Mereka bertiga duduk di dekat jendela.
“Kamu mau pesan apa nona muda?” Tanya Sonya.
Aneska melihat buku menu yang menuliskan banyak menu dan harga.
“Ya ampun, mahal sekali harga nya.” Ucap nya pelan menggerutu.
Sonya tersenyum mendengar suara pelan Aneska.
“kau tenang saja. Aku yang mentraktir mu. Jadi pesan saja apa yang kau mau.” Ucap Sonya.
“Tidak nyonya…
“Aku yang mengajak mu bertemu di sini. Jadi tolong jangan menolak tawaran ku.” Sonya yang menebak kalau wanita itu akan menolak nya.
“Mmmmm… baik lah kalau begitu nyonya. Tapi jangan salah paham ya.” Ucap Aneska.
“Tentu.” Jawab nya singkat.
“Walaupun begitu, aku tidak boleh asal memilih nya. Harus tahu diri juga aku nya. Jadi aku tetap akan memilih yang paling murah saja.” Gumam nya.
*************
“Nyonya, ini uang anda, saya kembalikan.” Aneska mengeluarkan uang yang di berikan wanita itu.
“Kenapa? Aku kan sudah memberikan nya pada mu.” Tanya Sonya meminum kopi pesanan nya.
“Pertama, ini sangat banyak sekali, kedua, anda tidak mengambil Koran nya. Jadi saya kembalikan saja.” Ucap Aneska mengunyah memakan kue pesanan nya.
“Tidak apa-apa. Kau ambil saja. Kalau untuk Koran nya, bagaimana kalau besok kau antarkan saja semua Koran mu ke rumah ku?” Tanya wanita itu.
Aneska berpikir dan mempertimbangkan nya.
“Benar juga sih. Tapi ini kelebihan nya…
“Ambil saja. Anggap uang penghargaan atas kejujuran mu.” Jawab Sonya memotong kalimat gadis muda itu.
“Benar ini? Ikhlas? Jangan nanti saya di tuduh menipu atau mencuri dari anda nyonya.” Ucap Aneska jujur.
Wanita itu menganggukkan kepala nya.
“baiklah. Terimakasih nyonya.” Aneska senang dengan jawaban nyonya itu.
“Ehhemm…. Siapa nama mu?” Tanya Sonya.
“Saya Aneska, Aneska Luna nyonya.” Jawab Aneska memakan kue.
“Aneska Luna, nama yang bagus dan cantik.” Ucap Sonya.
“Benar nyonya, ibu panti asuhan yang memberikan nama itu pada ku. Aneska arti nya bersih dan murni, sedangkan Luna arti nya bulan.” Ucap gadis itu semangat.
Sonya tersenyum mendengar nya.
“Nama anda siapa nyonya?” Aneska bertanya balik.
“Aku Sonya, Sonya Lisa.” Jawab nya.
Aneska menganggukkan kepala nya.
“Aneska, apa kau sudah menikah?” Tanya Sonya.
Aneska terkejut.
“Menikah? Mmm…belum nyonya.” Jawab nya gugup.
“Apa kau memiliki kekasih atau pacar?” Tanya Sonya lagi.
“Mmm….tidak juga nyonya.” Jawab Aneska.
“Aneska, apa kau mau menikah dengan putera ku?” Tanya Sonya sangat serius.
Aneska terkejut, makanan yang ada di sendok nya jatuh. Aneska sangat terkejut, begitu juga dengan
Galen yang ikut duduk di situ.
“Ha..ha…hahahahaha…anda pasti bercanda kan nyonya.” Tanya Aneska gugup.
“Tidak, aku serius. Aku ingin putera ku menikah dengan mu.” Jawab nya sambil meminum kopi nya.
“Apa yang ada dalam pikiran Nyonya Sonya?” gumam Galen.
“Kenapa?” Tanya Aneska penasaran.
“Itu karena aku menyukai mu. Dan aku mau kau menjadi menantu ku.” Jawab nya singkat dengan tatapan serius.
