Aneska Luna, seorang gadis muda berusia 24 tahun. Di besarkan di salah satu panti asuhan. Pekerjaan keseharian nya adalah pagi hari
menjual Koran di jalanan, siang hari bekerja di warung makan tetangga nya dan
malam hari bekerja sebagai waitress di club malam. Dalam satu hari dia hanya
bisa tidur 3-4 jam.
Aneska tinggal di kost an sederhana, yang hanya bisa buat tidur saja. Karena banyak waktu nya bekerja di luar. Tapi sesekali dia akan datang ke Panti asuhan untuk berkunjung dan memberikan sumbangan.
Dia memiliki sepeda untuk berjalan ke tempat kerja nya.
Pagi ini sedang menjual Koran di lampu merah.
Sebuah mobil mewah melihat gadis cantik polos itu sedang berkeliling menawarkan Koran nya. Dia tidak malu walaupun cuaca sudah panas.
“Hey, kamu” panggil seorang perempuan dari dalam mobil.
Aneska melihat asal suara yang memanggil nya.
“Saya?” Tanya nya menunjuk diri nya pada asal suara itu.
“Iya, kamu. Sini.” Jawab orang yang di dalam mobil.
Aneska berjalan, merasa senang karena akan ada seseorang yang ingin membeli Koran nya.
“Koran nya bu?” Tanya nya menawarkan Koran nya kepada orang
yang duduk di belakang pengemudi.
Wanita yang tidak muda itu melihat Aneska dari ujung kaki sampai ujung kepala nya. Membuat Aneska canggung dan penasaran.
“Bu, apa anda ingin membeli Koran saya?” Tanya Aneska menyadarkan si ibu tersebut.
“Eheemmm…. Saya akan membeli semua Koran kamu.” Jawab nya.
“Oh.. benar bu? Wah saya sangat senang sekali.” Aneska tersenyum ramah mendengar ucapan wanita itu.
“Iya.” Dia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan, dan memberikan nya pada Aneska.
“Bu, ini terlalu banyak sekali.” Gadis itu melihat uang yang di berikan ke tangan nya.
“Ambillah.” Suruh nya.
Ibu itu mengeluarkan sebuah kartu nama dan di berikan pada Aneska.
“Ini kartu nama saya, saya akan memberikan mu pekerjaan dengan gaji yang tinggi. Ambil.” Suruh si ibu itu.
Aneska menerima dengan penasaran.
“Pekerjaan apa ya bu?” Tanya nya penasaran.
“Kau boleh menghubungi nomor itu. Sebentar lagi lampu nya akan berwarna hijau. Kau pikirkan tentang pekerjaan yang akan aku berikan pada mu. Saya akan membayar mu dengan gaji yang besar.” Jawab nya.
Aneska ingin bertanya lagi, namun kendaraan lain nya sudah
membunyikan klakson tanda untuk segera berjalan.
Dengan penasaran dia memegang kartu nama dan di baca nya.
“Loh… ini Koran nya kok gak di ambil ya? Tapi duit nya udah ada. Bagaimana ini? Apa seharus nya aku mengembalikan nya saja?” Tanya nya
setelah sadar di tangan kiri nya masih memegang Koran.
****************
“Nyonya, apakah anda ingin memberikan pekerjaan pada gadis
penjual Koran tadi?” Tanya Galen, asisten nya yang duduk di depan samping supir.
“Benar. Aku ingin memberikan nya pekerjaan. Gadis itu sangat cantik dan pekerja keras. Entah kenapa aku menyukai karakter nya yang baru saja
aku temui.” Ucap nya.
“Pekerjaan apa yang akan anda berikan pada nya nyonya?”
Tanya Galen yang ternyata juga penasaran.
“Hmm…. Nanti kau akan tahu sendiri Galen.” Jawab nya dengan senyum kecil.
“Tapi nyonya, apa menurut anda dia akan menerima pekerjaan anda? Saya lihat dia seperti sedang bingung.” Tanya Galen.
Nyonya itu membuang nafas, karena sebenar nya juga ada pertanyaan seperti itu yang ada dalam pikiran nya.
“Aku memang tidak yakin, tapi aku percaya, kalau nanti dia datang menemui ku, mungkin ini adalah takdir jodoh nya dengan ku.” Jawab nyonya Sonya Lisa.
****************
“Sebaik nya aku jangan memakai uang ini dulu. Aku tidak mau menerima nya begitu saja.” Gumam nya.
