Share

356. Huru-Hara Kecil

Penulis: Gallon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kring ... kring ... kring ....

Sonya menggeliat saat kupingnya mendengar suara ponsel di nakas yang berada di samping Awan. Matanya mengerjap berusaha untuk mengumpulkan nyawanya dengan cepat, menjadi seorang dokter membuat dirinya sangat terlatih untuk bangun dengan cepat.

"Sonya ponsel siapa itu?" tanya Awan yang sama-sama sudah bangun akibat mendengar suara dering ponsel. Awan yang juga bekerja di bidang kesehatan sama-sama gampang untuk terjaga akibat sudah dilatih selama bertahun-tahun untuk selalu siaga. Sebuah kebiasaan yang terbentuk tanpa bisa mereka berdua cegah.

"Kayanya ponsel kamu deh, Wan," bisik Sonya sambil melirik ke nakas sampingnya dan nyadari kalau ponselnya tidak berbunyi sama sekali.

Awan melepaskan pelukkannya dari tubuh Sonya yang telanjang dengan enggan, setelah mereka bercinta sepanjang malam Awan meminta Sonya untuk tidak mengenakan pakaiannya supaya dia bebas memainkan payudara Sonya ataupun merasakan puting payudara Sonya yang mengeras di dadanya. Awan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Bunda Hani
hahaha Sonya kamu jail banget sama awan kasian tau dia
goodnovel comment avatar
Salmah Jaafar
Apa udah kelar ya? Koin nya mau dgunain utk novel yg lain aja, kelamaan.
goodnovel comment avatar
Ari
lama kali updet nya ni ngk sabar kepanjutan ny
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   357. TMI

    "Kenapa Hana, Haikal?" tanya Sonya yang bingung kenapa saat ia berdiri dan mau mengambil minuman kedua anaknya ikut berdiri dan mengekori dirinya."Mommy mau ke mana?" tanya Hana sambil menarik kemeja Sonya. "Mommy mau ketemu alien lagi?" tanya Haikal sambil berdiri menghadang Sonya, berusaha agar Sonya tidak hilang kembali dari hadapannya.Sonya mengerjap dan menahan tawanya saat melirik wajah Awan yang terlihat kesal atas perhatian yang Hana dan Haikal berikan. Sonya tahu rasa kesal Awan dipicu juga karena tadi pagi Sonya tidak mengizinkan Awan menyentuhnya."Nggak, Sayang ... Mommy mau bawa minum, mau ikut?" tanya Sonya sambil menunjuk ke arah meja yang menyediakan juice."Mau ik—""Duduk Hana, Haikal ... Mommy nggak bakal kabur kok, kalau Mommy kabur yang ada Daddy duluan yang bakal cari," potong Awan sambil menggerakkan telunjuknya ke arah kedua anaknya lalu ke kursi. Melihat Awan yang sudah menatap mereka berdua dengan tatapan yang seolah ingin menelan mereka hidup-hidup memb

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   358. Hold My Promise

    Sonya berjalan di salah satu lorong rumah sakit sambil membawa karangan bunga berwarna merah muda, langkahnya terhenti saat melihat Awan yang sedang berdiri di salah satu pintu yang ada di sana, lelaki itu selalu terlihat tampan dengan berbagai macam gaya. Saat ini Awan hanya mengenakan sepatu, kemeja yang lengannya ia gulung hingga ke siku membuat Sonya bisa melihat guratan-guratan di lengan Awan, "Wan.""Sini, Sayang ...," pinta Awan sambil menyambut Sonya.Sonya tersipu mendengar Awan memanggilnya Sayang, entah sejak kapan lelaki itu memanggilnya Sayang. Panggilan simple yang bisa membuat hatinya berbunga, "Anak-anak mana?""Mereka pulang dan bareng sama Mbak dan Aki, Aira juga udah di dalam kamar," ucap Awan sambil menarik Sonya agar duduk di sebelahnya."Udah SC-nya?" tanya Sonya."Udah, baru aja Aira masuk kamar dan Wicak udah ke kamar bayi untuk ngurus bayinya. Aki nggak bisa ke sini dia mau sama si kembar aja," ucap Awan sambil ikut menoleh ke pintu kamar operasi.Sudah lima