“Hahahahahahaha…..anda jangan bercanda dengan saya nyonya. Jawaban anda sangat tidak masuk akal. Tolong nyonya, saya……
“Aku tidak bercanda, aku menyukai mu. Hanya itu jawaban yang bisa aku berikan pada mu.” Jawab nya.
Aneska membuang nafas. Awal nya semangat memakan kue yang sudah di pesan. Seketika menjadi lemas dan tak berdaya.
“Maafkan saya nyonya, saya tidak bisa menikah dengan putera anda.” Jawab Aneska serius.
“Kenapa?” Tanya Sonya.
“Saya tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan putera anda. Saya juga tidak tahu bagaimana perasaan putera anda. Apa putera anda memiliki penyakit?” Tanya Aneska.
“Uuhhuuukkk….uuuhhuukk…” Galen terkejut mendengar pertanyaan Aneska.
Aneska melihat wajah Galen.
“Dia tidak memiliki penyakit. Putera ku berusia 33 tahun sekarang. Dan kami sudah tua, kami ingin segera dia memiliki isteri dan anak. Kami tidak ingin dia terlalu fokus pada pekerjaan nya. Jadi itu adalah alasan kenapa aku menjodohkan mu dengan nya.” Jawab Sonya berusaha santai dan tenang.
“Apa dia tidak memiliki kekasih?” Tanya Aneska.
Sonya melihat nya dengan serius.
“Aku sudah bilang kalau dia tidak memiliki kekasih, pekerjaan adalah kekasih nya.” Jawab nya berbohong.
“Aku mau kau menikah dengan nya, ajarkan dia bagaimana rasa nya saling mencintai dan menghargai. Mungkin awal kau bertemu dengan nya, dia tidak akan suka. Tapi sebenar nya dia sangat baik.” Jawab nya.
“Bagaimana kalau aku……
“Aku akan memberi mu uang sebesar 200 juta setiap bulan.”
Ucap Sonya memotong kalimat Aneska.
“APAAA???” Tanya Aneska terkejut.
“200 juta? Setiap bulan?” Tanya nya memastikan.
“Iya, 200 juta. Kau tidak perlu bekerja lagi menjual Koran.
Tempat tinggal, uang dan makanan tidak akan kesulitan lagi.” Jawab Sonya.
Aneska diam, belum memberikan jawaban.
“kenapa anda memberikan ku uang sebanyak itu? aku jadi curiga.” Tanya Aneska.
“Anggap saja kau sedang bekerja. Lagi pula aku meminta mu untuk mengajarkan cinta pada putera ku itu. Aku tidak menyuruh mu bekerja
sebagai pelampiasan nafsu nya. Dan kalian menikah. Bukan hubungan tanpa pernikahan.” Jawaban nya santai.
“Benar juga sih.” Jawab nya pelan.
“Sebaiknya kau pikirkan dulu. Kesempatan tidak datang dua kali. Aku menawarkan hubungan menantu, mertua dan suami. Tidak ada yang salah.” Ucap nya.
Aneska masih diam.
“Baiklah Aneska, aku akan kembali dulu. Pikirkan dengan benar. Kau tidak akan kekurangan apapun. Hubungi aku apapun hasil nya. Menolak atau menyetujui, tetap hubungi aku.” Ucap Sonya berdiri.
Aneska masih diam.
“Aku yang akan membayar pesanan nya. Permisi.” Sonya dan Galen pergi meninggalkan Aneska yang masih diam memikirkan tawaran nyonya.
“Nyonya, terimakasih atas traktiran nya.” Ucap Aneska.
Sonya hanya membalas dengan senyuman.
Sementara itu….
“Apa aku harus menerima nya? Tapi apa iya hanya menikahi nya saja dan mendapatkan bayaran 200 juta? Tiap bulan lagi. Apa nyonya ini menjebak ku? Dan menjual ku?” Tanya nya sendiri.
