Sosok berpakaian merah dan bertopeng merah juga ini masih terdiam mendengar pertanyaan Ryu Zhen. Seakan dia tidak peduli dengan Pendekar Naga Emas ini. Pandangannya hanya tertuju kepada Thio Sam Hong.Dia merasakan aura yang sangat kuat dari Ryu Zhen, yang sedikit membuatnya gemetar tapi dia berusaha untuk tidak menghiraukannya dan memusatkan perhatiannya kepada Thio Sam Hong."Salam, Pendeta Thio ... sungguh suatu kehormatan bisa berjumpa pemimpin Wu Tang Pay yang terkenal di dunia persilatan!" sapa sosok berpakaian merah ini.Matanya yang berwarna biru tampak sangat bening menatap tajam ke arah Ryu Zhen tapi tidak menghiraukannya sama sekali. Sosok yang dilihat penampilannya adalah seorang wanita yang masih muda tapi sudah memiliki energi yang begitu kuat. Energi yang kuat inilah yang mampu memisahkan Ryu Zhen dengan Thio Sam Hong. Wajahnya tertutup topeng merah sehingga masih tidak diketahui apakah sosok ini berparas cantik atau wajahnya benar-benar bruk dan cacat sehingga dia memer
Bu Kok Ling hanya tertawa mendengar ancaman Ryu Zhen. "Aku tidak takut terhadap ancamanmu, Pendekar Naga Emas! Pedang Naga Emas tidak pantas berada di tanganmu! Serahkan saja sekarang padaku maka Kau boleh pergi! Urusanku hanya dengan Zhou Shen!" Mendengar Pendekar Neraka ini menyebut Zhou Shen membuat Ryu Zhen penasaran dengan alasan wanita bertopeng merah ini mencari Pendekar Pedang Naga Emas yang juga dibencinya ini."Ada urusan apa kamu mencari si pengecut Zhou Shen?' tanya Ryu Zhen.Bu Kok Ling malahan heran dengan Ryu Zhen yang menyebut Zhou Shen sebagai pengecut padahal dia memegang Pedang Naga Emas milik Zhou Shen. "Kamu mencuri pedang ini ya?" tanya Pendekar Topeng Merah ini.Ryu Zhen mendengus kesal dengan tuduhan Bu Kok Ling ini. "Pedang Naga Emas ini milikku, si pengecut Zhou itu yang mencurinya dariku!" serunya. Matanya menatap Bu Kok Ling dengan tajam, seakan hendak menelan hidup-hidup Pendekar Topeng Merah yang meremehkan kemampuannya ini."Apa buktinya kalau Pedang Na
Pesona kecantikan Bu Kok Ling tidak serta merta membuat Ryu Zhen hanyut ke dalam asmara dan romantisme yang berlebihan. Wajah Ryu Zhen yang tadinya mulai ceria, menjadi sedingin es kembali saat Bu Kok Ling menanyakan alasan dia begitu membenci Zhou Shen. "Dia telah menghianatiku! Aku membantunya menjadi pendekar terkenal, tapi dia malahan ingin menyingkirkanku!"Ryu Zhen terlihat berapi-api saat mengeluarkan kata-kata pedas tentang Zhou Shen. Entah apa maksudnya dengan Zhou Shen menghianatinya, padahal dia tersegel di dalam tubuh Naga Emas.Melihat wajah Ryu Zhen yang begitu menyeramkan dan memancarkan aura pembunuh yang tinggi, Bu Kok Ling memutuskan tidak akan menanyakan masalah Zhou Shen lagi terhadap Pendekar Naga Emas ini. Mencari permusuhan dengan Ryu Zhen merupakan tindkan bodoh yang akan disesalinya karena diam-diam dia sudah menaruh hati terhaadap pemuda yang hatinya sedingin es, yang tidak mempan dan tertarik sedikit pun terhadap kecantikannya yang khas negeri Kayli. Negeri
