Aneska menemukan semua koran pesanan teman pria itu. dengan
sangat senang di berikan pada Aarav. Pria itu pun membayar nya dengan beberapa
lembar seratus ribuan.
“Pak, ini banyak sekali. Satu lembar saja masih lebih nih.”
Anes menggenggam 4 lembar seratus ribuan.
“Tidak apa-apa. Ambil saja, anggap lagi dapat rejeki.” Aarav
tersenyum.
“Tidak pak, saya tetap tidak bisa menerima begitu saja. Saya
harus mengembalikan kelebihan nya.” Mengitung kembalian untuk Aarav.
“Dia tidak mau menerima nya?” gumam Aarav yang memperhatikan
wanita itu.
“Ini, kembalian nya.” Setelah di hitung dan total nya sudah
cukup, segera di berikan pada pria yang memborong koran nya.
“Terimakasih. Jarang ada pedagang yang menolak uang lebih.
Biasa nya mereka sangat senang menerima nya.” Puji Aarav.
“Kalau lebih nya Cuma seribu dua ribu saya masih bisa
“Kenapa diam? Ngomong.”“Jadi, kami harus bagaimana nih Nes. Biar kamu senang?” Tanya Dodo melas.“Ubah penampilan, lepas mana yang harus di lepas, ganti mana yang harus di ganti.” Suruh nya.“Tapi Nes kami….“Nih, aku bantu dengan sedikit uang ku. Cukup gak cukup, harus cukup.” Anes memberikan beberapa uang simpanan nya.“Tapi Nes….“Udah, jangan banyak Tanya lagi. Ambil, sebelum aku berubah pikiran……..Mereka langsung mengambil uang yang di tawarkan teman wanita nya.“Iya Nes, kami ambil. Hehehehhe…..makasih ya Nes. Nanti kalau ada rejeki kami kembalikan lagi.” Ucap Dodo di ikuti dua rekan nya yang lain.“Ya udah. Ini aku mau lanjut kerja lagi. Udah makan belum?” Tanya Anes.“Belum.” Kompak menjawab.“Ayo ikut ke warung mba Wik. Aku teraktir makan, tapi cuma tahu tempe ya lauk nya.” Ajak Anes.
Malam itu mereka kembali melakukan hubungan yang penuh nafsu itu. di kamar yang cahaya nya tidak terlalu terang. Suara deru nafas dan desahan sahut menyahut bersamaan dengan kenikmatan yang mereka rasakan.“Shakeel…aaaakkhhhh…. Aku....Aku sangat mencintai mu Shakeel..” suara pelan yang keluar dari mulut Davian sambil memeluk kekasih nya yang berada di atas tubuh nya.“Aku….juga….men..cintai mu…say….ang…Aaaahhh..” balas Shakeel di dalam kenikmatan nya.Mereka melakukan dengan semangat, dan penuh nafsu tubuh nya sudah basah karena keringat. Davian bergerak, menurun kan Shakeel sehingga berpindah posisi menjadi di bawah nya. Dengan senyum nakal dia duduk di atas Shakeel, mencium dada pria itu dengan nafsu.Davian menciumi seluruh tubuh Shakeel, dada, perut, paha hingga tepat berada di hadapan senjata kenikmatan milik Shakeel. Dengan tangan yang cekatan dan lembut menyentuh bagian itu. terdengar suara kenikmatan yang ke
