Share

Bab 105

Penulis: Siswa yang Tak Cerdas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Hans melirik Raka dengan tatapan sinis, lalu menoleh ke Lucy yang sedang menangis tersedu-sedu. Dia kembali tertawa sombong, “Nggak mau berlutut, ya? Oke kalau begitu! Rudolf, panggil semua pelayan hotel masuk ke sini!"

Hans ingin mempermalukan Raka di depan umum. Dia ingin mengembalikan kehormatan dirinya yang hilang pada pertemuan terakhir mereka. Hans ingin semua staf hotel menyaksikan, si cantik nomor satu Malda, bisa dia perlakukan semena-mena. Dan Raka, suami dari wanita tercantik itu, hanya bisa seperti anjing mati, berlutut patuh di hadapannya, Hans!

"Masuk, semua masuk!" Tanpa ragu, Rudolf segera berlari keluar pintu, memanggil semua pelayan yang bergetar ketakutan di lorong dan beberapa penjaga keamanan hotel. Ada total belasan orang di sana. Mereka semua memenuhi kamar suite presiden tersebut.

"Kerja bagus, Rudolf!" ujar Hans, kemudian kembali menoleh ke Raka dan berkata, "Raka, kamu nggak mau berlutut, ‘kan? Nggak apa-apa! Sekarang kuhitung sampai tiga. Kalau kamu masih j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 106

    "Sekarang dengarkan baik-baik. Semua yang kamu lakukan ini, di depanku hanya seperti permainan anak-anak. Keluarga besar Zamrud yang katanya terkemuka di ibu kota provinsi, di mataku, nggak lebih dari semut yang bisa kuhancurkan kapan saja!" Hans tergeletak di lantai, tulang punggungnya seakan mau patah. Dia menjerit kesakitan, terdengar menyedihkan, "Lepaskan aku. Aku adalah Hans Zamrud. Kalau kamu berani menyakitiku, aku …." Suara Hans tiba-tiba terhenti! Raka mendengus dingin, kakinya bergerak. “Krak, krak!” Suara retakan tulang terdengar nyaring di ruangan itu. Kedua lengan dan kaki Hans, serta bagian vitalnya, dihancurkan oleh Raka! "Aaah!!" Hans berteriak kesakitan. Badannya bergetar, matanya terbelalak. Hans kemudian pingsan. "Hah???" Di dalam kamar presidential suite hotel itu, beberapa karyawan hotel dan satpam yang baru saja masuk terpaku melihat kejadian itu. Mereka gemetar. Inikah suami Bu Lucy yang juga merupakan kepala keamanan dari New Randala Group? Raka? Brutal se

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 107

    Sebenarnya pria seperti apa Raka?! Dia seperti sebuah misteri. Setiap kali Lucy merasa akan mengungkap rahasia dibalik topengnya, tiba-tiba dia menemukan bahwa rahasia Raka seolah bertambah ... Akan tetapi, tidak peduli bagaimana pun Raka, dia adalah suami Lucy. Itu saja sudah cukup!"Raka ...."Lucy menerima dan menyimpan kartu hitamnya. Dia memeluk erat putrinya di dalam, kemudian seakan teringat sesuatu. Lucy berkata, "Pas Elena diculik Hans, Papa Mama masih menunggu di rumah. Kita harus segera pulang!"Raka mengangguk. Dia mengambil Elena dari pelukan Lucy, kemudian turun menggunakan lift. Mereka beranjak pulang. Parscha meninggalkan Hotel Malda, melaju kencang di jalan raya kota.Di kursi penumpang, Lucy memeluk erat putri kecilnya yang tertidur. Dia mengingat kembali kejadian menegangkan malam itu, wajahnya masih tak bisa menyembunyikan rasa terkejut.Ponsel Raka tiba-tiba bergetar. Sepertinya ada panggilan masuk."Thomas?!" Raka sedikit mengerutkan dahi saat melihat tampilan pa

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 108

    Bahkan jika seluruh kekuatan bawah tanah ingin berurusan dengan Thomas pun, selama ada dukungan dari Bos Raka-nya, dia tidak akan merasa takut sama sekali! Raka juga tersenyum. Dia memiliki rencananya sendiri. Kota Malda adalah kota yang sangat penting! Dari segi lokasi geografis, Malda terletak di jantung garis pantai Nagota. Tempat itu menjadi tali pengikat penting dalam pertukaran internasional. Meskipun keuntungan geografis membawa keuntungan ekonomi yang besar, tapi selama bertahun-tahun ini tetap saja tak terhindarkan ada beberapa "lalat" menjijikkan yang terbang masuk dari luar negeri. Membersihkan setiap ancaman tersembunyi itu akan sangat bermanfaat bagi pengembangan ekonomi Malda. Sebagai Dewa Perang Nagota, meskipun sudah pensiun, Raka masih merupakan pilar negara! Kali ini Malda, kolam kecil yang telah lama tenang ini, akan benar-benar berbalik!...Di pinggiran kota Malda, Paviliun Aurora Timur. Klub ini jelas berbeda dari klub malam sejenis di pusat kota. Karena, tem

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 109

    Bima menoleh ke belakang Thomas beberapa kali, memastikan tidak ada siapa-siapa lagi bersamanya. Senyumannya semakin melebar, namun ada kilatan kekejaman di matanya, “Pak Thomas, Anda berani berlagak di depan saya? Berani datang sendirian menunjukkan semangat heroik? Sungguh konyol!”Semua bos besar di ruangan itu meletuskan tawa. Mereka menatap Thomas dengan pandangan penuh ejekan.Wajah Thomas tetap tak berubah, sementara Guntur yang berdiri di belakangnya memindai ruangan dengan cepat. Matanya pertama-tama tertuju pada Bhikkhu "Harimau Tunggal", kemudian bergeser ke seorang pria kulit putih asing di samping bhikku itu. Hatinya langsung berdebar.Meski Guntur tak mengenal nama Harimau Tunggal, dia bisa melihat dengan jelas bahwa bhikkhu itu memiliki otot yang kuat dan kulit yang tampak berkilau. Itu adalah pertanda bahwa bhikku itu pasti telah melakukan latihan keras dalam seni bela diri. Sedangkan pria asing itu, dengan tinggi badan mendekati dua meter, mengenakan seragam taekwondo