Wu Shian memandang kepergian sahabatnya. "Setelah sekian lama, kamu memiliki teman lain juga, Ryu Zhen ... jangan-jangan temannya ini perempuan? Aiiish ... hebat sekali kalau begitu! Pendekar Sadis menemukan wanita idaman setelah sekian lama bisa melumerkan hatinya yang sedingin es! Hahaha!"Ahli Pedang ini tertawa terbahak-bahak yang menggetarkan seluruh perguruan Wu Tang. Bisa dibayangkan seberapa besar kekuatan seorang Wu Shian yang mungkin saja tingkat kependekarannya sudah melampaui ketua Wu Tang Pay, atau jangan-jangan Wu Shian juga Kultivator hebat seperti Ryu Zhen?*****"Kamu kemana saja? Sudah tiga jam aku menunggumu!" ucap Qin Feng sambil memasang wajah cemberutnya, saat Pendekar Naga Emas ini tiba di Kedai Mi yang terdapat di dekat pelabuhan.Ryu Zhen yang diserang oleh Qin Feng tampak tenang-tenang saja. Tidak ada permintaan maaf yang keluar dari dalam mulutnya melainkan sindiran tajam terhadap putri Kerajaan Assassin. "Baru tunggu tiga jam saja sudah cerewet begini! Baga
"Hufh!" Bunyi helaan nafas dari Putri Qin Feng disertai langkahnya yang terhenti oleh ucapan Ryu Zhen.Putri Qin Feng yang sudah beranjak pergi dari Kedai Mi ini kemudian kembali lagi dengan wajah cemberut."Kirain sudah tidak mau ajak aku ke Negeri Assassin?" ujar Ryu Zhen dengan pandangan yang biasa saja. Tidak ada rasa sesal di dalam ucapannya yang membuat Putri Qin Feng semakin kesal terhadap Pendekar Naga Emas ini."Kamu tidak ke penginapan untuk bersih-bersih?" tanya Putri Qin Feng saat Ryu Zhen sudah hendak beranjak pergi dari kedai mi.Pendekar Naga Emas ini mencium aroma kurang sedap dari pakaian yang dikenakannya. "Baiklah! Aku ikuti keinginanmu! Kita kembali ke penginapan saja dahulu untuk bersih-bersih dan ganti pakaian!"Putri Qin Feng tersenyum senang karena baru kali ini Ryu Zhen menuruti sarannya. "Kita beli pakaian buatmu dahulu! Jangan terus menerus memakai pakaian jubah emasmu ini ... terlalu menyolok di kota besar ini. Aku akan mencucinya untukmu biar bisa kamu pak
PLAAAK!Sebuah tamparan keras dari Ryu Zhen membuat Bandit Kultivator Shanxi ini terkejut karena gerakan Pendekar Naga Emas ini sangat cepat. Bahkan pukulan darinya tidak sempat menyentuh Ryu Zhen sama sekali, malahan wajahnya ditampar sampai merah."Kurang ajar! Beraninya kamu menamparku!" Bandit Kultivator yang bertubuh pendek ini langsung maju dengan cepatnya.PLAAAK!Tamparan keras kembali mengenai pipi kirinya setelah pipi kanannya merah dan bengkak oleh tamparan Ryu Zhen.Gerakan Ryu Zhen cepat sekali dan melampau gerakan Bandit Kultivator Shanxi ini. Bahkan terlihat kalau Bandit Kultivator Shanxi ini belum bergeraak sama sekali saat pipinya ditampar oleh Ryu Zhen.Kali ini wajahnya bertambah bengkak dan tidak karuan disertai darah yang mengucur dari wajahnya.Bukannya kapok dan mundur, Bandit Kultivator Shanxi ini semakin menjadi-jadi ... bahkan dia melarang kawanannya untuk maju membantunya."Bangsat! Kamu harus mati hari ini!" ujarnya sambil mengayunkan pedang besarnya yang m
Kembalinya Zhou Shen ke Kota Ming Yin disambut meriah oleh seluruh penduduk kota ini, yang memang sangat mengharapkan sosok Pendekar Zhou untuk menetap di kota mereka ini sehingga mereka merasa aman dari gangguan bandit ataupun kabut putih yang sewaktu-waktu bisa muncul kembali untuk meneror kota ini seperti dahulu.Gadis yang paling senang dengan kepulangan Zhou Shen adalah putri walikota Xin Yin yang memang sangat tertarik kepada Pendekar Pedang Naga Emas, yang sekarang dikenal sebagai Pendekar Naga Putih."Pendekar Zhou! Selamat datang!" sambut Xin Yin dengan senyum manis menggodanya.Zhou Shen masih tidak enak hati terhadap Xin Yin atas perlakuannya dahulu terhadap gadis ini."Aku sudah janji akan menikahi Xin Yin karena aku telah membuat gadis ini sengsara akibat perbuatanku dulu. Nanti saja aku bicarakan dengan Xiu Juan, semoga saja dia tidak marah padaku," gumam Zhou Shen dalam hati."Pendekar Zhou kenapa?" tanya Xin Yin sambil memegang tangan Zhou Shen.Dewi Naga Emas yang mel