Mereka berpikir apa yang harus di lakukan.“Kak Anes, Riky ngantuk sekali.” Anak kecil itu menghampiri Anes.Anes memeluk nya dan mengusap kepala anak laki-laki itu.“Sudah malam, mau di bawa ke mana ini?” Tanya nya di dalam hati.“Kita harus kemana? Apa kamu ada ide Anes?” Tanya Rita.“Kak Anes, kita tidur di tempat kak Anes saja.” Ucap Mery.“Ya udah, ayo ke tempat kakak aja.” Ucap Anes.“Apa muat nak? Dan apa yang punya kost an kamu gak marah nanti?” Tanya Santi yang merasa tidak enak hati.“Nanti Anes akan berbicara dengan mereka bu. Ini sudah malam, biar adik-adik bisa istirahat.” Jawab Anes.Akhir nya mereka di bawa Anes ke tempat kost an. Sambil membawa sepeda. Tidak ada angkot yang lewat dari daerah itu.Sebuah mobil hitam lewat, melihat Anes dan semua penghuni berjalan kaki.Mobil itu berhe
Aneska dan yang lain nya sudah tiba di kediaman Aarav. Semua taksi berhenti di depan sebuah rumah mewah dan besar. Taksi-taksi itu sedang menunggu pembayaran ongkos.Aarav turun dari mobil nya, di ikuti Aneska dan beberapa yang ikut satu mobil dengan nya.Pria itu mengeluarkan dompet dan membayar total semua ongkos taksi. Setelah tahu berapa semua total seluruh ongkos taksi yang di gunakan.“Ini pak ongkos nya, nanti tolong di bagi saja dengan yang lain nya.” Aarav memberikan lembaran uang pada salah satu supir taksi dan mewakili yang lain nya.“Terimakasih pak, kami permisi dulu.” Ucap supir taksi.“Ayo masuk ke dalam.” Ajak Aarav pada Anes dan yang lain nya.“Bu, rumah o mini besar sekali ya.” Celoteh Rizky.“Iya.” Balas ibu Santi.“Nanti kalian jangan sembarangan menyentuh ya, harus tetap sopan.” Ibu Santi mengingatkan dan memberi nasihat.
“Hallo Aneska?” jawab nyonya Sonya setelah mendapatkan panggilan telepon dari Aneska.“Hallo nyonya Sonya, apa kita bisa bertemu sekarang?” Tanya Aneska.“Oh boleh. Di tempat sebelum nya ya. Aku akan kesana sekarang.” Jawab Sonya dengan nada senang.“Baik nyonya, sampai ketemu.” Aneska mengakhiri dan menyimpan ponsel nya.Setelah pekerjaan menjual koran nya selesai, dia ijin dengan mba Wik pemilik warung makan untuk tidak datang bekerja.Sekali lagi dia naik ojek online menuju lokasi janjian bertemu.********Shakeel sudah bersiap-siap berangkat bekerja. Daviand duduk memperhatikan kekasih nya yang sedang memakai dasi.Ada ide nakal di pikiran Daviand, dia turun dari ranjang dan memeluk Shakeel dari belakang.“Shakeel, aku ingin belanja, tapi uang ku kurang.” Ucap Daviand memanja.Shakeel memutar kan tubuh dan berhh
Anes seharian berada bersama ibu Santi dan yang lain nya.Membereskan apa saja milik mereka. Sambil menunggu kepulangan Aarav.Berkali-kali ibu Santi bertanya dari mana Aneska mendapatkan uang untuk membayar sewa rumah. Tapi Anes berusaha memberikan penjelasan untuk menenangkan perasaan curiga ibu pengasuh nya.Beberapa anak kecil yang ikut dengan ibu Santi bermain di bawah, mereka berlarian kesana kemari, ada juga yang sedang belajar.Jam 8 malam Aarav akhir nya pulang. Ibu Santi dan anak-anak lain nya juga sudah selesai makan malam, sedangkan pembantu sudah pulang jam 6 sore.Saat Aarav ingin kekamar nya, sudah ada Anes yang berdiri di depan kamar.“Anes, kamu kenapa berdiri di sini?” Tanya Aarav yang terlihat sangat kelelahan.“Mmmm….Aarav, ada yang ingin aku bicarakan. Maafkan aku mengganggu mu sebentar.” Ucap gadis itu.“ Baik. Tapi aku mandi dulu ya.” Uc
