Beranda / Fantasi / Dewi Kultivator Langit / 73. TURNAMEN BELA DIRI

Share

73. TURNAMEN BELA DIRI

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 12:52:56

Langit Negeri Han yang cerah dipenuhi suara lonceng dan nyanyian rakyat, merayakan ulang tahun Pangeran Han Zhin. Bendera-bendera merah berkibar di setiap sudut istana, menggambarkan kejayaan dan kemakmuran. Di alun-alun utama, persiapan untuk Turnamen Bela Diri berlangsung dengan hiruk-pikuk. Para pekerja sibuk mendirikan panggung utama dengan ukiran naga emas, simbol kebesaran Kerajaan Han, sementara deretan pedang dan tombak dipajang sebagai penghormatan pada para pendekar yang akan bertanding.

Turnamen ini menjadi topik hangat di seluruh negeri. Hadiah utama, Kitab Shaolin Kuno dan Kitab Kultivasi Surga, membuat semua pendekar dan kultivator terbaik datang dari penjuru dunia. Tidak hanya kitab itu, emas melimpah sebagai hadiah tambahan membuat para peserta rela mempertaruhkan nyawa demi kejayaan.

Di istana, Putri Xian Ling berjalan di sepanjang koridor dengan gaun sutra biru keperakan yang mengalir seperti air, menyatu dengan angin sepoi-sepoi. Wajahnya tampak tenang, tetapi pikir
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dewi Kultivator Langit   74. HARI PERTAMA TURNAMEN

    Pangeran Han Zhin berdiri di atas panggung utama, mengenakan jubah kebesaran merah dengan bordiran naga emas yang memantulkan sinar matahari pagi. Di bawah panggung, kerumunan peserta dan penonton memadati alun-alun besar Kerajaan Han. Arena turnamen terbagi dua: arena utara untuk para pendekar dan arena selatan untuk para kultivator.Di tengah panggung, dua kitab ditempatkan dengan penjagaan ketat: Kitab Shaolin Kuno, warisan teknik bela diri yang legendaris, dan Kitab Kultivasi Surgawi, rahasia pencapaian kekuatan spiritual tingkat tinggi.“Pendekar dan kultivator dari berbagai penjuru, dengarkan!” Suara Han Zhin menggema, penuh kharisma. “Turnamen ini adalah kesempatan bagi kalian untuk menunjukkan kehebatan. Pertarungan tidak hanya tentang kekuatan, tetapi juga kehormatan. Hadiah yang kutawarkan bukan hanya benda, tapi juga pengakuan yang akan dikenang sepanjang sejarah!”Sorak-sorai menggema. Xian Ling, yang duduk di balkon kehormatan, memandang dengan tatapan netral. Namun, hati

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Dewi Kultivator Langit   75. INTRIK TURNAMEN DI HARI KEDUA

    Mentari pagi menyinari arena Kerajaan Han, menerangi wajah-wajah penuh semangat dan ambisi dari para peserta dan penonton. Di sekitar arena, para pedagang menjajakan makanan dan barang-barang unik, menciptakan hiruk-pikuk yang menambah kehangatan suasana. Namun, di balik kemeriahan itu, suasana tegang terasa. Hari kedua turnamen selalu menjadi ujian bagi peserta, di mana hanya yang terkuat yang bertahan.Sorak-sorai memuncak saat Jiang Wei, pendekar muda yang menonjol pada hari pertama, melangkah ke tengah arena. Lawannya kali ini adalah Xue Ling, seorang pendekar wanita bertopeng yang tidak menunjukkan emosi sedikit pun.“Siapa dia?” bisik salah satu penonton. “Tak ada yang tahu asal-usulnya.”Ketika bel dimulai, Xue Ling langsung meluncurkan Jurus Pedang Angin Topan, serangan cepat yang menciptakan desingan angin tajam. Jiang Wei, yang terkenal dengan teknik pertahanannya, memanfaatkan Jurus Naga Membentengi Langit untuk melindungi dirinya. Namun, kecepatan Xue Ling memaksanya terus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Dewi Kultivator Langit   76. KEMUNCULAN SUN WU LONG