“200 juta itu bukan uang yang sedikit. Apa dia punya uang yang banyak? Lagi pula kenapa harus aku? Kelebihan apa yang aku miliki?” Tanya nya lagi.
Aneska berbicara sendiri. Pengunjung di situ melihat aneh Aneska.
***************
“Nyonya, apa ini adalah rencana anda?” Tanya Galen.
“Iya.” Jawab Sonya singkat dan santai.
“Tapi kenapa nyonya? Kenapa gadis itu yang menjadi pilihan anda?” Tanya Galen penasaran.
“Apa kau tidak mendengar penjelasan ku di sana?” Sonya balik bertanya pada asisten nya.
“Apa itu benar?” Tanya Galen.
“Tentu. Apa yang aku katakan pada gadis itu semua adalah yang sebenar nya. Karena aku menyukai nya.” Jawab nya serius.
“Aku tidak menawarkan pernikahan kontrak pada nya. Kau tahu kan, sejarah keluarga Pradana? Tidak mengijinkan adanya perceraian. Walaupun menikah karena perjodohan sangat mentang ada nya perceraian.”ucap Sonya lagi.
Aneska Luna terus memikirkan tawaran dari Sonya, dia memang membutuhkan uang untuk kehidupan pribadi dan membantu panti asuhan tempat nya dulu di besar kan. Anak-anak panti sudah banyak yang mulai masuk pendidikan.Beberapa bulan terakhir, banyak terdapat bayi-bayi yang baru lahir di letakkan begitu saja di depan pintu.Entah kenapa para orang tua yang tidak bertanggung jawab selalu ‘membuang’ anak mereka di sana. Pemilik panti juga tidak bisamenyalahkan atau mengabaikan bayi-bayi yang tidak bersalah itu. Mereka merasa, kalau itu adalah tugas yang di berikan.Alesan-alesan yang sering di dapat kan dari selipan pakaian bayi itu beranekaragam.“Tolong jaga bayi saya……“Saya tidak memiliki uang untuk membesarkan anak saya……“Suami saya menolak anak ini, jadi tolong……“Saya belum menikah, saya masih sekolah, tolong anak ini…..Begitu lah contoh dari ‘
“Biar menyatu dengan alam bu.” Jawab Anes tersenyum.“Menyatu dengan alam? Cari penyakit itu nama nya.” Jawab Ayu ngeledek.“Kan gak langsung tidur di lantai, pakai tikar dan selimut.” Ucap Anes.“Ya sudah, biar kan saja. Nanti biar di siapkan selimut dan tikar nya ya.” Santi mengijinkan Anes tidur dengan keinginan nya sendiri.Anes senang mendengar persetujuan ibu asuh nya.*****************Hentakan musik yang sangat keras,cahaya remang-remang membuat suasana lebih menyenangkan buat mereka yang ingin mencari kesenangan di tempat itu. alkohol, rokok sudah menjadi ciri khas nya.Shakeel dan Daviandra juga berada di tempat itu. di lantai dansa, mereka menari-nari sambil berpelukan. Daviandra meliuk-liukan tubuh nya,menari naik dan turun di sekitar tubuh Shakeel. Sesekali mereka berciuman bibir di tempat ramai itu. Tidak ada rasa malu lagi di antara mereka.