Merasa masih belum mendapatkan jawaban.“Ada apa? Kenapa kalian jadi diam? Apa ada yang sedang kalian rencanakan?” Tanya Shakeel merasa ada yang tidak beres.“Shakeel, kami menyuruh mu datang kesini adalah untuk mempersiapkan pernikahan mu.” Ucap Reynand.“Apa??” Shakeel terkejut dan marah.Pria itu berdiri.“Shakeel duduk dulu.” Suruh Elfrida.Shakeel tidak mau.“Shakeel, duduk!!” suruh papa nya.Dengan kesal Shakeel kembali duduk. Namun kepala nya bergerak kekiri dan kekanan seperti menahan kemarahan.“Kami ingin kau segera menikah.” Ucap nenek nya.“Aku memang akan menikah, secepat nya aku akan menikah.” Ucap Shakeel.“Bagus kalau begitu. Dengan siapa? Wanita atau laki-laki?” Tanya Reynand yang juga sedang menahan emosi.Shakeel menatap papa nya dengan tajam, tapi Reynand tidak t
Hari untuk pertemuan Anes dan keluarga Shakeel datang.Sonya dan semua keluarga nya sudah menunggu kedatangan gadis itu.Bahkan Shakeel sampai mengcancel jadwal meeting nya. Dia sangat tidak suka dengan paksaan keluarga nya, tapi dia juga tidak mau menyakiti keluarga nya. Dan ini tanpa sepengetahuan Daviand.Sehabis jualan koran, Anes datang dengan membawa sisa koran dan buah mangga untuk nyonya Sonya, karena sudah membayar koran yang belum di terima nya.“Nyonya, gadis itu sudah datang, dan sekarang sedang ada di luar?” ucap Galen.“Suruh dia masuk.” Jawab Sonya.Galen melanjutkan pekerjaan nya. Segera menghampiri tempat di mana Anes sedang berdiri dan menunggu.“Silahkan nona Anes ikut saya ke dalam.” Ajak Galen.Anes dengan langkah pelan, mengikuti Galen dari belakang.Canggung dan minder, itulah yang saat ini dia rasakan, apala
Tik…tik….tik…tik…tik…tik… Hentakan jarum jam di dinding kamar Shakeel. Sudah sangat malam, tapi Shakeel masih belum bisa memejamkan matanya, sedangkan Aneska sudah tertidur lelap dan masuk kedalam dunia mimpi. ‘Ada apa denganku? Biasanya aku tidak pernah deg-deg an kalau sedang tidur dengan wanita manapun, tidak… maksudku dengan wanita ini.’ Shakeel yang berbaring menghadap atap kamarnya menatap dengan tajam lampu kamar yang redup, yang khusus dinyalakan hanya untuk tidur saja. Dia melirik Anes, tidur dengan posisi wajahnya dan tubuhnya menghadap Shakeel. Tap… Pria itu semakin terkejut, karena Aneska meletakkan kakinya diatas pahanya. “Mmmm…” suara kecil yang keluar dari mulutnya sembari menggosok-gosok kakinya diatas paha Shakeel. Rasa menggelitik dirasakan Shakeel, dia ingin menurunkan kaki itu tapi tidak bisa karena isterinya malah memeluknya layaknya seperti guling. ‘Hah… apa yang harus aku lakukan padanya?’