    Hari ketiga turnamen berlangsung dalam suasana penuh antisipasi. Nama Sun Wu Long, peserta yang tiba-tiba muncul dengan wild card, telah menjadi pembicaraan hangat. Tak ada yang tahu banyak tentang dirinya, kecuali bahwa auranya memancarkan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.Ketika pria berpakaian biasa saja itu melangkah memasuki arena Pendekar, sorakan dan bisikan memenuhi udara.“Siapa dia? Baru kali ini aku melihatnya,” bisik seorang pendekar muda.“Dia bahkan tak melalui babak penyisihan. Bagaimana bisa dia langsung ikut bertanding?” sahut yang lain.“Pasti ada permainan kotor di sini,” seorang peserta menggerutu, namun tak ada yang berani melanjutkan keluhan di depan para penjaga Kerajaan Han.Dari balkon kehormatan, Xian Ling memandang sosok Sun Wu Long dengan ekspresi penuh tanda tanya. Ia mengenali tanda-tanda kecil pada pria itu—gerakan tubuh yang terlalu ringan, langkah yang terlalu sunyi, dan sorot mata yang dalam seperti menyembunyikan sesuatu.“Zhin’ge,” Xian Ling meman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Dewi Kultivator Langit   77. PERTARUNGAN KULTIVATOR

    Hari ketiga Turnamen Bela Diri Kerajaan Han juga memasuki babak baru yang terus dinanti-nantikan yaitu pertarungan para kultivator. Arena kali ini dipenuhi energi spiritual yang membara, hawa kekuatan melingkupi udara, menciptakan tekanan yang membuat penonton biasa merasa sesak napas. Kitab Kultivasi Surgawi, hadiah utama, menjadi daya tarik yang membuat para kultivator hebat dari berbagai penjuru negeri datang untuk membuktikan kekuatan mereka.Pangeran Han Zhin, yang duduk di balkon kehormatan, memperhatikan arena dengan antusias. Xian Ling, duduk di sebelahnya, tampak lebih tenang, tetapi matanya menyapu setiap sudut arena, mencari sosok Sun Wu Long.Pertarungan pertama mempertemukan Bai Feng, seorang kultivator terkenal dari Sekte Gunung Langit, dengan Liang Chen, kultivator muda yang dijuluki Badai Malam. Bai Feng dikenal dengan teknik Jari Seribu Angin, sementara Liang Chen menguasai jurus Cakar Petir Hitam.Saat pertandingan dimulai, energi spiritual Bai Feng meledak seperti b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Dewi Kultivator Langit   78. SEMAKIN MISTERIUS

    Pagi di hari keempat Turnamen Bela Diri dimulai dengan udara yang dingin dan kabut yang menyelimuti arena. Meski begitu, antusiasme penonton tidak surut. Mereka memenuhi tribun lebih awal, berbisik-bisik tentang penampilan Sun Wu Long yang menghebohkan pada hari sebelumnya. Di ruang penonton kehormatan, Xian Ling tetap memerhatikan setiap peserta dengan penuh kewaspadaan. Pikirannya terus tertuju pada Sun Wu Long, yang tidak muncul di arena sejak kemenangan kontroversialnya. “Ling’er, kau tampak serius hari ini,” komentar Han Zhin dengan senyum kecil. “Bagaimana aku bisa tidak serius? Ada sesuatu yang salah dengan Sun Wu Long, dan kau tahu itu,” balas Xian Ling, matanya tetap fokus pada arena. Han Zhin menghela napas, lalu mengubah topik. “Turnamen hari ini akan semakin menarik. Kita akan melihat pertarungan kultivator tingkat tinggi. Aku yakin kau tidak akan kecewa.” Nama-nama besar mulai bertarung di arena. Salah satunya adalah Feng Lian, kultivator dari Sekte Hujan Abadi,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Dewi Kultivator Langit   79. WANITA BERTOPENG