Si pengemudi mobil turun dan melihat kondisi mobil nya.“Nona, apa anda tidak bisa melihat jalanan?” si sopir marah.Aneska belum menjawab, berusaha berdiri dan memunguti koran-koran yang sedikit kotor.“Lihat bagaimana mobil ini? Lecet, bagaimana anda harus bertanggung jawab?” Tanya si supir menunjuk bagian yang sudah tergores akibatgesekan dari sepeda milik Anes.Anes mulai jenuh. Dia membersihkan tangan yang terdapat pasir dan tanah.“Pak, anda juga yang salah, kenapa tidak klakson? Anda juga membawa dengan kecepatan yang tinggi, padahal ini kan jalan sempit.” Jawab Anes.Gadis itu memiliki luka gores di pergelangan tangan dan lutut kaki nya.“Saya kan sudah bunyikan klakson nya….“Anda memang membunyikan nya tapi saat anda sudah dekat dengan sepeda saya.” Anes memotong kalimat si supir yang belum selesai berbicara.“Apa y
Aneska menemukan semua koran pesanan teman pria itu. dengansangat senang di berikan pada Aarav. Pria itu pun membayar nya dengan beberapalembar seratus ribuan.“Pak, ini banyak sekali. Satu lembar saja masih lebih nih.”Anes menggenggam 4 lembar seratus ribuan.“Tidak apa-apa. Ambil saja, anggap lagi dapat rejeki.” Aaravtersenyum.“Tidak pak, saya tetap tidak bisa menerima begitu saja. Sayaharus mengembalikan kelebihan nya.” Mengitung kembalian untuk Aarav.“Dia tidak mau menerima nya?” gumam Aarav yang memperhatikanwanita itu.“Ini, kembalian nya.” Setelah di hitung dan total nya sudahcukup, segera di berikan pada pria yang memborong koran nya.“Terimakasih. Jarang ada pedagang yang menolak uang lebih.Biasa nya mereka sangat senang menerima nya.” Puji Aarav.“Kalau lebih nya Cuma seribu dua ribu saya masih bisa
“Kenapa diam? Ngomong.”“Jadi, kami harus bagaimana nih Nes. Biar kamu senang?” Tanya Dodo melas.“Ubah penampilan, lepas mana yang harus di lepas, ganti mana yang harus di ganti.” Suruh nya.“Tapi Nes kami….“Nih, aku bantu dengan sedikit uang ku. Cukup gak cukup, harus cukup.” Anes memberikan beberapa uang simpanan nya.“Tapi Nes….“Udah, jangan banyak Tanya lagi. Ambil, sebelum aku berubah pikiran……..Mereka langsung mengambil uang yang di tawarkan teman wanita nya.“Iya Nes, kami ambil. Hehehehhe…..makasih ya Nes. Nanti kalau ada rejeki kami kembalikan lagi.” Ucap Dodo di ikuti dua rekan nya yang lain.“Ya udah. Ini aku mau lanjut kerja lagi. Udah makan belum?” Tanya Anes.“Belum.” Kompak menjawab.“Ayo ikut ke warung mba Wik. Aku teraktir makan, tapi cuma tahu tempe ya lauk nya.” Ajak Anes.
Malam itu mereka kembali melakukan hubungan yang penuh nafsu itu. di kamar yang cahaya nya tidak terlalu terang. Suara deru nafas dan desahan sahut menyahut bersamaan dengan kenikmatan yang mereka rasakan.“Shakeel…aaaakkhhhh…. Aku....Aku sangat mencintai mu Shakeel..” suara pelan yang keluar dari mulut Davian sambil memeluk kekasih nya yang berada di atas tubuh nya.“Aku….juga….men..cintai mu…say….ang…Aaaahhh..” balas Shakeel di dalam kenikmatan nya.Mereka melakukan dengan semangat, dan penuh nafsu tubuh nya sudah basah karena keringat. Davian bergerak, menurun kan Shakeel sehingga berpindah posisi menjadi di bawah nya. Dengan senyum nakal dia duduk di atas Shakeel, mencium dada pria itu dengan nafsu.Davian menciumi seluruh tubuh Shakeel, dada, perut, paha hingga tepat berada di hadapan senjata kenikmatan milik Shakeel. Dengan tangan yang cekatan dan lembut menyentuh bagian itu. terdengar suara kenikmatan yang ke
