung mengeluarkan ponsel sambil berjalan ke ujung koridor, mulai menekan nomor yang tertera di atas kartu nama.Panggilan akhirnya tersambung, Louis langsung melembutkan nada bicaranya. “Halo, apa benar kamu adalah Bu Yasmine?”“Iya, benar. Siapa kamu?” terdengar suara lembut Yasmine.Suara lembut itu membuat senyuman di wajah Louis semakin lebar lagi. “Begini Bu Yasmine, kampus kami sedang menyelidiki seorang mah
Setelah mendengar ucapan Osman, seluruh tubuh Edwin seketika mendingin. “Maaf, Pak Osman, saya tidak tahu Nicholas adalah kerabat Anda. Saya akan segera menangani masalah ini!”“Edwin, apa kamu sadar apa yang sedang kamu katakan? Kalau kerabatku melakukan kesalahan seperti itu, mungkinkah aku akan membelanya? Apa kamu tahu siapa yang kamu singgung?” Osman sungguh emosi saat ini, dia lanjut berteriak, “Bukankah kampus kalian sedang mengajukan ekspansi? Dia bahkan sudah membantu kalian untuk mendirikan perpustakaan dan lapangan olahraga, tapi kamu malah mengeluarkannya dari kampus?”Raut wajah Edwin memucat. “Bagaimana … bagaimana mungkin? Bukankah donasi ekspansi kampus berasal dari Grup Lagio?”“Sekarang, aku tidak ingin bicara omong kosong lagi. Cepat tangani masalah ini! Jangan sampai kamu memecat mahasiswa itu, dan jangan sentuh mahasiswa itu sedikit pun! Aku akan segera ke sana. Biarkan aku mengatasi masalah ini sendiri!” Selesai Osman menjerit, dia langsung memutuskan panggilan.
"Tidak ada yang boleh hidup," kata Nicholas dengan suara teredam.Sekarang Sandy mengalami kelumpuhan, entah kapan kondisinya bisa pulih. Dia kesulitan menggerakkan tubuh maupun berjalan.Sandy masih berusia 20 tahun. Nicholas tidak tega melihat semua kesialan yang menimpa sahabatnya.Setelah menutup telepon, Nicholas menggenggam erat ponselnya sambil berpikir. Perasaan Nicholas terasa berkecamuk.Untungnya nyawa Sandy masih bisa diselamatkan. Jika tidak, Nicholas akan menyesal seumur hidup.Sandy sudah sadarkan diri, sedangkan Master Howard harus diamputasi dan Thalia memerlukan setengah tahun untuk bisa turun dari tempat tidur. Mereka semua adalah orang-orang terdekat Nicholas. Selain mereka, 123 orang juga meninggal di Vila Megawan.Nicholas tidak pernah melupakan nyawa 123 orang itu.Bella berdiri di samping Nicholas. Dia agak ketakutan melihat raut wajah Nicholas yang tampak begitu tegang."Menurutmu, bagaimana selanjutnya?" tanya Nicholas."Temui Ken dan habisi dia!" jawab Bella.
