Share

Bab 169

Penulis: Zayba Almira
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 20:19:32

Setibanya di titik ekstraksi, tim berhasil berlindung di sebuah safehouse yang tersembunyi di pinggiran kota.

Dalam keheningan ruang yang minimalis namun penuh perhatian, Kieran dan Clara segera membuka drive terenkripsi dari hasil infiltrasi malam sebelumnya.

Lampu meja yang redup menerangi deretan dokumen dan rekaman digital, seolah memberikan cahaya tipis di tengah kegelapan yang masih menggantung.

Rafi, dengan ketelitian yang sudah menjadi ciri khasnya, mulai mengurai data demi data. “Lihat ini,” ujarnya sambil menunjuk layar monitor,

“file-file ini mengaitkan sejumlah nama besar dan transaksi yang mengalir ke seluruh penjuru negeri. Ada bukti korupsi, pengaturan kontrak rahasia—bahkan keterlibatan pejabat tinggi.”

Clara merasa hatinya berdebar kencang. Di balik setiap baris data, tersimpan kekuatan untuk mengguncang sistem yang telah lama dianggap tidak tergoyahkan.

“Jika kita bisa mengungkap semua ini dengan jelas,” katanya pelan, “dunia akan tahu betapa dalam pengaruh merek
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 170

    Di tengah kekacauan malam yang kian mereda, suasana di safehouse mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Setelah pertempuran sengit yang dicatat pada, tim kini berhasil mempertahankan data-data rahasia—senjata utama dalam menggoyahkan sistem kekuasaan lawan. Namun kemenangan parsial ini datang dengan harga yang tinggi. Di setiap sudut ruang aman, terlihat luka dan kelelahan, namun juga keberanian yang semakin menguat.Kieran, yang duduk termenung di sudut ruangan, memandangi layar monitor yang masih menampilkan sisa-sisa pertempuran. “Kita telah menangkis serangan mereka malam ini, tapi ini bukanlah akhir,” gumamnya, merasakan beban tanggung jawab yang semakin besar. Di saat yang sama, Clara turun ke ruang pusat, mengambil napas dalam-dalam sejenak sebelum menyusun rencana baru bersama tim.“Data yang kita kumpulkan tadi telah membuka celah besar,” ujar Clara dengan suara tegas namun penuh empati, “tapi kita harus segera mengolahnya. Bukti ini tidak hanya bisa menjatuhkan merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 171

    Waktu pagi baru saja menyapa ketika Clara menyalakan kopi hangat di sudut ruang aman. Suasana masih dipenuhi sisa-sisa rasa letih dari pertempuran semalam, tetapi kini berganti keyakinan baru: kebenaran yang mereka pegang tak lagi terbendung. Di layar monitor, peta digital memperlihatkan titik-titik strategis yang siap menjadi pijakan langkah berikutnya.Kieran melangkah masuk dengan dua cangkir kopi di tangan, meletakkannya di meja, lalu duduk berhadapan dengan Clara. “Data sudah kita sortir dan enkripsi ulang,” katanya. “Sekarang bagaimana rencana penyebarannya?”Clara meneguk kopi perlahan, menahan rasa hangatnya menghaluskan tegang. “Kita perlu membagi dua alur. Pertama, kita kirim paket bukti ke media independen dan lembaga internasional—bukti lengkap soal korupsi, kolusi, dan transaksi bayangan.” Ia menunjuk ke daftar kontak di layar. “Mereka punya jaringan distribusi cepat. Dan kedua, kita kirim tim kecil ke titik koordinat D‑4 untuk menanamkan virus pemutus sambungan merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 172

    Fajar menyingsing lembut saat Clara meninjau kode agenda pertemuan tertutup bersama tim hukum internasional. Di layar laptop, daftar nama pejabat, pengacara, dan editor media tertera rapi. “Pertemuan ini harus sempurna,” gumamnya, menyesuaikan catatan presentasi terbaru.Sementara itu, di pinggiran ibu kota, Kieran dan tim kecilnya memasuki gudang tua yang dulu menjadi salah satu node cadangan lawan. Pintu besi berderit saat mereka membukanya. Di dalam, deretan server lampu kedip-kedip menandakan sisa kekuatan musuh yang masih berusaha bangkit.— Di Markas Internasional —Clara membuka pertemuan dengan keyakinan: “Teman-teman, hari ini kami membawa bukti tak terbantahkan—transaksi, aliran dana, dan rekaman komunikasi. Ini bukan tuduhan kosong, tapi panggilan bagi keadilan global.” Proyektor menampilkan grafik pergerakan dana, dan ruangan terdiam saat data mereka memutar ulang pesan-pesan rahasia. Beberapa delegasi saling bertukar pandang, terkejut sekaligus yakin.Ketua tim hukum