"Kenapa kamu harus mengurusi Kota Ming Yin ini, Zhou Shen? Bukannya ini tugas walikota Mao?" tanya Xiu Juan dengan sedikit kesal. "Seharusnya kita sedang beristirahat di rumah besarmu sekarang!""Aku khawatir kabut putih misterius ini mengikutiku, Xiu Juan! Apa kamu tidak aneh kalau kabut putih ini baru muncul setelah aku kembali ke Kota Ming Yin?" tanya Zhou Shen."Tetap saja bukan urusanmu, Zhou Shen! Aku mengikutimu ke Kota Ming Yin ini untuk bersenang-senang denganmu sebelum aku kembali lagi ke Lembah Naga Emas!" ujar Xiu Juan."Kamu akan kembali lagi ke sana? Bukannya kamu akan tinggal di Kota Ming Yin ini bersamaku?" tanya Zhou Shen."Aku tidak pernah bilang akan selamanya tinggal di Kota Ming Yin! Kamu tahu aku membangun Lembah Naga Emas dengan susah payah, jadi tidak mungkin aku tinggalkan begitu saja. Kamu lupa kalau Pedang Naga Emas juga disimpan di Lembah Naga Emas?"Dewi Naga Emas ini terlihat tidak senang dengan Zhou Shen yang langsung saat itu juga berangkat ke pegununga
Kemenangan besar yang diraih Negeri Ming tidak serta merta membuat negeri ini aman. Raja Dunia Persilatan yang mulai melihat kelemahan Negeri Ming mulai bergerak untuk menguasai Negeri Ming sehingga Negeri Ming akhirnya terbagi menjadi lima daerah kekuasaan yaitu :Dewa Racun Utara/Zhao Yun : Raja Dunia Persilatan Distrik Utara MingPendekar Pedang Barat/Chen Tian : Raja Dunia Persilatan Distrik Barat MingDewi Naga Timur/Liu Yin : Ratu Dunia Persilatan Distrik Timur MingPendekar Mabuk Selatan/Zhao Long : Raja Dunia Persilatan Distrik Selatan MingKaisar Bela Diri Pusat/Huang Ming : Raja Dunia Persilatan Distrik Pusat MingZhou Shen yang akhirnya memilih Sasha untuk menjadi pasangan hidupnya, kembali ke Eternity Nirvana bersama cinta sejatinya, membawa dendam membara di hati Dewi Naga Emas.Kepergian Zhou Shen ke Eternity Nirvana inilah yang membuat Negeri Ming terbagi menjadi lima kekuasaan besar yang dipimpin oleh masing-masing Raja Dunia Persilatan.Putri Qian Feng akhirnya memaafk
Kekalahan Naga Shankar adalah pukulan telak bagi Khan Agung. Sang raja Mongol, yang dikenal sebagai penguasa tak terkalahkan, berdiri di atas medan perang yang kini mulai berbalik melawan dirinya. Namun, amarahnya tidak surut. Dengan tatapan penuh kebencian, dia mengangkat tangannya ke langit, melafalkan mantra kuno yang menggema seperti gemuruh badai."Aku tidak akan kalah di tangan kalian, manusia lemah!" serunya, suaranya mengguncang bumi. Dari balik langit yang mulai memerah, aura hitam pekat berkumpul di sekeliling tubuh Khan Agung. Di kejauhan, sosok naga berwarna hitam legam dengan mata merah membara muncul dari balik awan.“Naga Hitam Tiamat!” seru Sasha dengan kengerian di wajahnya.Semua pasukan Ming dan Eternity Nirvana terpaku, termasuk Zhou Shen. Naga itu tidak hanya besar tapi ia adalah legenda, makhluk purba yang dianggap sebagai perwujudan kehancuran.“Zhou Shen, kita harus menghentikannya sebelum dia menghancurkan semuanya!” seru Kalindra, pedangnya menyala dengan kek