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   359. Merencanakan Pernikahan

    Sudah dua hari ini Awan dan Sonya disibukkan dengan persiapan pernikahan, Sonya bahkan selalu menyempatkan diri untuk bertemu Wedding Organizer untuk mengurus banyak hal. Rasanya waktu 24 jam tidak cukup untuk dirinya mengurus seluruhnya dan kadang dia kesal bukan main seperti hari ini."Kan, aku udah bilang kamu ke sini jam 5 sore ini jam berapa, Awan?" bisik Sonya sambil menahan amarahnya yang siap meledak karena Awan baru memunculkan batang hidungnya di restoran itu jam 7 malam, ia harus menunggu selala 3 jam di sana bersama salah satu staf WO yang sedang berjuang untuk mencairkan suasana antara Awan dan Sonya."Aku rapat, Sayang, kalau nggak rapat mungkin aku udah sampai dari tadi," ungkap Awan dengan penuh penyesalan sambil berusaha untuk mengelus paha Sonya yang sedari tadi Sonya tepis berkali-kali saking kesalnya dengan Awan."Rapat macam apa sampai malam? Kamu mau rapat tata cara membuat kurikulum untuk mahluk halus, Wan?" tanya Sonya sambil berusaha memberikan senyuman terman

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   360. Tersulut Gairah Pagi

    "Hmm ...." Sonya menggeliat saat merasakan pucuk hidungnya dicium oleh seseorang dan pahanya terasa hangat karena ada tangan yang mencengkeramnya."Udah bangun?"Sonya mengangguk sambil memicingkan mata, berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya ruangan yang sudah mulai terang akibat sinar matahari yang menembus jendela kamar, "Jam berapa ini?""Jam 10 pagi.""Hah? Ampun, aku tel—" Saat Sonya mau bangun ia tersadar kalau hari ini ia sudah mulai cuti. Sonya mengajukan cuti selama 5 hari untuk acara pernikahannya dan ini adalah hari pertama ia cuti."Telat ngapain?" tanya Awan sambil mendorong Sonya untuk kembali merebahkan diri di ranjang. Tangan Awan meremas paha Sonya yang terasa pas digenggamannya, hangat."Lupa aku, aku udah cuti," kekeh Sonya sambil mengucek sebelah matanya, "kamu ngapain sih?" tanya Sonya bingung karena merasakan remasan di pahanya. "Nggak ngapa-ngapain." Awan mulai mengelus paha Sonya sambil sesekali bergerah ke arah paha bagian dalam wanita itu yang terasa sang

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   361. Bertemu Yang Tersayang

    "Daddy mau kemana sampai nyuruh aku mandi dan makan juga bolos sekolah?" tanya Hana kesal karena diminta untuk membolos padahal dia tahu kalau hari ini guru matematikanya akan membahas pembahasan yang sangat menarik tentang bilangan bulat."Udah ikutin aja, kan, asik nggak sekolah, Hana," ucap Haikal santai sambil mengikuti Hana berjalan ke arah kamarnya sambil memakan roti yang belum ia habiskan di meja makan.Hana menolehkan kepalanya melewati bahu lalu mendelik kesal ke arah Haikal, "Kamu nggak pernah peduli sama pelajaran, aku heran kenapa kamu bisa naik kelas, sih?" tanya Hana gemas karena Haikal tidak terlalu pintar tapi, adiknya itu selalu mampu untuk melalui ujian dan selalu naik kelas dengan nilai yang lumayan.Haikal mengetuk dahinya sambil tersenyum menyebalkan pada Hana, "I am smart, Hana.""Idih ... smart dari mana?""Kepintaran aku nggak bisa diingkari, Hana. Aku ini pintar cuman, malu-malu jadi kadang keliatan kadang ngumpet," canda Haikal yang langsung mendapatkan doro