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 173

    Pagi berikutnya, cahaya mentari menembus celah jendela safehouse, membawa secercah harapan sekaligus urgensi baru. Clara sudah bersiap lebih awal—setelan jas rapi, setumpuk map, dan flash drive berisi video pengintaian yang semalam dibocorkan ke media. Di ruang konferensi bersama tim hukum internasional melalui sambungan video, ia membuka sesi dengan tegas:“Rekaman blackout dan gangguan logistik kemarin memperlihatkan betapa rentannya kendali organisasi bayangan.""Dengan bukti ini, kami mohon agar sanksi segera diterapkan: pembekuan aset, pelarangan perjalanan, dan penahanan sementara bagi pejabat yang terlibat.”Para delegasi tampak terkejut oleh sinergi antara serangan siber lapangan dan dokumentasi hukum yang lengkap. Ketua tim hukum mengangguk mantap, “Kami akan menyiapkan perintah eksekutif hari ini juga. Selain itu, permintaan akses ke lokasi penyimpanan dokumen mereka juga diajukan—kami butuh bukti fisik untuk memperkuat dakwaan.”— Di Lapangan Operasi —Sementara Clara me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 174

    Fajar baru saja mengintip di balik bayang-bayang gedung-gedung tinggi, ketika Clara terjaga dari peraduannya. Meski malam terasa singkat, tubuh dan pikirannya dipenuhi energi baru—energi yang lahir dari keberhasilan tim dalam menyergap gudang dokumen hitam, serta dorongan moral untuk membuktikan kebenaran kepada dunia. Dalam remang lampu hangat ruang aman, ia menyiapkan diri: menyusun kembali berkas-berkas, memeriksa flash drive, dan mengabsen daftar saksi kunci yang akan dihadirkannya di pengadilan.Di meja kayu panjang, deretan map berwarna-warni tersusun rapi sesuai kronologi peristiwa: dari suntikan dana fiktif, penunjukan kontrak, intrusion siber yang hampir berhasil menutup jejak, hingga rekaman rapat rahasia yang mengkoordinasi penutup mulut. Setiap file digital, setiap halaman tercetak, menunggu giliran untuk dihadirkan di muka hakim. Clara menghela napas dalam, lalu menatap papan catatan di dinding: “Hari ini, semua mata akan tertuju ke babak baru.” Ia mengernyitkan ken

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 175

    Malam beringsut pelan, menebar keheningan tipis di atas kota yang baru saja gempar oleh putusan penahanan sementara. Clara duduk sendiri di ruang dokumentasi, menelaah laporan update dari tim hukum: surat perintah penahanan sudah diterima, daftar nama tersangka diperluas—namun di sela laporan itu muncul catatan baru, bahwa satu saksi pelindung mereka, Rainer, tiba-tiba menghilang dari lokasi aman.Jantung Clara berdebar kencang. “Bagaimana mungkin?” gumamnya, menatap layar monitor. Tim intel segera mengonfirmasi: kendaraan yang membawa Rainer dipancing keluar jalur oleh tim tak dikenal. Ia kini hilang tanpa jejak. Tanpa menunggu lebih lama, Clara menghubungi Kieran.— Di Safehouse, Tengah Malam —Kieran tersentak bangun ketika ponselnya berdering. “Clara?” suara tegasnya penuh kekhawatiran. Clara menjelaskan situasi hilangnya Rainer. “Ini serangan balasan—mereka tak hanya bermain di pengadilan, tapi juga menarget orang-orang yang berani bicara,” ujarnya. Kieran langsung menggera