Mereka berpikir apa yang harus di lakukan.“Kak Anes, Riky ngantuk sekali.” Anak kecil itu menghampiri Anes.Anes memeluk nya dan mengusap kepala anak laki-laki itu.“Sudah malam, mau di bawa ke mana ini?” Tanya nya di dalam hati.“Kita harus kemana? Apa kamu ada ide Anes?” Tanya Rita.“Kak Anes, kita tidur di tempat kak Anes saja.” Ucap Mery.“Ya udah, ayo ke tempat kakak aja.” Ucap Anes.“Apa muat nak? Dan apa yang punya kost an kamu gak marah nanti?” Tanya Santi yang merasa tidak enak hati.“Nanti Anes akan berbicara dengan mereka bu. Ini sudah malam, biar adik-adik bisa istirahat.” Jawab Anes.Akhir nya mereka di bawa Anes ke tempat kost an. Sambil membawa sepeda. Tidak ada angkot yang lewat dari daerah itu.Sebuah mobil hitam lewat, melihat Anes dan semua penghuni berjalan kaki.Mobil itu berhe
Aneska dan yang lain nya sudah tiba di kediaman Aarav. Semua taksi berhenti di depan sebuah rumah mewah dan besar. Taksi-taksi itu sedang menunggu pembayaran ongkos.Aarav turun dari mobil nya, di ikuti Aneska dan beberapa yang ikut satu mobil dengan nya.Pria itu mengeluarkan dompet dan membayar total semua ongkos taksi. Setelah tahu berapa semua total seluruh ongkos taksi yang di gunakan.“Ini pak ongkos nya, nanti tolong di bagi saja dengan yang lain nya.” Aarav memberikan lembaran uang pada salah satu supir taksi dan mewakili yang lain nya.“Terimakasih pak, kami permisi dulu.” Ucap supir taksi.“Ayo masuk ke dalam.” Ajak Aarav pada Anes dan yang lain nya.“Bu, rumah o mini besar sekali ya.” Celoteh Rizky.“Iya.” Balas ibu Santi.“Nanti kalian jangan sembarangan menyentuh ya, harus tetap sopan.” Ibu Santi mengingatkan dan memberi nasihat.
Tik…tik….tik…tik…tik…tik… Hentakan jarum jam di dinding kamar Shakeel. Sudah sangat malam, tapi Shakeel masih belum bisa memejamkan matanya, sedangkan Aneska sudah tertidur lelap dan masuk kedalam dunia mimpi. ‘Ada apa denganku? Biasanya aku tidak pernah deg-deg an kalau sedang tidur dengan wanita manapun, tidak… maksudku dengan wanita ini.’ Shakeel yang berbaring menghadap atap kamarnya menatap dengan tajam lampu kamar yang redup, yang khusus dinyalakan hanya untuk tidur saja. Dia melirik Anes, tidur dengan posisi wajahnya dan tubuhnya menghadap Shakeel. Tap… Pria itu semakin terkejut, karena Aneska meletakkan kakinya diatas pahanya. “Mmmm…” suara kecil yang keluar dari mulutnya sembari menggosok-gosok kakinya diatas paha Shakeel. Rasa menggelitik dirasakan Shakeel, dia ingin menurunkan kaki itu tapi tidak bisa karena isterinya malah memeluknya layaknya seperti guling. ‘Hah… apa yang harus aku lakukan padanya?’