    Matahari baru saja menyapa arena pada hari kelima turnamen, namun suasana sudah dipenuhi ketegangan yang menyelimuti para peserta dan penonton. Dua turnamen, yaitu Turnamen Pendekar dan Turnamen Kultivator, berjalan bersamaan di dua arena besar yang berdampingan. Sorakan penonton tak henti menggema, dan suara dentingan senjata bercampur dengan letupan energi spiritual menciptakan atmosfer yang mendebarkan.Xian Ling duduk di tempat kehormatan, mengamati pertandingan dengan ekspresi serius. Pertarungan di arena Turnamen Pendekar kali ini menampilkan salah satu pendekar paling berbakat, Lu Shan, yang dikenal dengan teknik Pedang Ombak Liar, melawan seorang pendekar asing berjubah abu-abu bernama Wei Tang.Lu Shan membuka pertarungan dengan teknik khasnya. Gelombang energi berbentuk ombak raksasa meluncur dari pedangnya, menyapu ke arah Wei Tang. Namun, Wei Tang dengan gesit menghindar, lalu membalas dengan serangan memutar menggunakan tombak bercahaya biru."Gerakannya terlalu tenang un

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Dewi Kultivator Langit   80. PRIA BERJUBAH HITAM

    Matahari pagi memandikan arena turnamen dengan cahaya keemasan, seolah menyambut hari yang akan menjadi titik balik bagi seluruh peserta dan penonton. Sorakan riuh dari kerumunan menggema ketika para pendekar dan kultivator bersiap memasuki arena untuk babak perempat final. Hari keenam ini akan menjadi saksi momen yang menegangkan sekaligus penuh pengungkapan.Sun Wu Long, sosok yang sejak awal telah menimbulkan tanda tanya, kembali memasuki arena dengan langkah tenang. Lawannya kali ini adalah Bai Kun, seorang pendekar tua yang dikenal sebagai “Pedang Perak Hanbei.”Bai Kun membuka pertandingan dengan teknik Sepuluh Tebasan Perak, rentetan serangan pedang cepat yang membuat udara bergetar. Namun, Sun Wu Long hanya mengangkat satu tangan kosong. Dengan gerakan sederhana, dia menangkis setiap tebasan tanpa bergerak dari tempatnya."Mustahil! Itu teknik bela diri tinggi!" seru Bai Kun dengan mata melebar.Sun Wu Long tersenyum tipis. "Anda terlalu lambat."Dalam satu gerakan, dia melunc

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Dewi Kultivator Langit   81. MISTERI SUN WU LONG

    Matahari pagi yang hangat menyinari arena besar di Kerajaan Han, menambah semangat ribuan penonton yang memadati tribun. Hari ini, babak semifinal dimulai, dan atmosfer arena penuh dengan antisipasi. Sorakan dan gemuruh penonton terus terdengar, menyambut para pendekar dan kultivator yang telah berhasil melaju hingga tahap ini.Sun Wu Long melangkah ke arena dengan langkah tenang. Di depannya berdiri Qin Feiyang, seorang pendekar terkenal dari Timur, dijuluki “Ksatria Pedang Timur” karena kecepatan dan keahliannya menggunakan pedang ganda.Pertarungan dimulai dengan Qin Feiyang menyerang terlebih dahulu. Ia mengayunkan kedua pedangnya dengan teknik Hujan Pedang Berkabut, menciptakan ilusi pedang yang menyelimuti arena.Namun, Sun Wu Long tetap tenang. Dengan gerakan sederhana, ia mengangkat tangannya dan meluncurkan serangan balik berupa pukulan udara yang membuat kabut ilusi Qin Feiyang buyar seketika.“Tidak mungkin! Itu bukan teknik pendekar!” Qin Feiyang berseru.“Pendekar yang le