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 176

    Pagi yang cerah membawa harapan baru, meski bayang-bayang ancaman masih terus menghantui. Safehouse yang semula tenang kini dipenuhi dengan hiruk-pikuk persiapan. Setiap langkah direncanakan dengan hati-hati, setiap gerakan dipikirkan dengan cermat. Clara, Kieran, dan tim lainnya kini berada di titik penting—tempat di mana kebenaran akan segera diungkap, namun dengan resiko yang semakin besar.Pagi itu, Clara berdiri di depan jendela ruang briefing, menatap jalanan yang ramai di bawah. Meskipun sinar matahari menyinari setiap sudut kota, ada sesuatu yang menekan, membuat suasana terasa tegang. Kieran memasuki ruangan, disusul oleh Rafi yang membawa beberapa berkas dan tablet. "Clara," kata Kieran, suaranya tegas namun penuh perhatian, "kami siap untuk langkah selanjutnya."Clara menoleh dan mengangguk, merasakan beban yang tak terlihat di pundaknya. "Apa yang kita miliki?"Rafi membuka tablet dan menunjukkan peta dengan beberapa titik merah yang menunjukkan lokasi-lokasi yang kem

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 177

    Malam bergulir semakin larut, namun di dalam safehouse, lampu‑lampu kecil tetap menyala bak bintang di ruang tanah lapang—menjadi penanda bahwa perjuangan belum usai. Clara berdiri di sudut ruangan briefing, menahan sakit di hatinya ketika ingat ledakan yang menghantam Kieran. Sinyal radio tim di lapangan masih terputus, dan rasa takut beradu dengan tekad.“Tolong, kirimkan tim pencarian kedalam kabut,” bisiknya pada Rafi, yang segera menghidupkan layar pemantau drone. Di layar, gumpalan kabut tipis menutupi area markas musuh, memaksa drone mengitari perimeter. “Aku perlu tahu bahwa Kieran masih hidup,” tambah Clara, suaranya bergetar.— Kehadiran Aliansi Misterius —Tiba‑tiba, terdengar ketukan halus di pintu samping. Satu sosok muncul di ambang—seorang wanita bertopi fedora, mantel panjang menutupi siluetnya. “Maaf ganggu, aku punya informasi,” ujarnya pelan. “Nama saya Marina. Aku baru saja keluar dari sel bayangan mereka.”Clara menatap curiga, namun satu tatapan Marina—mata h

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21

Bab terbaru

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 187

    Langit pagi masih berwarna abu-abu ketika helikopter milik UN Special Biothreat Taskforce mendarat di dek kapal riset Aquila. Kapal ini tidak biasa—bukan sekadar laboratorium terapung, tapi pusat komando rahasia yang dikerahkan untuk menyelidiki jejak terakhir Leviathan di sebuah pulau kecil di dekat perairan Filipina Selatan.Clara menuruni tangga helikopter bersama Nathaniel dan Kieran. Angin laut menyentak rambut mereka, dan aroma garam bercampur bensin solar menyengat tajam. Mereka disambut oleh seorang pria berkacamata dengan wajah penuh luka bakar setengah pipi kiri—Dr. Elmo Takashi, ahli genetika yang dulu bekerja untuk Leviathan dan kini menjadi saksi penting sekaligus pemandu dalam misi ini."Pulau ini tidak ada di peta resmi," kata Takashi pelan. "Tapi saya tahu, mereka menyebutnya ‘Pulau Hening’. Di sana... eksperimen tahap terakhir dilakukan. Bukan hanya virus. Tapi juga eksperimen penggabungan organik dan sistem saraf AI."Kieran mencibir. “Mereka ingin menciptakan hi

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 186

    Fajar menyingsing perlahan ketika mobil taktis PBB menderu menjauhi dermaga tua. Di dalamnya, Kieran duduk berdampingan dengan Clara—kedua mata mereka memantulkan sinar remang lampu kabin. Di depan, Nathaniel mengawasi borgol di pergelangan tangan Victor Arman yang duduk di kursi belakang, tubuhnya terbungkus mantel panjang.Clara menengadah, menarik napas dalam. “Kita berhasil… tapi ini baru permulaan.”Kieran mengangguk tanpa bicara. Bayangan malam terakhir terus menghantui—detik ketika ia memutuskan untuk tidak menghabisi ayahnya, dan saat pintu rahasia terbuka untuk pertama kali. Kini, tanggung jawab baru menanti: Victor harus diadili, dan jaringan Leviathan yang tersisa harus dilenyapkan.— Sidang Kilat PertamaBeberapa jam kemudian, di ruang sidang darurat PBB, juri internasional berkumpul. Clara dan tim hukum menyiapkan stage: bukti forensik, rekaman duel, sampel biologis, dan pengakuan Victor sendiri. Ketika hakim ketua mengetuk palu, Victor berdiri—wajahnya tenang, meski d