Karena kesal dan marah pada Shakeel, Daviand mencari hiburan di club malam. Dengan segelas minuman keras ditangannya. Hentakkan musik yang keras, orang-orang yang menari erotis di lantai dansa, mereka berciuman, berpelukan tanpa malu dengan sekitarnya. “Hah…. Seandainya Shakeel ada disini, pasti akan lebih menyenangkan.” Ucapnya yang sudah mulai mabuk. Sesekali dia juga melirik pria-pria tampan yang bisa mengisi malamnya. “Hai, apa aku boleh duduk disini?” tanya seorang pria yang menghampiri Daviand. Daviand menoleh dan melihat asal suara. ‘Oh my god… tampan sekali. Yah… meskipun masih lebih tampan Shakeelku sih.’ Gumam Daviand terpesona. “Boleh, silahkan, disini kan bebas, siapapun bisa duduk dimana saja, selama kursi itu kosong.” Daviand mengijinkan pria itu duduk disampingnya. “Terima kasih, ngomong-ngomong, aku Riyan,” pria dengan nama Riyan itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Daviand. “Aku Daviand.” Dia
“Maafkan saya tuan, tapi tuan Presdir sedang tidak ingin menerima tamu darimana pun. Tolong anda mengerti.” ucap sekretaris Shakeel, Reno.“Minggir! Apa kau tidak tahu siapa aku aku adalah kekasihnya Shakeel, apa kau mau dipecat karena melarangku masuk?” teriak Daviand yang berusaha masuk keruangan Shakeel.Semua pegawai mendengar dan melihat adegan itu, mereka juga terkejut, karena mendengar pengakuan Daviand yang mengatakan dia adalah kekasih dari atasannya.Daviand yang sudah gerah dan marah, dengan sekuat tenaga berusaha untuk masuk menerobos masuk, dia tidak perduli diusir.Ceklek…“Shakeel…” panggil Daviand yang akhirnya bisa masuk dan membuka pintu dengan kasar.“Ma.. Maafkan saya tuan Presdir, saya sudah melarangnya untuk tidak masuk.” Reno memohon maaf, dia berdiri dibelakang Daviand.Shakeel yang sebelumnya sedang merenung dengan perasaannya, berpikir apa yang ter
MULAI SEKARANG KAU JANGAN BERTEMU DENGAN SEMBARANG PRIATidak lama mereka berada di pantiasuhan, langsung pulang setelah memberikan hadiah bingkisan dan uang untuk keperluan mereka.Dan sekarang mereka dalam perjalanan pulang kerumah. Shakeel yang masih bertanya-tanya dan penasaran, dengan sosok Aarav yang muncul dari mulut anak-anak panti.“Anes.” Panggil Shakeel memecah keheningan.“Iya?” Anes menjawab dengan fokus pada ponselnya.“Siapa Arav itu?” tanyanya melirik Aneska.“Oh, dia temanku.”“Teman? Teman bagaimana?”“Waktu itu dia menolong kami, saat kami dikeluarkan dari rumah panti sebelumnya, lalu bertemu dengannya, dan menawarkan bantuan dengan tinggal dirumahnya, kalau tidak salah dua atau tiga hari. Tapi sebelumnya kami pernah bertemu saat dia membeli banyak koran dariku.” Jawab Anes tanpa curiga.“Beli koran? Maksudnya?”
Karena Shakeel yang meminta untuk ikut bersama Aneska, dan dia juga tidak bisa menolak karena melihat kesungguhan Shakeel. Mereka berdua sekarang dalam perjalanan menuju pantiasuhan, saat ini mereka sedang dalam mobil, Anes duduk disamping Shakeel, di depan. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, sama-sama diam dan canggung. “Shakeel, nanti kita mampir ke minimarket ya, aku ingin membeli beberapa cemilan untuk anak-anak.” Pinta Anes. “Oh, iya.” Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi, mereka kembali diam lagi. Hingga mereka tiba disalah satu minimarket dan berhenti. Aneska turun, dan Shakeel juga ikut setelah menutup kembali pintu mobilnya. Mereka bersama masuk, dan langsung menuju rak yang berisi makanan-makanan jajanan. Anes memilih-milih, dan Shakeel masih mengikutinya sambil memperhatikan Anes. Sesekali dia mempertimbangkan mana yang akan dibeli, membanding-bandingkan jenis jajanan yang baik. Tanpa di