Seperti biasa, setelah siang hari pukul 11:00 wib, dia sudah berada di warung makan untuk membantu mencuci piring dan melayani pembeli.
“Lun, tolong antar kan pesanan ini ya, ke bapak ojek online itu.” Suruh si pemilik warteg memberikan satu piring yang sudah berisi makanan.
“Iya tante.” Anes membawa piring itu dan memberikan nya.
“Ini pak pesanan nya. Silahkan di makan ya pak.” Ucap Aneska dengan ramah.
“Terimakasih ya mba. aku sudah sangat lapar sekali.” Si bapak ojek online itu menerima pesanan makanan yang hanya nasi dan dua potong
tempe. Dengan lahap dia memakan makanan nya setelah mengucapkan
Bismillahirrohmanirrohim.
Tidak lupa Anes memberikan nya segelas air minum yang hangat.
“Lun, kamu makan aja dulu. Belum terlalu ramai ini kok pembeli nya.” Suruh si pemilik warung, dengan panggilan tante Wik.
“Iya tante, terimakasih.” Aneska Luna mengambil piring untuk makan nya. Makanan yang sangat sederhana, sepotong tahu, sepotong tempe dan
sayur kacang panjang kuah.
“Makan tuh ayam nya, biar bergizi.” Suruh si pemilik warung.
“Tidak tante, ini saja aku dah kenyang dan senang.” Jawab Anes tersenyum ikhlas.
“Ya sudah kalau kamu tidak mau. Kamu tidak usah terlalu segan pada ku. Aku senang kamu mau bekerja dengan ku. Kamu masih muda tapi
tidak malu untuk bekerja seperti ini.” Ucap tante Wik.
“Untuk apa aku malu tante, selama aku tidak mencuri atau melakukan kejahatan, aku bisa mengerjakan nya.” Jawab nya memakan makanan nya.
“Anes, tante berharap kamu bisa menikah dengan seorang pria yang mencintai mu, tentu saja yang memiliki banyak uang, biar hidup mu tidak begitu menderita.” Harap tante Wik.
“Hahahaha….yang penting bahagia tante. Masalah uang kita bisa mencari nya bersama-sama.” Jawab nya di sela-sela makan.
*************
Sakheel baru bangun dari tidur nya. Di lihat kekasih nya Davian memeluk sambil tidur. Sakheel melihat jam di ponsel nya. Ada puluhan panggilan tidak terjawab, dan pesan yang belum di baca.
Perlahan dia turun, melepaskan pelukan dari kekasih nya itu.
Dengan keadaan tela****g dan tidak memiliki rasa malu, di buka nya ghorden
jendela nya. Menyalakan sebatang rokok dan di hisap sambil duduk melihat kekasih nya yang masih tertidur. Beberapa kali asap rokok di buang di atas kepala nya.
10 menit kemudian, Daviandra bangun dari tidur nya. Di lihat Shakeel sudah bangun dan duduk di sofa menghadap nya.
“Sayang, kau sudah bangun. Hoaaammm….” Ucap nya sambil menguap.
Daviandra turun dari ranjang, tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh nya berjalan menuju Shakeel yang menatap nya. Di ambil nya rokok dalam jepitan jari Shakeel, lalu di hisap.
Shakeel menarik Daviandra agar duduk di pangkuan nya. Lalu memeluk nya dari belakang kekasih nya itu.
Daviandra mengalungkan salah satu tangan nya di leher Shakeel. Menghisap rokok dan membuang ke samping wajah nya.
Shakeel mendekatkan wajah Davian menuju wajah nya agar dia bisa mencium bibir kekasih nya itu. tentu saja Daviandra mengikuti tuntunan tangan Shakeel.