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 185

    Kegelapan pagi itu masih menggantung ketika Kieran membuka pintu kamar belakang rumah tua. Ia menatap Clara dan Nathaniel yang menunggunya di ruang kerja; mata Nathaniel masih basah oleh kesedihan, sedangkan Clara meraih tangannya dengan teguh. “Kita tidak punya banyak waktu,” ujar Kieran pelan—suara yang jauh lebih tenang daripada detak jantungnya. “Ayahku tidak akan menunggu.”Nathaniel mengangguk. “Aku sudah menyiapkan akses ke lorong bawah tanah—jalur rahasia yang dulu kami gunakan untuk mengangkut barang. Dari situ kita bisa menyusup ke markas Leviathan.” Ia meraih peta usang yang sudah ditandai beberapa titik; salah satunya tempat Victor Arman biasanya menonton operasi—ruang kendali pusat.Clara menarik napas. “Sebelum kita bergerak, aku mau tahu: apa rencana kita jika kita bertemu dia?”Kieran menatap sekilas foto tua yang menempel di dinding—Victor muda menatapnya penuh harap. “Aku tidak datang untuk membunuhnya,” gumamnya. “Aku datang untuk mengakhiri warisan kegelapan in

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 184

    Langit pagi itu mendung, seakan alam pun ikut merasakan tekanan yang menggelayuti hati Clara. Di balik jendela kamar hotel tua yang mereka tempati untuk bersembunyi, ia menatap jalanan yang sepi. Sudah tiga hari berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Kieran dan Nathaniel, dan selama itu pula ia hidup dalam ketegangan yang menggigit.Nathaniel duduk di kursi dekat pintu, menyusun lembaran-lembaran dokumen yang dicuri dari markas musuh mereka. Wajahnya serius, kerutan di dahinya menunjukkan beban berat yang ia pikul. Sementara itu, Kieran berdiri di dekat meja kecil, jari-jarinya mengetik cepat di layar tablet yang terkoneksi dengan sistem jaringan rahasia mereka.Clara akhirnya bersuara. "Sampai kapan kita akan terus bersembunyi?"Kieran tak langsung menjawab. Nathaniel menoleh lebih dulu, tatapannya tajam namun mengandung kelembutan. "Sampai kita tahu siapa yang bisa kita percaya. Dan siapa yang benar-benar ingin membunuhmu."Clara menggertakkan gigi, mencoba menahan kemarahan da

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 183

    Pagi itu, suasana rumah terasa berbeda. Matahari yang menyelinap lewat jendela kaca besar di ruang tengah seolah enggan mengusik ketegangan yang sedang menggantung di udara. Clara duduk sendirian di meja makan, jemarinya menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Tatapannya kosong, pikirannya mengembara entah ke mana.Sudah tiga hari sejak Kieran menghilang setelah pertemuan rahasia itu. Tidak ada pesan, tidak ada kabar, hanya keheningan yang menusuk. Clara mencoba menghubungi orang-orang dekat Kieran, namun semuanya diam, seperti sudah mendapat instruksi untuk tidak membuka mulut.Clara bangkit dari kursinya dan berjalan ke balkon. Angin pagi menyentuh wajahnya lembut, tapi tak cukup untuk meredakan kekhawatiran yang terus menumpuk dalam dadanya. Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari nomor tak dikenal.“Kalau kau ingin tahu di mana Kieran, datanglah sendiri. Jangan ajak siapa pun. Lokasi sudah dikirim.”Pesan itu disertai koordinat. Clara menatap layar ponsel, hatinya be