Karena kesal dan marah pada Shakeel, Daviand mencari hiburan di club malam. Dengan segelas minuman keras ditangannya. Hentakkan musik yang keras, orang-orang yang menari erotis di lantai dansa, mereka berciuman, berpelukan tanpa malu dengan sekitarnya. “Hah…. Seandainya Shakeel ada disini, pasti akan lebih menyenangkan.” Ucapnya yang sudah mulai mabuk. Sesekali dia juga melirik pria-pria tampan yang bisa mengisi malamnya. “Hai, apa aku boleh duduk disini?” tanya seorang pria yang menghampiri Daviand. Daviand menoleh dan melihat asal suara. ‘Oh my god… tampan sekali. Yah… meskipun masih lebih tampan Shakeelku sih.’ Gumam Daviand terpesona. “Boleh, silahkan, disini kan bebas, siapapun bisa duduk dimana saja, selama kursi itu kosong.” Daviand mengijinkan pria itu duduk disampingnya. “Terima kasih, ngomong-ngomong, aku Riyan,” pria dengan nama Riyan itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Daviand. “Aku Daviand.” Dia
“Maafkan saya tuan, tapi tuan Presdir sedang tidak ingin menerima tamu darimana pun. Tolong anda mengerti.” ucap sekretaris Shakeel, Reno.“Minggir! Apa kau tidak tahu siapa aku aku adalah kekasihnya Shakeel, apa kau mau dipecat karena melarangku masuk?” teriak Daviand yang berusaha masuk keruangan Shakeel.Semua pegawai mendengar dan melihat adegan itu, mereka juga terkejut, karena mendengar pengakuan Daviand yang mengatakan dia adalah kekasih dari atasannya.Daviand yang sudah gerah dan marah, dengan sekuat tenaga berusaha untuk masuk menerobos masuk, dia tidak perduli diusir.Ceklek…“Shakeel…” panggil Daviand yang akhirnya bisa masuk dan membuka pintu dengan kasar.“Ma.. Maafkan saya tuan Presdir, saya sudah melarangnya untuk tidak masuk.” Reno memohon maaf, dia berdiri dibelakang Daviand.Shakeel yang sebelumnya sedang merenung dengan perasaannya, berpikir apa yang ter
MULAI SEKARANG KAU JANGAN BERTEMU DENGAN SEMBARANG PRIATidak lama mereka berada di pantiasuhan, langsung pulang setelah memberikan hadiah bingkisan dan uang untuk keperluan mereka.Dan sekarang mereka dalam perjalanan pulang kerumah. Shakeel yang masih bertanya-tanya dan penasaran, dengan sosok Aarav yang muncul dari mulut anak-anak panti.“Anes.” Panggil Shakeel memecah keheningan.“Iya?” Anes menjawab dengan fokus pada ponselnya.“Siapa Arav itu?” tanyanya melirik Aneska.“Oh, dia temanku.”“Teman? Teman bagaimana?”“Waktu itu dia menolong kami, saat kami dikeluarkan dari rumah panti sebelumnya, lalu bertemu dengannya, dan menawarkan bantuan dengan tinggal dirumahnya, kalau tidak salah dua atau tiga hari. Tapi sebelumnya kami pernah bertemu saat dia membeli banyak koran dariku.” Jawab Anes tanpa curiga.“Beli koran? Maksudnya?”
Karena Shakeel yang meminta untuk ikut bersama Aneska, dan dia juga tidak bisa menolak karena melihat kesungguhan Shakeel. Mereka berdua sekarang dalam perjalanan menuju pantiasuhan, saat ini mereka sedang dalam mobil, Anes duduk disamping Shakeel, di depan. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, sama-sama diam dan canggung. “Shakeel, nanti kita mampir ke minimarket ya, aku ingin membeli beberapa cemilan untuk anak-anak.” Pinta Anes. “Oh, iya.” Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka kembali diam lagi. Hingga mereka tiba disalah satu minimarket dan berhenti. Aneska turun, dan Shakeel juga ikut setelah menutup kembali pintu mobilnya. Mereka bersama masuk, dan langsung menuju rak yang berisi makanan-makanan jajanan. Anes memilih-milih, dan Shakeel masih mengikutinya sambil memperhatikan Anes. Sesekali dia mempertimbangkan mana yang akan dibeli, membanding-bandingkan jenis jajanan yang baik. Tanpa di