Shakeel kembali ke rumah keluarga besar nya. Dengan pakaian bau keringat dan rokok. Berjalan tidak semangat, jas di tenteng di tangan kanan.“Shakeel..” panggil seorang pria yang lebih tua dari nya.Pria tua itu duduk di sofa, yang ternyata sedari tadi sedang menunggu kedatangan putera nya.Shakeel berhenti melanjutkan langkah nya yang ingin naik tangga.“Papa ingin berbicara dengan mu.” Ajak papa nya.“Apa yang ingin papa bicarakan?” Tanya Shakeel yang masih berdiri di tempat.“Kemari dan duduk dengan ku.” Suruh Reynand Pradana, papa nya.Awal nya Shakeel masih diam, menunggu beberapa saat. Danpada akhir nya dia melangkah duduk di hadapan orang tua nya.Tidak ada pembicaraan, hanya saling menatap. Reynandmenggelengkan kepala nya melihat kondisi putera ny
Mereka bertiga duduk di dekat jendela.“Kamu mau pesan apa nona muda?” Tanya Sonya.Aneska melihat buku menu yang menuliskan banyak menu dan harga.“Ya ampun, mahal sekali harga nya.” Ucap nya pelan menggerutu.Sonya tersenyum mendengar suara pelan Aneska.“kau tenang saja. Aku yang mentraktir mu. Jadi pesan saja apa yang kau mau.” Ucap Sonya.“Tidak nyonya…“Aku yang mengajak mu bertemu di sini. Jadi tolong jangan menolak tawaran ku.” Sonya yang menebak kalau wanita itu akan menolak nya.“Mmmmm… baik lah kalau begitu nyonya. Tapi jangan salah paham ya.” Ucap Aneska.“Tentu.” Jawab nya singkat.“Walaupun begitu, aku tidak boleh asal memilih nya. Harus tahu diri juga aku nya. Jadi aku tetap akan memilih yang paling murah saja.” Gumam nya.*************“Nyonya, ini uang anda, saya ke
Aneska Luna terus memikirkan tawaran dari Sonya, dia memang membutuhkan uang untuk kehidupan pribadi dan membantu panti asuhan tempat nya dulu di besar kan. Anak-anak panti sudah banyak yang mulai masuk pendidikan.Beberapa bulan terakhir, banyak terdapat bayi-bayi yang baru lahir di letakkan begitu saja di depan pintu.Entah kenapa para orang tua yang tidak bertanggung jawab selalu ‘membuang’ anak mereka di sana. Pemilik panti juga tidak bisamenyalahkan atau mengabaikan bayi-bayi yang tidak bersalah itu. Mereka merasa, kalau itu adalah tugas yang di berikan.Alesan-alesan yang sering di dapat kan dari selipan pakaian bayi itu beranekaragam.“Tolong jaga bayi saya……“Saya tidak memiliki uang untuk membesarkan anak saya……“Suami saya menolak anak ini, jadi tolong……“Saya belum menikah, saya masih sekolah, tolong anak ini…..Begitu lah contoh dari ‘
“Biar menyatu dengan alam bu.” Jawab Anes tersenyum.“Menyatu dengan alam? Cari penyakit itu nama nya.” Jawab Ayu ngeledek.“Kan gak langsung tidur di lantai, pakai tikar dan selimut.” Ucap Anes.“Ya sudah, biar kan saja. Nanti biar di siapkan selimut dan tikar nya ya.” Santi mengijinkan Anes tidur dengan keinginan nya sendiri.Anes senang mendengar persetujuan ibu asuh nya.*****************Hentakan musik yang sangat keras,cahaya remang-remang membuat suasana lebih menyenangkan buat mereka yang ingin mencari kesenangan di tempat itu. alkohol, rokok sudah menjadi ciri khas nya.Shakeel dan Daviandra juga berada di tempat itu. di lantai dansa, mereka menari-nari sambil berpelukan. Daviandra meliuk-liukan tubuh nya,menari naik dan turun di sekitar tubuh Shakeel. Sesekali mereka berciuman bibir di tempat ramai itu. Tidak ada rasa malu lagi di antara mereka.