Saat pertarungan memuncak, medan perang menjadi ajang pertunjukan kekuatan yang melampaui batas manusia. Naga Shankar, raksasa hitam yang kini mengamuk, menyerang pasukan Ming tanpa henti. Kepakan sayapnya menciptakan badai yang menggulingkan barisan pertahanan, sementara api birunya membakar segala yang disentuhnya.Zhou Shen berdiri di hadapan Zhang Ming. Nafas mereka berat, masing-masing menggenggam senjata dengan penuh kebencian. "Kau mengkhianati segalanya, Zhang Ming. Aku akan memastikan kau tidak melangkah lebih jauh!""Pengkhianatan?" Zhang Ming terkekeh, suaranya penuh ejekan. "Aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Kau hanya anak kecil yang terjebak dalam masa lalu. Lihatlah siapa yang menjadi pemenang sekarang!"Zhang Ming meluncur ke depan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Pedangnya, yang berselimut aura kegelapan, menebas ke arah Zhou Shen. Namun, Zhou Shen, dengan reflek yang terlatih selama bertahun-tahun, menangkis serangan itu denga
Di tengah kemegahan Istana Mongol, Khan Agung duduk di atas takhta emasnya, wajahnya gelap seperti badai yang mengancam. Suara dentang lonceng perang bergema di seluruh aula, menandakan bahwa amarah sang raja telah mencapai puncaknya.“Shanxi tidak boleh berdiri setelah ini!” bentak Khan Agung, suaranya menggema keras. “Aku tidak akan membiarkan Negeri Ming memandang rendah kekaisaranku. Siapkan Naga Shankar. Kita akan menyapu Shanxi hingga menjadi abu!”Di hadapan Khan Agung, Ryu Zhen berdiri dengan kepala tertunduk, meskipun matanya memancarkan api dendam. Kekalahan di Shanxi telah menghancurkan egonya, tetapi itu juga membakar tekadnya untuk membuktikan bahwa ia adalah pendekar sejati.“Aku akan menuntaskan semuanya,” katanya lirih namun penuh keyakinan. “Aku akan menghancurkan Zhou Shen dan saudara kembarku. Dendam lama ini akan berakhir di medan perang berikutnya.”*****Kota Shanxi kembali dilanda kekacauan saat ribuan pasukan Mongol menyerbu di bawah naungan malam. Namun, yang
“Aku tidak akan lupa penghinaan ini, Ryu Zhin,” gumamnya dengan nada berapi-api, matanya membara penuh tekad. “Kita akan bertemu lagi, dan kali itu kau tidak akan selamat!”Di sisi lain, kemenangan ini tidak dirayakan dengan gegap gempita. Zhou Shen memimpin para pasukan naga yang masih utuh untuk mengevakuasi Shanxi dari kerusakan lebih lanjut. Sasha dan Kalindra, meskipun memimpin dengan karisma luar biasa, menyadari bahwa medan perang ini hanya sebagian kecil dari ancaman besar yang sedang berkembang.Zhou Shen berjalan mendekati Zixuan yang kini duduk di punggung Meraharani yang terluka. Naga merah itu mengerang pelan, napasnya berat, namun tatapannya tetap tajam. Zixuan memandang Zhou Shen dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Kau datang tepat waktu, seperti biasanya,” ujar Zixuan, mencoba tersenyum meski wajahnya memucat.“Kau bertahan lebih lama dari yang kuduga,” balas Zhou Shen, suaranya tenang namun penuh penghargaan. “Tidak mudah melawan naga emas dan Ryu Zhen.”Zixuan me
Setelah berhasil mendapatkan Nagarium dan menyegel perjanjian damai antara Heaven Eden dan Eternity Nirvana, Queen Savitri merasa utangnya kepada Zhou Shen tak akan terbalas dengan mudah. Di dalam hati, dia tahu ada rasa yang lebih dalam—sebuah cinta yang perlahan tumbuh terhadap Pendekar Naga Putih itu.Namun, Zhou Shen tetap memandang lurus pada tujuannya. Dia harus menemukan Paman Zhang, pria yang kini terungkap sebagai pembunuh orang tuanya. Kebencian yang membara di dalam dirinya membuatnya menolak untuk menyerah pada perasaan apa pun, termasuk cinta.Di aula besar kerajaan, Queen Savitri memanggil Zhou Shen dan menyerahkan Artefak Naga Waktu, sebuah artefak kuno yang mampu membuka portal waktu dan mengembalikan Zhou Shen ke masanya. "Dengan ini," ujar Savitri, suaranya bergetar, "kau bisa kembali dan menghadapi takdirmu di masa depan. Aku ingin kau tahu, Zhou Shen, aku akan selalu mendukungmu."Namun, Zhou Shen mengejutkan semua orang dengan keputusannya. "Aku tak bisa kembali s