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   362. Kejar Restu

    Kaki Sonya bergetar saat melangkah melewati beberapa pohon dan dedaunan yang ada di sekitarnya, rambutnya seolah dipermainkan dengan angin namun, Sonya terlalu bersemangat menemui almarhum anaknya hingga tidak mempedulikan itu semuanya. "Wan ... kenapa kamu punya ide buat ke sini?" tanya Sonya sambil menatap Awan yang sedari tadi menggenggam tangannya dan memapah dirinya melewati perkuburan di sana. "Aku mau kamu ketemu Janu dan anak-anak kenal adiknya," bisik Awan pelan sambil melirik Haikal dan Hana yang sudah mengekor dirinya tanpa mengeluh karena Awan sudah memberitahukan tujuan mereka ke sana adalah untuk menemui anak Sonya yang sudah meninggal. "Kenapa kamu sampai kepikiran gitu, Wan?" tanya Sonya dengan nada suara haru karena ternyata Awan masih mengingat Janu, ah ... andai Janu masih hidup mungkin anaknya itu akan sangat senang memiliki dua kakak sambung yang akan melindungi dirinya. "Karena aku nggak bisa bawa kamu ke pemakaman Selena untuk mengenalkan kamu pada Selena,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   363. Mendapatkan Restu

    "Hai ... Janu, Mama rindu ...." Sonya kembali tidak bisa menahan harunya, air matanya jatuh tak terbendung dan dengan cepat membuat tubuh Sonya bergetar hebat karena menahan rasa sakit yang seolah menusuknya tanpa ampun karena merindukan anaknya. "Mama ... Mama ke sini sama Kak Hana dan Kak Haikal." Sonya mengusap pucuk rambut Hana dan Haikl yang entah semenjak kapan sudah memeluknya seolah menguatkan Sonya untuk berbicara dengan Janu. "Mama ... Mama ... mau bilang ke Janu, Janu sehat-sehat di sana dan Mama mau minta izin sama Janu buat ngerawat Kak Hana dan Kak Haikal ... Ma—-" Sesak Sonya tidak mampu mengeluarkan kata-kata sama sekali ia merasakan takut luar biasa karena ingin meminta izin dan restu dari almarhum anaknya untuk merawat Hana dan Haikal. Tidak masuk akal? Mungkin beberapa orang akan mengatakan itu semua, tapi, hal ini yang terkadang mengganjal untuk Sonya di mana anak sendiri ia sia-siakan sedang ia mengurus anak orang lain, walau anak itu adalah anak dari lelaki yan

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   364. Happy For You

    "Bisa tolong bawa bunganya?" tanya Lidya pada salah satu pegawai WO yang sedang berjalan di dekatny. "Bunganya kok warnanya aneh gini sih?"Sonya tertawa mendengar protes Lidya pada salah satu petugas WO, "Lid, udah nggak papa.""Ngga bisa ini warnanya kok pink, harusnya putih," ucap Lidya sambil menyerahkan bunga ke tangan petugas WO dan meminta orang itu mengganti bunganya sesegera mungkin sambil menyelipkan lembaran uang ke tangan petugas itu agar bisa membeli bunga baru."Jangan bikin aku gugup, please ...." Sonya berdehem sambil merapikan gaun pengantin berwarna putih yang ia kenakan. Sebuah gaun yang sangat cocok dikenakan Sonya karena mampu untuk menunjukkan setiap lekuk tubuhnya yang sensual dengan tepat."Jangan gugup, Mbak, Mbaknya cantik kok," ucap perias pengantinnya sambil mensemprotkan setting spray ke wajah Sonya. "Mbak cantik banget dan aku tebak umur Mbak 23 tahun?" tebak perias pengantin itu yang langsung dijawab gelengan oleh Sonya."Nggak Mbak, kemudaan 10 tahun,"