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Dewi Kultivator Langit   ENDING

    Kaisar Xian Shen berdiri di balkon istananya, memandang luas ke arah cakrawala Benua Timur yang terbentang di hadapannya. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah dan dedaunan, namun hatinya bergolak dengan amarah yang membara. Para raja di bawah kekuasaannya telah mengabaikan panggilannya untuk bersatu dalam pertempuran penting, meninggalkan kekaisaran dalam keadaan rentan.Raja-raja ini lebih mementingkan wilayahnya sendiri dan menolak untuk mengirim pasukan ke East City untuk meredam invasi dai Necromancer beserta asukannya yang ingin menghancurkan Dinasti Xian."Bagaimana mungkin mereka berani mengkhianati kepercayaan dan sumpah setia mereka?" gumamnya dengan suara bergetar, tinjunya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Kaisar Xian Shen memerintahkan pengerahan pasukan besar untuk menaklukkan semua kerajaan yang membangkang. Satu per satu, kerajaan-kerajaan itu ditundukkan dan diubah menjadi distrik provinsi yang langsung berada di bawah

  • Dewi Kultivator Langit   176. PERTEMPURAN AKBAR BENUA TIMUR - II

    Awan kelam menggulung di langit malam, kilatan petir menyambar tanpa ampun, menerangi medan pertempuran yang dipenuhi jeritan dan denting senjata. Di tengah kekacauan itu, Necromancer Agung melangkah maju, jubah hitamnya berkibar liar, mengeluarkan semburan energi gelap yang membangkitkan pasukan mayat hidup dengan rintihan mengerikan.Kaisar Xian Shen berdiri di garis depan, matanya menatap tajam ke arah musuh. "Pasukan Dinasti Xian, jangan gentar! Pertahankan tanah air kita!" serunya, suaranya menggema di antara deru pertempuran.Di sampingnya, Panglima Xian Heng menghunus pedangnya, kilauan tajam memantulkan cahaya petir. "Majulah! Hancurkan mereka!" teriaknya, memimpin serangan langsung ke barisan mayat hidup.Sun Wu Long, dengan pedang spiritualnya, mengeluarkan mantra api yang membakar musuh-musuhnya menjadi abu. "Kekuatan elemen akan membersihkan kegelapan ini!" katanya, semburan api memancar dari tongkatnya, menerangi medan perang.Sakuntala Dewa, dengan gerakan anggun, memang

  • Dewi Kultivator Langit   175. PERTEMPURAN AKBAR BENUA TIMUR

    Gong perang berdentang nyaring, suaranya menggema hingga ke sudut-sudut Pelabuhan East City. Di bawah langit yang mulai gelap, ribuan prajurit Dinasti Xian bergegas mengenakan baju zirah yang berkilauan di bawah cahaya obor. Mereka membentuk barisan kokoh di sepanjang tembok kota, tombak-tombak terangkat tinggi, busur-busur siap dengan anak panah yang mengarah ke cakrawala, sementara katapel raksasa diisi dengan batu-batu besar yang dilumuri minyak, siap dilemparkan.Di atas mereka, Naga Vikrama melayang gagah, sayapnya yang luas membelah angin malam. Raungannya menggetarkan hati, mata tajamnya memantau setiap gerakan di bawah.Di kejauhan, pasukan Kegelapan mulai tampak seperti gelombang hitam yang mendekat. Barisan Orc dengan armor berat berderap maju, langkah mereka mengguncang tanah. Di samping mereka, Dark Dwarf mengoperasikan mesin perang besar—menara pengepung dan katapel raksasa yang mampu meruntuhkan tembok dalam satu serangan. Para Necromancer berjubah hitam mengangkat tanga