"Pak Zain, kamu sudah melihat ketulusanku, 'kan?" tanya Jesslyn."Hmm, terima kasih banyak atas bantuanmu. Aku juga berterima kasih kepada 'Tuan' yang menyokongmu," jawab Zain."Pak, kamu adalah orang yang pintar, aku rasa kita tidak perlu saling berterima kasih. Seluruh masyarakat Kota Modu tahu bagaimana sejarah berdirinya Clear Group. Kalian memiliki reputasi yang tinggi di kalangan mafia. Meskipun berhasil menutupi semua kejahatan, pengaruh kalian masih begitu besar." Jesslyn tertawa menyindir. "Kita menghadapi orang dan masalah yang sama. Aku telah membereskan masalah kalian, sekarang kalian harus membantuku untuk menyelesaikan masalah kami."Ekspresi Zain sontak berubah. Sama seperti dugaannya, Jesslyn tidak mungkin membantu secara cuma-cuma."Kami sudah menemukan keberadaan Nicholas. Bawa orang-orangmu untuk menghabisinya. Tidak ada masalah, 'kan?" tanya Jesslyn tanpa basa-basi."Menghabisi Nicholas bukan pekerjaan yang mudah. Ditambah, aku sudah lama meninggalkan dunia mafia. R
"Semoga jawabanmu memuaskanku." Raut wajah Ken terlihat sangat puas.Jesslyn merasa agak rendah diri saat menatap Ken. Namun mengingat Ken adalah cucu inti dari Kakek Winata, Jesslyn pun menyingkirkan semua perasaan tidak enaknya."Besok aku ingin mengajak kakekmu untuk bertemu kakekku. Saat itu, orang yang bisa bertahan hidup tidaklah banyak. Bagaimana menurutmu?" tanya Ken.Jesslyn tercengang melihat kedua mata Ken yang tampak berapi-api. "Maksud ... maksudmu ....""Kalau kakekmu mengunjungi kakekku, kakekmu bisa memujiku sedikit di hadapan kakekku. Siapa tahu pujian kakekmu bisa sedikit membantu rencanaku? Bila aku berhasil menjadi pewaris, kamu akan menjadi istri dari cucu inti Keluarga Winata. Jika saat itu tiba, kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan."Sekujur tubuh Jesslyn bergetar, dia tidak pernah menyangka hari seperti ini akan datang. Jika yang dikatakan Ken benar, Keluarga Chaw bisa berdiri kembali, sedangkan derajat Jesslyn akan memelesat tinggi.Menyandang status
Pada sore hari, lampu-lampu di Vila Lacosta bersinar terang.Ken duduk di kursi sambil mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menyeringai jahat."Barusan Warren menelepon, dia bersedia bekerja saja," kata Jesslyn yang berdiri di samping Ken.Ken menjawab, "Kalau begitu ... kita bereskan dulu Clear Group.""Em." Jesslyn mengangguk."Semakin hari, kamu semakin menawan." Ken tertawa terbahak-bahak sambil menatap Jesslyn.Di saat Jesslyn tersipu malu, Ken mengulurkan tangan dan langsung menarik Jesslyn ke dalam dekapannya. Sembari memeluk Jesslyn, Ken menelepon Zara dan berkata, "Sudah tiga hari, aku ingin mendengar jawabanmu."Tidak terdengar suara di ujung telepon. Zara sedang memikirkan cara untuk menjawab pertanyaan Ken."Kali ini, kubu Keluarga Winata tidak serumit sebelumnya. Aku dan para sepupuku telah mencapai kesepakatan bersama. Kamu mengerti maksudku, 'kan?" tanya Ken."Kalian bekerja sama untuk menghabisi Nicholas?" Zara menarik napas panjang."Benar! Paman Dean terlalu kuat
Setelah setengah jam kemudian, Karen melarikan diri dan pergi ke ruangan Nicholas."Nicholas, Bella ... kasihan banget!" kata Karen dengan ekspresi sedih.Nicholas tersenyum kecut, dia hanya bisa menganggukkan kepala. Nicholas tidak tahu bagaimana menjelaskannya kepada Karen."Ba-bagaimana kalau aku pergi?" Karen mengangkat kepalanya."Kalau kamu pergi, dia harus menahannya," jawab Nicholas."Hmm, bagaimana kalau kamu saja yang membantunya?" tanya Karen.Nicholas tertegun. "Gadis bodoh. Bagaimana kalau terjadi sesuatu di antara kami?""Tidak boleh," Karen bergumam sambil memalingkan wajah.Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil mengelus kepala Karen. "Jadi orang jangan terlalu baik. Yang ada malah dibohongi.""Bella sangat baik kepadaku, dia membelikanku baju. Oh ya, katanya dia mau mengajakku menonton konser," jawab Karen."Konser?" Nicholas mengerutkan alis."Iya, beberapa hari lagi ada konser. Bella sudah memesan tiketnya." Karen menatap Nicholas dengan mata berbinar-binar. "Kamu ma