Bab terbaru

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   389. From Gallon With Love

    Hai semua pembacaku sayang ....Gallon ucapkan terima kasih sudah membaca hingga akhir kisa perjalanan cinta Awan dan Sonya. Sebuah kisah yang pelik, berat dan penuh gairah dari Awan dan Sonya.Kisah yang dimulai dari sebuah pengkhianatan, rasa benci, dan mamaki diri akibat sebuah kekurangan yang menjadikan diri Sonya membenci dirinya dan melupakan rasa dicintai juga mencintai.Sebuah kisah dengan akhir yang manis namun dibalut sebuah kenyataan hidup, sebuah kenyataan yang membuat kita sadar kalau kita hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Secinta apa pun kita pada seseorang ingatlah ada maut yang memisahkan namun, yakinlah maut juga yang akan menyatukan kalian kembali. Cerita ini harus berakhir di sini, cerita manis ini harus berakhir secara sedih namun tetap dibalut senyum bukan sebuah tangis. Cerita cinta Sonya dan Awan tidak akan ada kelanjutannya, semuanya sudah jelas dan mereka sudah sangat berbahagia dengan kehidupannya. Gallon harap semua yang membacanya puas dengan akhir ki

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   388. Sebuah Akhir Dari Kisah yang Manis

    Tit ... tit ... tit ....Suara alat yang memonitor jantung Awan terdengar memilukan di kuping Hana dan Haikal, sudah lima hari mereka berdua berjaga di sana bergantian dan tidak mau meninggalkan Awan, semenjak Awan terjatuh dari kamar mandi."Hana, Haikal bisa keluar?" tanya Daniel melalui celah pintu kamar.Hana dan Haikal saling tatap lalu keluar dari kamar, sebelumnya mereka berdua mengecup kening Awan pelan. Setelah di luar Hana dan Haikal bertemu dengan Daniel dan juga Adara bersama seorang dokter. Mereka tahu siapa dokter itu, dokter itu adalah Dokter Intan, adik almarhum mama mereka."Tante ada apa?" tanya Hana sambil berdiri di samping Daniel, spontan suaminya itu merangkul bahunya pelan mencoba menguatkan Hana."Ada yang salah sama Daddy?" tanya Haikal sambil merangkul pinggang istrinya, mencoba mencari ketenangan dari tubuh istrinya itu.Intan mencoba tersenyum sebaik mungkin walau ia sadar kalau ia tidak bisa menipu Hana dan Haikal yang sudah mengenal dirinya dengan sangat b

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   387. Sebuah Ketetapan Tuhan

    Tangan Awan terus bergerak mengelus nisan Sonya, disetiap tarikan napasnya ia merasakan rasa rindu yang menusuk nan sakit. Ia rindu memeluk Sonya, mengecupi tubuh istrinya, dan tidur di samping wanita yang sudah menemaninya selama 37 tahun. Jemari Awan terus bergerak, sesekali terdengar suara tarikan napas berat Awan. Matanya mulai buram akibat menahan air mata yang selalu jatuh ke tanah setiap ia datang ke sana untuk bertemu Janu dan Sonya.Masih segar di ingatannya saat Sonya pergi meninggalkan dirinya di pelukkannya. Sonya kalah dan menyerah pada penyakitnya, wanita itu pergi meninggalkan dirinya tiga tahun lalu. Sonya menyerah pada penykitnya, Sonya meninggalkan dirinya sendirian di dunia. Maut sudah memisahkan mereka, mengakhiri sebuah dongeng cantik nan bahagia yang selama ini Awan dan Sonya rajut. Menikah dengan Sonya adalah sesuatu yang sangat Awan sukai. Setiap harinya selalu Awan lewati dengan perasaan senang dan bahagia, walau ada beberapa kali mereka menemui hambatan ke