  • Dewi Kultivator Langit   174. KRISIS DI BENUA TIMUR

    Langit di atas Pelabuhan East City mendadak gelap. Awan hitam pekat bergulung-gulung, seakan-akan hendak menelan kota dalam kegelapan abadi. Angin kencang berdesir tajam, menerbangkan debu dan menerjang ombak hingga membantingnya ke tebing-tebing batu dengan suara gemuruh. Para penjaga di menara pengawas, yang tadinya berjaga dengan santai, kini menegang. Salah satu dari mereka nyaris menjatuhkan tombaknya saat melihat bayangan besar melayang di antara awan."NAGA!" teriak seorang prajurit dengan suara melengking, segera meraih palu besar dan membunyikan lonceng tanda bahaya. Dentang logamnya menggema ke seluruh pelabuhan, mengguncang ketenangan kota ini.Di atas punggung Naga Vikrama, Xian Ling berdiri dengan gagah. Rambut panjangnya menari liar ditiup angin, sementara jubah putihnya berkibar seperti bendera perang yang mengancam. Matanya menyala penuh keyakinan. Di belakangnya, Sakuntala Dewa dan Sun Wu Long duduk waspada, jari-jari mereka sudah menggenggam gagang senjata, siap mena

  • Dewi Kultivator Langit   173. KABAR BURUK DARI BENUA TIMUR

    Pertempuran di Lembah Iblis benar-benar di luar dugaan Xian Ling. Angin dingin menyapu lembah, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang gugur. Suara dentingan senjata dan teriakan pertempuran masih terngiang di telinganya. Xian Ling berdiri di tengah medan yang porak-poranda, napasnya tersengal, sementara matanya menyapu sekeliling dengan penuh kewaspadaan.Ia tidak berhasil mendapatkan informasi mengenai Mahasura Arya, Pendekar Dewa Naga yang diyakini oleh Kitab Nirvana Surgawi mampu menyelamatkan Benua Timur dari kehancuran. Kekecewaan menyelimuti hatinya, seperti kabut tebal yang menutupi pandangannya.Bahkan, ia juga tidak mengetahui mengapa Qirani dan Qirana terjerumus ke dalam kegelapan dan menentangnya, padahal ia sama sekali belum pernah bertemu dengan pemimpin Lembah Iblis ini. Pengkhianatan mereka menusuk hatinya lebih dalam daripada luka fisik yang ia derita."Tuan Putri, apakah kita akan melanjutkan perjalanan kita di Benua Selatan ini?" tanya Sun Wu Long, suaranya penu

  • Dewi Kultivator Langit   172. AKHIR PERTEMPURAN

    Sakuntala dan Sun Wu Long yang dikepung oleh puluhan murid Perguruan Lembah Iblis mulai merasakan kesulitan menghadapi mereka. Sakuntala memutar tongkatnya dengan kecepatan luar biasa, menciptakan badai angin yang menghantam musuh-musuhnya, melempar mereka ke segala arah. Sun Wu Long bergerak seperti bayangan, pedangnya menari-nari, memotong setiap lawan yang mendekat dengan presisi mematikan.Tiba-tiba, dari balik kabut tebal yang menyelimuti medan pertempuran, muncul sosok tinggi dengan aura gelap yang menakutkan. Dia adalah Panglima Kegelapan, tangan kanan Qirana, yang dikenal karena kekejamannya. Dengan satu gerakan tangan, dia memanggil makhluk-makhluk bayangan yang langsung menyerbu ke arah Sakuntala dan Sun Wu Long.Sakuntala mengerutkan kening, menyadari ancaman baru ini. "Wu Long, kita harus bekerja sama untuk mengalahkannya!" Sun Wu Long mengangguk, dan mereka berdua bergerak serentak, menyerang Panglima Kegelapan dengan kombinasi serangan yang terkoordinasi. Namun, Panglima