Si pengemudi mobil turun dan melihat kondisi mobil nya.“Nona, apa anda tidak bisa melihat jalanan?” si sopir marah.Aneska belum menjawab, berusaha berdiri dan memunguti koran-koran yang sedikit kotor.“Lihat bagaimana mobil ini? Lecet, bagaimana anda harus bertanggung jawab?” Tanya si supir menunjuk bagian yang sudah tergores akibatgesekan dari sepeda milik Anes.Anes mulai jenuh. Dia membersihkan tangan yang terdapat pasir dan tanah.“Pak, anda juga yang salah, kenapa tidak klakson? Anda juga membawa dengan kecepatan yang tinggi, padahal ini kan jalan sempit.” Jawab Anes.Gadis itu memiliki luka gores di pergelangan tangan dan lutut kaki nya.“Saya kan sudah bunyikan klakson nya….“Anda memang membunyikan nya tapi saat anda sudah dekat dengan sepeda saya.” Anes memotong kalimat si supir yang belum selesai berbicara.“Apa y
Aneska menemukan semua koran pesanan teman pria itu. dengansangat senang di berikan pada Aarav. Pria itu pun membayar nya dengan beberapalembar seratus ribuan.“Pak, ini banyak sekali. Satu lembar saja masih lebih nih.”Anes menggenggam 4 lembar seratus ribuan.“Tidak apa-apa. Ambil saja, anggap lagi dapat rejeki.” Aaravtersenyum.“Tidak pak, saya tetap tidak bisa menerima begitu saja. Sayaharus mengembalikan kelebihan nya.” Mengitung kembalian untuk Aarav.“Dia tidak mau menerima nya?” gumam Aarav yang memperhatikanwanita itu.“Ini, kembalian nya.” Setelah di hitung dan total nya sudahcukup, segera di berikan pada pria yang memborong koran nya.“Terimakasih. Jarang ada pedagang yang menolak uang lebih.Biasa nya mereka sangat senang menerima nya.” Puji Aarav.“Kalau lebih nya Cuma seribu dua ribu saya masih bisa
“Kenapa diam? Ngomong.”“Jadi, kami harus bagaimana nih Nes. Biar kamu senang?” Tanya Dodo melas.“Ubah penampilan, lepas mana yang harus di lepas, ganti mana yang harus di ganti.” Suruh nya.“Tapi Nes kami….“Nih, aku bantu dengan sedikit uang ku. Cukup gak cukup, harus cukup.” Anes memberikan beberapa uang simpanan nya.“Tapi Nes….“Udah, jangan banyak Tanya lagi. Ambil, sebelum aku berubah pikiran……..Mereka langsung mengambil uang yang di tawarkan teman wanita nya.“Iya Nes, kami ambil. Hehehehhe…..makasih ya Nes. Nanti kalau ada rejeki kami kembalikan lagi.” Ucap Dodo di ikuti dua rekan nya yang lain.“Ya udah. Ini aku mau lanjut kerja lagi. Udah makan belum?” Tanya Anes.“Belum.” Kompak menjawab.“Ayo ikut ke warung mba Wik. Aku teraktir makan, tapi cuma tahu tempe ya lauk nya.” Ajak Anes.
Malam itu mereka kembali melakukan hubungan yang penuh nafsu itu. di kamar yang cahaya nya tidak terlalu terang. Suara deru nafas dan desahan sahut menyahut bersamaan dengan kenikmatan yang mereka rasakan.“Shakeel…aaaakkhhhh…. Aku....Aku sangat mencintai mu Shakeel..” suara pelan yang keluar dari mulut Davian sambil memeluk kekasih nya yang berada di atas tubuh nya.“Aku….juga….men..cintai mu…say….ang…Aaaahhh..” balas Shakeel di dalam kenikmatan nya.Mereka melakukan dengan semangat, dan penuh nafsu tubuh nya sudah basah karena keringat. Davian bergerak, menurun kan Shakeel sehingga berpindah posisi menjadi di bawah nya. Dengan senyum nakal dia duduk di atas Shakeel, mencium dada pria itu dengan nafsu.Davian menciumi seluruh tubuh Shakeel, dada, perut, paha hingga tepat berada di hadapan senjata kenikmatan milik Shakeel. Dengan tangan yang cekatan dan lembut menyentuh bagian itu. terdengar suara kenikmatan yang ke
Tik…tik….tik…tik…tik…tik… Hentakan jarum jam di dinding kamar Shakeel. Sudah sangat malam, tapi Shakeel masih belum bisa memejamkan matanya, sedangkan Aneska sudah tertidur lelap dan masuk kedalam dunia mimpi. ‘Ada apa denganku? Biasanya aku tidak pernah deg-deg an kalau sedang tidur dengan wanita manapun, tidak… maksudku dengan wanita ini.’ Shakeel yang berbaring menghadap atap kamarnya menatap dengan tajam lampu kamar yang redup, yang khusus dinyalakan hanya untuk tidur saja. Dia melirik Anes, tidur dengan posisi wajahnya dan tubuhnya menghadap Shakeel. Tap… Pria itu semakin terkejut, karena Aneska meletakkan kakinya diatas pahanya. “Mmmm…” suara kecil yang keluar dari mulutnya sembari menggosok-gosok kakinya diatas paha Shakeel. Rasa menggelitik dirasakan Shakeel, dia ingin menurunkan kaki itu tapi tidak bisa karena isterinya malah memeluknya layaknya seperti guling. ‘Hah… apa yang harus aku lakukan padanya?’