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   386. Selamat Pagi Sonya

    37 Tahun Kemudian .....Awan mematut dirinya di depan kaca sambil menarik-narik kemejanya. Ia sesekali tersenyum sambil mengusap-usap bagian rambutnya yang sudah memutih termakan usia. Ia sekali lagi memutar tubuhnya memastikan kalau tampilannya sudah sesuai dengan apa yang ia harapkan.Tangan Awan mengambil parfume yang sudah ia pakai semenjak dahulu kala, seketika itu juga wangi laut menyeruak ke indera penciumannya. Mencium itu semua membuat ia ingat perkataan Sonya kalau menciumnya wangi tubuhnya seolah ia sedang berlibur ke pantai."Sonya," bisik Awan sambil tersenyum kembali ke arah cermin. Ah ... ia rindu pada istrinya, ia rindu pada celotehan istrinya itu. Tanpa sadar pikirannya menghitung sudah berapa lama ia menikahi Sonya. "37 tahun," bisik Awan yang mulai menghitung berapa lama ia sudah menikah dengan Sonya, wanita yang sangat ia cintai hingga masa tuanya itu. Tok ... tok ... tok ....Awan menoleh melalui bahunya dan mendapati pintu kamarnya di buka. Senyumannya melebar

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   385. Sebuah Kesepakatan Awan dan Sonya

    "Mereka tidur di sini," ucap Lidya sambil membuka pintu kamar Tara.Sonya melihat Hana dan Haikal yang tidur di ranjang bersama Tara dan Amia. Terlihat kedua anaknya itu mengenakan piayama yang sama sambil memeluk sesuatu yang mereka bagi, Sonya tanpa sadar tersenyum melihat apa yang anak kembarnya itu peluk. "Aku nggak paham kenapa Hana dan Haikal meluk handuk, mereka tiap tidur selalu meluk handuk itu. Aku sampai sangka itu selimut tapi, aku liat-liat itu ternyata handuk," terang Lidya sambil mengambil tas si kembar yang sudah rapih di pojok kamar. "Itu anduk aku, mereka minta katanya buat mereka bawa." Sonya menahan tawanya sendiri saat mengingat keinginan si kembar, tanpa sadar tangan Sonya mengusap kening si kembar. "Ya ampun, manis banget ... padahal mereka bukan anak kamu secara biologis tapi, manis banget," ucap Lidya sambil mengusap kedua lengannya. "Iya ... aku bersyukur mendapatkan mereka berdua ... aku bersyukur dipertemukan dengan Awan dan diberkahi dua malaikat ini,"

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   384. Nafsu yang Terganggu

    "Bener-bener si kupret!" maki Eka sambil berjalan berlalu lalang di hadapan Lidya yang sedang membaca majalah dan sesekali melirik ke arah Eka.Eka kembali melihat jam yang ada di dinding rumah dengan geram, bagaimana tidak, waktu sudah menunjukkan jam 12 malam di hari senin dan bila jarum panjang jam bergerak sedikit saja maka hari sudah berganti menjadi hari selasa. "Bisa duduk nggak, sih?" tanya Lidya yang akhirnya kesal melihat Eka terus bergerak hilir mudik seperti setrikaan. "Duduk, sini." Lidya menepuk sofa yang ada di sampingnya berharap suaminya duduk di sana dan tenang. Sayangnya keinginannya tidak tercapai, Eka menggeleng sambil kembali hilir mudik dan memainkan ponselnya."Ini kupret satu, kebiasaannya ya Tuhan, dia bilang hari senin ... ini hari senin, bahkan ...." Eka melihat jam dinding dan menyadari jarum panjangnya sudah bergeser. "Udah hari selasa ... dasar manusia tanah sengketa, hobi bener bikin susah orang."Lidya hanya bisa menahan tawanya melihat kelakuan Eka y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   383. Menjilat Manisnya Madu