SARAPAN BERSAMAAneska masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Dia tidak pernah dan tidak bisa kalau telat makan pagi atau sarapan, pasti perutnya akan terus berbunyi dan pandangannya juga akan kabur.Bau harum dari bumbu yang sedang di goreng Anes tercium sampai kamar, saat itu Shakeel sudah bangun dan baru saja selesai mandi.“Baunya enak banget, siapa yang masak?” tanyanya sendiri sambil terus menikmati bau masakan itu.Kkruuyuukkk…. Kkkruuyuuukk…Shakeel memegang perutnya yang berbunyi karena sudah lapar.“Hm.. ternyata aku sudah lapar ya, tapi biasanya aku sudah terbiasa melewatkan sarapan.”Dia cepat-cepat memakai pakaian biasanya, karena hampir setiap Sabtu dan Minggu dia libur kerja. Setiap dia libur, dia akan menghabiskan waktu dengan Daviand didalam kamar seharian, lalu makan dan tidur lagi. Tapi Sabtu ini, terasa b
Pukul delapan malam, Shakeel baru saja keluar dari kantor perusahaannya. Wajah dan penampilannya berantakan karena kelelahan bekerja. Hanya ada dirinya seorang dalam gedung itu, karena yang lainnya sudah pulang.Seharian juga tidak ada panggilan dari Daviand, dan dia juga tidak berniat untuk menghubunginya, karena sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.Di ruang sedikit gelap, karena beberapa lampu yang di padamkan, dengan suara langkah kakinya juga menuju lift untuk turun dan menemui supirnya yang juga menunggu di parkiran mobil.Ting…Dan dia sudah turun dari lift, sekarang dia terus berjalan sampai didepan mobil.“Selamat malam tuan.” Sapa Hery, sang supir.Shakeel diam mengabaikannya.Dia langsung masuk setelah pintunya dibuka, lalu Hery pun masuk di kursi kemudi, mobilpun bergerak meninggalkan gedung tinggi itu.
Anes yang hobi memasak itu melihat stock di dalam lemari es yang sudah mulai habis.“Hmm… sepertinya aku harus keluar untuk belanja deh.” Ucapnya memegang dagu dan pintu kulkasnya.Dia berjongkok dan memeriksa apa saja yang harus di beli dan tidak.Beberapa menit kemudian dia berdiri, karena sudah tahu apa yang akan dibelinya.“Baiklah, aku mandi dulu, lalu pergi keluar.” Ucapnya menutup pintu kulkas dan pergi kekamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Rumah besar itu sangat sepi dan tenang. Apalagi kalau malam hari, karena Shakeel, si pemilik rumah jarang pulang, lebih sering tidur di luar, bersama dengan pasangan sejenisnya.30 menit kemudian, Anes keluar dari kamar, sudah lengkap dengan pakaian dan semua yang di perlukannya.Anes yang hanya memakai celana sebatas lutut, dengan kaos tanpa lengan berwarna putih, tas sandang berwarna hitam, dan sepatu sneakers hitamnya. Dibiarkan rambut panjangnya terurai
Shakeel sudah meninggalkan Daviand yang masih ingin bermalasan di dalam kamar hotel. Shakeel yang keluar dengan alasan ingin pergi ke kantor, hanyalah bohong, sebenarnya dia ingin pulang kerumah untuk menemui isterinya, Aneska. Wajahnya sudah sangat kesal dan marah karena melihat wanita itu pergi dengan pria lain.“Selamat pagi tuan.” Sapa supirnya yang sudah menunggu di parkiran mobil.“Antar aku kerumah sekarang!” perintah Shakeel tanpa membalas sapaan dari pekerjanya.“Baik tuan.” Dengan cepat si pak supir segera masuk ke kursi kemudi setelah membuka dan menutup pintu mobil untuk atasannya.Mobilpun segera melaju menuju tempat yang diinginkan.Didalam mobil, Shakeel terlihat tidak sabar lagi untuk melampiaskan amarahnya. Kedua tangannya sudah dikepalkan. Si supir dapat merasakan suasana mencekam.“Tambahkan kecepatannya! Aku ingin segera sampai di sana!” teriak Shakeel dari bel