Karena kesal dan marah pada Shakeel, Daviand mencari hiburan di club malam. Dengan segelas minuman keras ditangannya. Hentakkan musik yang keras, orang-orang yang menari erotis di lantai dansa, mereka berciuman, berpelukan tanpa malu dengan sekitarnya. “Hah…. Seandainya Shakeel ada disini, pasti akan lebih menyenangkan.” Ucapnya yang sudah mulai mabuk. Sesekali dia juga melirik pria-pria tampan yang bisa mengisi malamnya. “Hai, apa aku boleh duduk disini?” tanya seorang pria yang menghampiri Daviand. Daviand menoleh dan melihat asal suara. ‘Oh my god… tampan sekali. Yah… meskipun masih lebih tampan Shakeelku sih.’ Gumam Daviand terpesona. “Boleh, silahkan, disini kan bebas, siapapun bisa duduk dimana saja, selama kursi itu kosong.” Daviand mengijinkan pria itu duduk disampingnya. “Terima kasih, ngomong-ngomong, aku Riyan,” pria dengan nama Riyan itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Daviand. “Aku Daviand.” Dia
“Maafkan saya tuan, tapi tuan Presdir sedang tidak ingin menerima tamu darimana pun. Tolong anda mengerti.” ucap sekretaris Shakeel, Reno.“Minggir! Apa kau tidak tahu siapa aku aku adalah kekasihnya Shakeel, apa kau mau dipecat karena melarangku masuk?” teriak Daviand yang berusaha masuk keruangan Shakeel.Semua pegawai mendengar dan melihat adegan itu, mereka juga terkejut, karena mendengar pengakuan Daviand yang mengatakan dia adalah kekasih dari atasannya.Daviand yang sudah gerah dan marah, dengan sekuat tenaga berusaha untuk masuk menerobos masuk, dia tidak perduli diusir.Ceklek…“Shakeel…” panggil Daviand yang akhirnya bisa masuk dan membuka pintu dengan kasar.“Ma.. Maafkan saya tuan Presdir, saya sudah melarangnya untuk tidak masuk.” Reno memohon maaf, dia berdiri dibelakang Daviand.Shakeel yang sebelumnya sedang merenung dengan perasaannya, berpikir apa yang ter
MULAI SEKARANG KAU JANGAN BERTEMU DENGAN SEMBARANG PRIATidak lama mereka berada di pantiasuhan, langsung pulang setelah memberikan hadiah bingkisan dan uang untuk keperluan mereka.Dan sekarang mereka dalam perjalanan pulang kerumah. Shakeel yang masih bertanya-tanya dan penasaran, dengan sosok Aarav yang muncul dari mulut anak-anak panti.“Anes.” Panggil Shakeel memecah keheningan.“Iya?” Anes menjawab dengan fokus pada ponselnya.“Siapa Arav itu?” tanyanya melirik Aneska.“Oh, dia temanku.”“Teman? Teman bagaimana?”“Waktu itu dia menolong kami, saat kami dikeluarkan dari rumah panti sebelumnya, lalu bertemu dengannya, dan menawarkan bantuan dengan tinggal dirumahnya, kalau tidak salah dua atau tiga hari. Tapi sebelumnya kami pernah bertemu saat dia membeli banyak koran dariku.” Jawab Anes tanpa curiga.“Beli koran? Maksudnya?”