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 110

    “Hahaha!” Bima tertawa puas. Dia menunjuk ke arah Thomas sambil terus tertawa, “Thom, jadi ini dia kartu As-mu? Dari mana kamu cari bocah ingusan seperti dia, heh?”Kemudian, wajah Bima berubah, “Thomas, hari ini kuberi tahu, kalau kamu nggak ingin mati, maka hari kamu harus segera berlutut di hadapanku dan bersujud minta maaf! Ganti semua kerugianku!”“Kalau kamu tidak tulus minta maaf, jangan salahkan jika aku tidak pandang bulu. Guntur atau bocah ingusan ini, akan kubuat mati seketika di tempat!”Thomas diam-diam terkekeh. “Guntur!” Thomas mengayunkan tangannya ke arah Guntur sambil tertawa lebar, “Telepon Hotel Grand Pearl sekarang juga. Suruh mereka menyiapkan semua menu spesial andalan. Sebentar lagi kita akan ke sana untuk merayakan pesta kemenangan!”“Baik!” Guntur langsung mengeluarkan ponsel dan menelepon Hotel Grand Pearl. “Merayakan? Merayakan apa?” Bima awalnya heran. Sesaat kemudian dia tertawa terbahak-bahak sampai merasa perutnya sakit. Dia berkata, “Thomas … Thomas …

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 111

    Raka menyeringai dengan ekspresi wajah meremehkan. Kemudian sosoknya tiba-tiba saja muncul di hadapan seorang Harimau Tunggal lalu dia menepuk Harimau Tunggal dengan santai. Gerakan Raka memang terlihat lambat, tapi penuh dengan kekuatan bagaikan sebuah gelombang raksasa yang sangat dahsyat dan siap untuk menghancurkan apa saja yang ada di hadapannya. Tubuhnya mendarat tepat di hadapan Harimau Tunggal dengan mantapnya. Plak!“Aaaa!” teriak Harimau Tunggal kesakitan. Lengannya hancur dalam sekejap mata. Kemudian tubuhnya terpental sampai menabrak dinding yang ada di belakangnya dan jatuh tersungkur di atas lantai. Darah seketika menyembur dari mulutnya. Dia membalik tubuhnya lalu pingsan dalam sekejap mata. Suasana seketika berubah sunyi. Orang-orang di sekeliling mereka hanya bisa menyaksikan kejadian ini dengan mata terbelalak. Mereka sungguh sulit untuk mempercayai apa yang baru saja mereka lihat. Harimau Tunggal merupakan seorang Bikkhu yang sangat terkenal akan kemampuannya yan

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 112

    “Lemah! Sungguh lemah!”Kemudian Raka duduk di atas sebuah sofa kulit seraya berkata kepada Bima dan yang lainnya, “Siapa lagi yang mau maju? Ayo, sini!”Siapa lagi yang berani melawan seseorang sekuat Raka? Bahkan Bima saja sampai gemetar ketakutan setelah mendengar perkataan Raka. Laki-laki di hadapannya saat ini bukanlah seorang manusia, melainkan seekor binatang buas dengan kekuatan yang luar biasa. Satu telapak tangannya bisa langsung melumpuhkan Harimau Tunggal dalam sekejap mata, sedangkan satu kakinya mampu melumpuhkan seorang Toni si juara dunia tinju pasar gelap. Kekuatan macam apa yang dimiliki laki-laki ini? Dia pastinya bukan seorang manusia!“Sepertinya tidak ada yang berani maju melawanku,” ujar Raka sambil menggelengkan kepalanya kecewa.Kemudian dia kembali berkata, “Aku pikir, aku akan menemukan kejutan di sini. Ternyata pertunjukannya hanya dua ekor semut! Pak Bima, pertunjukan ini benar-benar buruk. Bagaimana kalau kamu kasih kompensasi padaku atas pertunjukan buruk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 113

    Kemudian dia terus berjalan menuju Parscha merah miliknya tanpa menoleh lagi. Jawaban Raka membuat Garda tertegun sampai akhirnya rona merah mulai muncul di wajahnya yang penuh dengan kegembiraan. “Terima kasih Bos Raka!” seru Garda penuh kegembiraan sambil membungkuk menghadap punggung Raka. Thomas yang berada di sebelah Garda tampak terharu sambil menepuk bahu bawahannya itu. Dia tidak pernah menyangka kalau masalah malam ini bisa diselesaikan dengan sangat mulus. Semua ini berkat kekuatan Raka yang sungguh luar biasa. Sepertinya, pemahaman Thomas tentang Raka sebelumnya masih sangat jauh dari yang sebenarnya. Dewa Perang Raka Gading memang sosok yang tak terkalahkan!“Kak Thomas!” seru Garda sambil menatap mobil Parscha yang dikendarai Raka hilang dari pandangannya. “Bos Raka kayaknya nggak pergi ke arah Mission Hills. Mobilnya ... belok di tikungan itu,” lanjut Garda. Thomas langsung menatap ke arah mobil Parscha itu pergi dengan wajah terkejut. Bukankah arah mobil itu menuju k

Bab terbaru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

DMCA.com Protection Status