"Apa?" Nicholas tersentak."Aku ...." Bella menggigit bibirnya dan menjawab, "Aku ingin mengajak Karen untuk mengobrol di kamarku ...."Nicholas mengerutkan alis saat mendengar permintaan Bella."Tenang saja, aku tidak akan menyakiti maupun membohongi Karen. Aku hanya, aku ...." Bella langsung berlutut dan memohon kepada Nicholas.Nicholas menghela napas sambil melambaikan tangannya. "Aku tidak masalah asalkan Karen tidak keberatan. Tapi kalau kamu memanfaatkannya, nasibmu akan berakhir mengenaskan!""Tidak, aku tidak akan memanfaatkannya." Bella tersenyum, dia bangkit berdiri dan pamit meninggalkan ruangan Nicholas.Nicholas memijat keningnya, kondisi Bella terlihat semakin parah. Nicholas telah mencari 7 hingga 8 dokter untuk mengobati Bella, tetapi tidak ada hasil yang memuaskan. Takutnya, Bella akan terjerumus semakin jauh.Bella kembali ke kamarnya untuk mengambil sehelai gaun yang telah disiapkan, lalu bergegas pergi menemui Karen."Ini ... untukku?" Karen melirik Bella dengan ti
Jansen sontak mengangkat kepalanya, dia menghela napas panjang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di sebuah klub malam yang terletak tak jauh dari perusahaan Clear Group.Warren memanggil belasan gadis muda untuk menemaninya. Sembari memandang Gordon yang mencekoki diri dengan bir, Warren tersenyum dan berkata, "Kak Gordon, kalau kami bekerja sama dengan Jesslyn, apakah kamu akan membantu kami? Kamu tahu sendiri kemampuan Jesslyn, siapa tahu kita bisa menarik simpati anggota Keluarga Winata yang misterius itu? Aku membutuhkan bantuanmu, jangan sampai Jesslyn berkhianat dan menghabisi kami.""Tidak masalah." Gordon tersenyum kecil."Kak Gordon memang paling baik!" Warren tersenyum sambil memberikan tatapan misterius dan berbicara dengan suara teredam, "Barusan aku sudah menelepon adikku, dia sedang di dalam perjalanan kemari. Aku rasa masalah ini harus dibicarakan dengannya juga, bagaimana menurut Kak Gordon?"Gordon menatap Warren sambil menyeringai dingin. "Sebagai saudara yang baik
"Nona Jesslyn, sepertinya kamu belum mengetahui identitas Nicholas ...." Zain terlihat agak ragu."Aku tidak tahu?" Jesslyn tertawa mendengar ucapannya. "Di Kota Modu, aku adalah orang yang paling mengenal Nicholas. Keluarga Winata bukanlah keluarga sembarangan, orang seperti kamu dan aku tidak akan sanggup menumbangkannya. Tapi untungnya Nicholas berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, dia lembek dan payah. Asalkan kamu mendengarkan perintahku, kita pasti bisa menghancurkan Nicholas. Selama Nicholas dihabisi di Kota Modu, tidak akan ada yang mempersulit kita. Sebaliknya, kita malah mendapatkan keuntungan.""Sebenarnya apa maumu?" tanya Zain."Apa mauku? Hahaha." Jesslyn tertawa terbahak-bahak, sorotan matanya dipenuhi kebencian. "Aku ingin Nicholas berlutut dan memohon kepadaku. Aku ingin semua orang yang berpihak kepada Nicholas mati satu per satu," jawab Jesslyn dengan tatapan kejam.Tatapan Zain tampak berkecamuk, dia tegang melihat wanita yang begitu kejam ini.Beberapa wakt
Ketika menjelang malam hari, sekelompok mobil berhenti di depan lobi perusahaan Clear Group.Belasan pengawal keluar dari mobil dan berjaga di sekitar. Ketika seorang pengawal membuka pintu mobil, Jesslyn beranjak keluar dengan mengenakan balutan gaun berwarna hitam.Jesslyn adalah wanita yang sangat cantik. Dandanan serta gaun yang dikenakan, membuatnya tampak seperti boneka cantik yang hidup.Gaun ini menonjolkan lekukan tubuhnya yang indah. Dari kejauhan, punggungnya indah berhasil memikat siapa pun yang menatapnya."Apakah penanggung jawab Clear Group berada di tempat? Jesslyn menghentikan langkah kakinya sambil menatap ke arah gedung perusahaan Clear Group."Ada. Kami telah menghubungi mereka, seharusnya semua sudah disiapkan." Jawab salah seorang pengawal.Jesslyn mengangguk dan melangkah masuk ke dalam perusahaan.Felixton Group pernah berurusan dengan Clear Group. Tumpang tindih di antara kedua belah pihak membuatnya sulit menghindari konflik yang ada. Setelah Jesslyn kembali,