Karena Shakeel yang meminta untuk ikut bersama Aneska, dan dia juga tidak bisa menolak karena melihat kesungguhan Shakeel. Mereka berdua sekarang dalam perjalanan menuju pantiasuhan, saat ini mereka sedang dalam mobil, Anes duduk disamping Shakeel, di depan. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, sama-sama diam dan canggung. “Shakeel, nanti kita mampir ke minimarket ya, aku ingin membeli beberapa cemilan untuk anak-anak.” Pinta Anes. “Oh, iya.” Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka kembali diam lagi. Hingga mereka tiba disalah satu minimarket dan berhenti. Aneska turun, dan Shakeel juga ikut setelah menutup kembali pintu mobilnya. Mereka bersama masuk, dan langsung menuju rak yang berisi makanan-makanan jajanan. Anes memilih-milih, dan Shakeel masih mengikutinya sambil memperhatikan Anes. Sesekali dia mempertimbangkan mana yang akan dibeli, membanding-bandingkan jenis jajanan yang baik. Tanpa di
SARAPAN BERSAMAAneska masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Dia tidak pernah dan tidak bisa kalau telat makan pagi atau sarapan, pasti perutnya akan terus berbunyi dan pandangannya juga akan kabur.Bau harum dari bumbu yang sedang di goreng Anes tercium sampai kamar, saat itu Shakeel sudah bangun dan baru saja selesai mandi.“Baunya enak banget, siapa yang masak?” tanyanya sendiri sambil terus menikmati bau masakan itu.Kkruuyuukkk…. Kkkruuyuuukk…Shakeel memegang perutnya yang berbunyi karena sudah lapar.“Hm.. ternyata aku sudah lapar ya, tapi biasanya aku sudah terbiasa melewatkan sarapan.”Dia cepat-cepat memakai pakaian biasanya, karena hampir setiap Sabtu dan Minggu dia libur kerja. Setiap dia libur, dia akan menghabiskan waktu dengan Daviand didalam kamar seharian, lalu makan dan tidur lagi. Tapi Sabtu ini, terasa b
Pukul delapan malam, Shakeel baru saja keluar dari kantor perusahaannya. Wajah dan penampilannya berantakan karena kelelahan bekerja. Hanya ada dirinya seorang dalam gedung itu, karena yang lainnya sudah pulang.Seharian juga tidak ada panggilan dari Daviand, dan dia juga tidak berniat untuk menghubunginya, karena sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.Di ruang sedikit gelap, karena beberapa lampu yang di padamkan, dengan suara langkah kakinya juga menuju lift untuk turun dan menemui supirnya yang juga menunggu di parkiran mobil.Ting…Dan dia sudah turun dari lift, sekarang dia terus berjalan sampai didepan mobil.“Selamat malam tuan.” Sapa Hery, sang supir.Shakeel diam mengabaikannya.Dia langsung masuk setelah pintunya dibuka, lalu Hery pun masuk di kursi kemudi, mobilpun bergerak meninggalkan gedung tinggi itu.
Anes yang hobi memasak itu melihat stock di dalam lemari es yang sudah mulai habis.“Hmm… sepertinya aku harus keluar untuk belanja deh.” Ucapnya memegang dagu dan pintu kulkasnya.Dia berjongkok dan memeriksa apa saja yang harus di beli dan tidak.Beberapa menit kemudian dia berdiri, karena sudah tahu apa yang akan dibelinya.“Baiklah, aku mandi dulu, lalu pergi keluar.” Ucapnya menutup pintu kulkas dan pergi kekamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Rumah besar itu sangat sepi dan tenang. Apalagi kalau malam hari, karena Shakeel, si pemilik rumah jarang pulang, lebih sering tidur di luar, bersama dengan pasangan sejenisnya.30 menit kemudian, Anes keluar dari kamar, sudah lengkap dengan pakaian dan semua yang di perlukannya.Anes yang hanya memakai celana sebatas lutut, dengan kaos tanpa lengan berwarna putih, tas sandang berwarna hitam, dan sepatu sneakers hitamnya. Dibiarkan rambut panjangnya terurai
Shakeel sudah meninggalkan Daviand yang masih ingin bermalasan di dalam kamar hotel. Shakeel yang keluar dengan alasan ingin pergi ke kantor, hanyalah bohong, sebenarnya dia ingin pulang kerumah untuk menemui isterinya, Aneska. Wajahnya sudah sangat kesal dan marah karena melihat wanita itu pergi dengan pria lain.“Selamat pagi tuan.” Sapa supirnya yang sudah menunggu di parkiran mobil.“Antar aku kerumah sekarang!” perintah Shakeel tanpa membalas sapaan dari pekerjanya.“Baik tuan.” Dengan cepat si pak supir segera masuk ke kursi kemudi setelah membuka dan menutup pintu mobil untuk atasannya.Mobilpun segera melaju menuju tempat yang diinginkan.Didalam mobil, Shakeel terlihat tidak sabar lagi untuk melampiaskan amarahnya. Kedua tangannya sudah dikepalkan. Si supir dapat merasakan suasana mencekam.“Tambahkan kecepatannya! Aku ingin segera sampai di sana!” teriak Shakeel dari bel