  • Dewi Kultivator Langit   171. PERTEMPURAN DI LEMBAH IBLIS

    Xian Ling meluncur ke udara, tubuhnya berputar seperti bidadari yang berputar turun dari kahyangan, pedangnya berkilau saat menyapu gelombang energi hitam yang dilemparkan Qirana. Dentuman keras menggelegar, menggetarkan tanah di bawah mereka, seakan seluruh lembah bergetar dalam gemuruh kekuatan yang saling bertabrakan. Getaran itu merembet hingga ke tulang, mengusik kedamaian yang hanya ada dalam sekejap sebelum kekuatan itu menghancurkan segalanya.Qirana melesat ke samping, tubuhnya membengkok dalam kecepatan luar biasa, lengan kirinya bergerak dengan gesit, menciptakan lingkaran cahaya hitam yang menyelimuti tangannya. Dengan satu gerakan cepat, lingkaran tersebut berubah menjadi pedang energi yang berkilau tajam, siap meluncur menembus langit.“Kau hanya mengulur waktu, Xian Ling!” seru Qirana, suaranya penuh ejekan, terdengar seperti suara angin dingin yang berbisik. Senyumannya terlukis sinis di wajahnya, seakan kemenangan sudah ada di ujung jari. “Sejak Mahasura menghilang, k

  • Dewi Kultivator Langit   170. LEMBAH IBLIS

    Angin kencang bertiup membuat pakaian mereka berkibar-kibar. Langit yang kelam seakan menelan cahaya matahari, menciptakan bayangan-bayangan mencekam di antara pepohonan yang melingkupi Desa Naga. Aroma tanah basah bercampur bau logam menyelubungi udara, menambah kesan bahwa akan ada kejadian yang buruk di tempat tujua mereka."Apa kita tetap akan masuk ke Lembah Iblis, Tuan Putri?" tanya Sakuntala, suaranya mengandung kegelisahan. Mata tajamnya memandang jauh ke depan tempat Lembah Iblis berada, seolah-olah mengawasi mereka dari kejauhan. Ia merasa bahwa pencarian Pendekar Dewa Naga ini hanya akan membawa mereka ke jalan buntu. Namun, membawa pulang Naga Vikrama adalah keuntungan besar bagi Benua Timur.Xian Ling menoleh, sorot matanya tegas. "Aku harus mengetahui nasib Pendekar Dewa Naga. Ramalan Artie hanya menyebutkan bahwa Mahasura Arya akan berperan penting dalam menyelamatkan Benua Timur dari kehancuran. Aku sengaja menyimpan ramalan ini agar kerajaan-kerajaan di bawah Kekaisar

  • Dewi Kultivator Langit   169. NAGA VIKRAMA

    Ki Seno menggelengkan kepalanya perlahan. Sorot matanya tajam namun menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan."Aku tak tahu di mana Mahasura sekarang," ucapnya dengan suara berat, nyaris berbisik. "Tapi aku yakin ia masih hidup!"Xian Ling menatap Ki Seno dengan penuh tanda tanya. Tiba-tiba, pikirannya menangkap sesuatu yang terpendam di benaknya."Kata Chandani, Ki Seno selalu pergi ke Gunung Awan Putih setiap pagi... Apa yang Ki Seno lakukan di sana?" tanyanya, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Ki Seno tertawa kecil, nada misterius tersemat di dalamnya. "Hahaha... Kau ingin tahu? Tapi berjanjilah untuk menjaga rahasia ini!"Tanpa menunggu jawaban, tubuh Ki Seno melesat, ringan bak sehelai daun yang ditiup angin. Kakinya nyaris tak menyentuh tanah saat ia berlari dengan ilmu meringankan tubuh. Bayangan tubuhnya berkelebat di antara pepohonan, mendaki gunung dengan kecepatan yang mencengangkan.Xian Ling, Sun Wu Long, Sakuntala, dan Chandani segera menyusul. Sun Wu Long, meski memi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status