Langit Shanxi memerah oleh api dan energi yang melesat dari pertarungan sengit antara naga merah Meraharani dan naga emas yang dikendarai Ryu Zhen. Namun, kekuatan gabungan naga Mongolia dan kehebatan Ryu Zhen perlahan memukul mundur para penjaga Shanxi. Meraharani terluka parah, sayapnya compang-camping, dan Arlang terempas ke tanah dengan raungan lemah.Zixuan berdiri di punggung Meraharani yang limbung, darah mengalir dari luka di lengannya. Napasnya berat, namun matanya tetap menatap Ryu Zhen yang bersiap mengakhiri perlawanan mereka."Ini akhirnya, Putri Zixuan," ujar Ryu Zhen, mengangkat pedangnya yang bercahaya emas. "Shanxi akan jatuh, dan kau akan menyaksikan kehancurannya!"Namun, sebelum pedangnya terayun, langit mendadak terbelah oleh kilatan cahaya putih. Dari celah dimensi yang terbuka di tengah angkasa, seekor naga putih raksasa muncul. Ia bergerak dengan kecepatan luar biasa, seperti bayangan yang tak dapat dilacak. Dengan raungan yang mengguncang bumi, naga itu mengha
Pemanah menarik busur mereka, api membara di ujung panah. Ketika pasukan musuh mendekat, aba-aba diberikan, dan panah-panah itu dilepaskan, melesat seperti hujan meteor ke arah barisan depan Mongolia. Suara panah menghantam perisai dan tubuh terdengar nyaring, namun pasukan musuh terus maju, tidak terhentikan.Di sisi lain, Zixuan mengeluarkan sesuatu dari kantong kecil di ikat pinggangnya—sebuah kristal berwarna biru kehijauan. Itu adalah Artefak Jiwa Langit, peninggalan kuno yang mampu memanggil kekuatan besar, tetapi dengan harga yang mahal."Aku tidak punya pilihan lain," gumamnya. Ia mengangkat kristal itu tinggi-tinggi, memusatkan energinya. Angin di sekitar Zixuan berputar kencang, rambutnya melayang, dan suara gemuruh datang dari dalam kristal itu. Cahaya biru terang meledak, menarik perhatian semua orang, termasuk Darjikhun.Di kejauhan, salah satu naga penjaga, seekor naga putih dengan tubuh yang ramping dan gerakan anggun, mendekati Zixuan. Namanya Arlang, naga angin yang d
Pertarungan di langit Shanxi dimulai dengan ledakan besar. Meraharani menerjang dengan kekuatan yang luar biasa, mulutnya terbuka, menyemburkan api merah menyala yang menembus langit kelabu. Naga hitam Mongolia menghindar dengan manuver tajam, sayapnya yang besar menciptakan pusaran angin yang membuat debu dan batu kecil beterbangan di bawah. Raungan mereka menggema, memenuhi udara dengan ketegangan dan kengerian.Di atas tembok kota, para pemanah Shanxi bersiap, busur mereka terangkat, ujung panah mengarah ke naga Mongolia. Perwira yang memimpin mereka, seorang pria dengan wajah keras dan mata tajam, berteriak, "Tunggu aba-aba dari Tuan Putri! Jangan tembak sebelum waktunya!"Di alun-alun, Zixuan memejamkan matanya sesaat, menghubungkan pikirannya dengan Meraharani. Ia tidak hanya memanggil naga itu, tetapi juga menyatukan tekad mereka. Suara Meraharani menggema dalam benaknya, tenang namun penuh kekuatan."Aku bersamamu, Zixuan. Kita tidak akan kalah."Di langit, naga hitam meluncur