    Awan mengambil madu dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi menyusul Sonya yang sudah menghilang di dalam kamar mandi. Saat sampai di ambang pintu kupingnye mendengar suara gemericik air dari dalam tempat shower.Langkah kaki Awan terhenti saat ia melihat Sonya sedang membasahi sekujur tubuhnya dengan air hangat yang keluar dari pancuran. Siluet tubuhnya terlihat menggoda, tubuh sintal Sonya seolah meminta Awan untuk menyentuhnya. Napasnya makin tertahan saat ia melihat tangan Sonya menyentuh setiap inci tubuhnya dengan pelan dan sensual, ia suka melihat Sonya menyentuh tubuhnya sendiri, birahinya seolah dipuaskan melalu visual Sonya yang entah bagaimana caranya selalu menjadi magnet untuk dirinya. Sonya berbalik dan mendekati Awan selangkah demi selangkah, seolah setiap langkah yang Sonya lakukan sebagai sebuah tombol yang lagi-lagi membuat pria itu menggemeretakkan giginya menahan hasrat liar yang sudah meronta untuk dilepaskan detik itu juga."Nggak buka baju?" tanya Sonya sambil

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   382. Sebotol Madu

    "Aku nggak sanggup lagi, Wan," tolak Sonya sambil mendorong piring sejauh mungkin dari hadapannya, perutnya seolah akan meledak karena sudah menghabiskan banyak sekali hidangan laut yang tersaji."Terus ngapain kamu pesen makanan sebanyak ini?" tanya Awan kesal sambil menunjuk hidangan laut yang ada di hadapannya. "Yah tadi, keliatannya enak semuanya jadi aku pesen," kilah Sonya sambil mengambil garpu dan menusuk-nusuk udang yang ada di atas piring. Sonya mengakui kalau makanan itu enak tapi, rasanya perutnya sudah tidak mampu lagi menerima makanan lebih banyak lagi."Terus ini gimana? Aku udah bilang tadi, pesen seperlunya aja, jangan lapar mata, Sonya," ucap Awan sambil melihat meja makannya yang masih terhidang cumi saus padang, udang galah asam manis, kepiting bakar dan juga ikan bakar.Awan ingat tadi saat Sonya memesan semuanya ia sudah mengingatkan Sonya kalau mereka tidak akan mampu menghabiskan semuanya tapi, istrinya ini tetap pada pendiriannya ingin memesan semua makanan y

  • Di Atas Ranjang Dokter Sonya   381. Bulan Madu yang Manis

    "Mommy baru sampai, Nak," ucap Sonya sambil duduk di sudut ranjang dan melihat Awan yang terlihat sibuk berbicara dengan petugas hotel."Iya ... Hana, 3 hari aja, Daddy kamu juga bilang tiga hari, kan, kalau lebih nanti biar Mommy yang pulang sendiri dan Daddy, Mommy tinggal di sini," lanjut Sonya sambil menyentuh handuk yang dibentuk angsa di atas ranjangnya. Matanya dengan cepat menyisir keadaan kamarnya, jujur pada awalnya Sonya tidak tau mau di bawa kemana dirinya oleh Awan. "Iya, janji. Udah kamu di sana baik-baik dan jangan nakal. PR-nya kerjain dan tolong, suruh Haikal kerjain PR-nya juga, adik kamu suka lupa diri kalau nggak diingatkan," pinta Sonya sambil mengucapkan beberapa kata perpisahan sebelum memutuskan sambungan telepon dari Hana.Setelah ia menitipkan Hana dan Haikal di rumah Lidya, Awan sama sekali tidak mau mengatakan ke mana mereka akan pergi dan ternyata Awan membawanya ke salah satu resort yang ada di pulau seribu. H island resort.Sonya tersenyum saat berjalan

DMCA.com Protection Status