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 182

    Kabut tebal menutupi dermaga tua di pinggiran kota, hanya diterangi lampu kapal yang bergoyang pelan di atas air. Kieran dan Clara berdiri di ujung dermaga, mengenakan pakaian gelap dan peralatan intelijen lengkap. Di antara tumpukan kontainer berkarat, mereka tahu itulah sarang terakhir organisasi bayangan—pusat koordinasi distribusi senjata biologis yang gagal mereka bongkar.Clara menekan tombol di alat komunikasi: “Ari, status?”“Semua saluran aman, sensor gerak dan termal sudah aktif. Drone patroli berputar di atas, memperingatkan setiap pergerakan darah panas di atas dek,” jawab Ari. Kieran mengangguk, memeriksa peta holografik di tangannya. “Rute masuk lewat selokan saluran pembuangan di sebelah timur. Liora seharusnya ada di ruang kontrol atas, ruangan kaca yang menghadap dermaga. Dia tahu kita akan datang—jadi waspadai jebakan.”— Mencuri Malam —Mereka merayap melalui pintu baja kecil di ujung selokan, suara air menetes bergema di lorong beton. Setengah berlari, setengah

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 181

    Hujan turun deras malam itu. Langit kelabu seakan menjadi pertanda bahwa badai yang lebih besar sedang menanti Clara dan Kieran. Mereka duduk berdampingan di dalam mobil hitam yang terparkir di ujung jalan, tak jauh dari markas tersembunyi organisasi yang selama ini menghantui hidup Kieran.“Kamu yakin ingin melakukannya malam ini?” tanya Clara pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam suara rintik hujan di kaca depan.Kieran menoleh padanya. Mata pria itu menunjukkan tekad, tapi juga ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. “Kalau kita menunggu lebih lama, mereka akan bergerak lebih dulu. Dan kita tak akan sempat menyelamatkan apa pun.”Clara mengangguk, menggenggam tangan Kieran erat. “Kalau begitu, kita hadapi ini bersama.”Kieran menatap jemari mereka yang saling menggenggam, lalu mencium punggung tangan Clara dengan lembut. “Apa pun yang terjadi nanti, aku ingin kamu tahu… aku mencintaimu. Dan aku tidak menyesal telah membawamu sejauh ini.”Clara tersenyum, meski hatinya be

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 180

    Fajar keemasan menembus jendela aula pengadilan, menyinari wajah-wajah tegang yang masih terpaku menanti putusan. Clara berdiri di samping Kieran, Nadia, Marina, dan sejumlah saksi ahli, masing‑masing menyimpan harap bahwa seluruh rangkaian kejadian akan mendapatkan keadilan.— Pembacaan Putusan —Hakim mengetuk palu dengan suara mantap. “Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan kesaksian, Pengadilan Internasional menyatakan terdakwa—mantan pejabat X, CEO perusahaan farmasi bayangan, serta ilmuwan utama—bersalah atas tuduhan penggunaan senjata biologis, pengkhianatan,""dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Semua terdakwa dijatuhi hukuman penjara maksimal dan denda besar, serta aset mereka disita penuh untuk kompensasi korban.”Kerumunan meledak dalam tepuk tangan tertahan; beberapa delegasi saling menyalami, mata Clara berkaca-kaca karena lega. Kieran memeluknya sebentar, menegaskan, “Kebenaran menang.”— Pembebasan dan Pemulihan —Di luar gedung, tim Karbon menyaksikan Belanda—mar

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 179

    Kabut pagi masih menyelimuti jalanan ketika tim Karbon bersiap meninggalkan safehouse untuk menuju gedung Pengadilan Internasional. Rombongan mobil taktis meluncur perlahan, menyusuri jalan raya yang kini dijaga ketat pasukan PBB dan Europol. Di dalam mobil paling depan, Clara menatap cermin spion—melihat bayang-bayang pepohonan yang terangkat sejenak oleh lampu sorot lalu kendaraan rombongan. Ia menarik napas dalam, lalu menegaskan di hatinya: ini hari paling krusial.— Panggung Sidang Puncak —Di aula sidang, kursi-kursi tersusun rapi—barisan saksi ahli, delegasi negara, dan kerumunan jurnalis internasional sudah berkumpul. Clara melangkah mantap ke podium, di tangan kiri terdapat berkas dakwaan biologis yang tebal sekali. Di layar besar, grafis tentang rencana penyebaran virus, rekaman teknisi, hingga hasil uji lab independen semua menanti untuk diputar.Hakim ketua mengetuk palu, menandai dimulainya babak baru: dakwaan senjata biologis dan kejahatan kemanusiaan. Suara Clara m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status