SARAPAN BERSAMAAneska masih sibuk didapur menyiapkan sarapan. Dia tidak pernah dan tidak bisa kalau telat makan pagi atau sarapan, pasti perutnya akan terus berbunyi dan pandangannya juga akan kabur.Bau harum dari bumbu yang sedang di goreng Anes tercium sampai kamar, saat itu Shakeel sudah bangun dan baru saja selesai mandi.“Baunya enak banget, siapa yang masak?” tanyanya sendiri sambil terus menikmati bau masakan itu.Kkruuyuukkk…. Kkkruuyuuukk…Shakeel memegang perutnya yang berbunyi karena sudah lapar.“Hm.. ternyata aku sudah lapar ya, tapi biasanya aku sudah terbiasa melewatkan sarapan.”Dia cepat-cepat memakai pakaian biasanya, karena hampir setiap Sabtu dan Minggu dia libur kerja. Setiap dia libur, dia akan menghabiskan waktu dengan Daviand didalam kamar seharian, lalu makan dan tidur lagi. Tapi Sabtu ini, terasa b
Pukul delapan malam, Shakeel baru saja keluar dari kantor perusahaannya. Wajah dan penampilannya berantakan karena kelelahan bekerja. Hanya ada dirinya seorang dalam gedung itu, karena yang lainnya sudah pulang.Seharian juga tidak ada panggilan dari Daviand, dan dia juga tidak berniat untuk menghubunginya, karena sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat.Di ruang sedikit gelap, karena beberapa lampu yang di padamkan, dengan suara langkah kakinya juga menuju lift untuk turun dan menemui supirnya yang juga menunggu di parkiran mobil.Ting…Dan dia sudah turun dari lift, sekarang dia terus berjalan sampai didepan mobil.“Selamat malam tuan.” Sapa Hery, sang supir.Shakeel diam mengabaikannya.Dia langsung masuk setelah pintunya dibuka, lalu Hery pun masuk di kursi kemudi, mobilpun bergerak meninggalkan gedung tinggi itu.
Anes yang hobi memasak itu melihat stock di dalam lemari es yang sudah mulai habis.“Hmm… sepertinya aku harus keluar untuk belanja deh.” Ucapnya memegang dagu dan pintu kulkasnya.Dia berjongkok dan memeriksa apa saja yang harus di beli dan tidak.Beberapa menit kemudian dia berdiri, karena sudah tahu apa yang akan dibelinya.“Baiklah, aku mandi dulu, lalu pergi keluar.” Ucapnya menutup pintu kulkas dan pergi kekamar mandi yang ada di dalam kamarnya.Rumah besar itu sangat sepi dan tenang. Apalagi kalau malam hari, karena Shakeel, si pemilik rumah jarang pulang, lebih sering tidur di luar, bersama dengan pasangan sejenisnya.30 menit kemudian, Anes keluar dari kamar, sudah lengkap dengan pakaian dan semua yang di perlukannya.Anes yang hanya memakai celana sebatas lutut, dengan kaos tanpa lengan berwarna putih, tas sandang berwarna hitam, dan sepatu sneakers hitamnya. Dibiarkan rambut panjangnya terurai
Shakeel sudah meninggalkan Daviand yang masih ingin bermalasan di dalam kamar hotel. Shakeel yang keluar dengan alasan ingin pergi ke kantor, hanyalah bohong, sebenarnya dia ingin pulang kerumah untuk menemui isterinya, Aneska. Wajahnya sudah sangat kesal dan marah karena melihat wanita itu pergi dengan pria lain.“Selamat pagi tuan.” Sapa supirnya yang sudah menunggu di parkiran mobil.“Antar aku kerumah sekarang!” perintah Shakeel tanpa membalas sapaan dari pekerjanya.“Baik tuan.” Dengan cepat si pak supir segera masuk ke kursi kemudi setelah membuka dan menutup pintu mobil untuk atasannya.Mobilpun segera melaju menuju tempat yang diinginkan.Didalam mobil, Shakeel terlihat tidak sabar lagi untuk melampiaskan amarahnya. Kedua tangannya sudah dikepalkan. Si supir dapat merasakan suasana mencekam.“Tambahkan kecepatannya! Aku ingin segera sampai di sana!” teriak Shakeel dari bel