Di dalam dunia yang dipenuhi dengan keajaiban dan kekuatan supernatural, Dewi Assassin, yang dikenal dengan nama Qian Feng, sedang dalam misi berbahaya untuk mengejar Dewa Immortal Naga Emas. Ia telah mendengar banyak legenda tentang Dewa ini, yang dikenal sebagai makhluk yang tidak hanya kuat tetapi juga bijaksana, menghuni negeri yang indah dan mistis bernama Nirvana Surgawi. Tapi pastinya, Dewa Immortal Naga Emas ini telah menyebabkan penderitaan yang mendalam baginya.Dengan tekad bulat, Qian Feng memutuskan untuk mencari Dewa Naga Emas dan menggali rahasia di balik kekuatannya. Namun, untuk mencapai Nirvana Surgawi, ia menyadari bahwa ia membutuhkan pemandu yang berpengalaman. Dewi Naga Emas, yang memiliki pengetahuan mendalam tentang jalur-jalur yang membentang antara dunia mereka dan Nirvana Surgawi, dengan senang hati menawarkan bantuannya."Qian Feng, aku tahu jalan menuju Nirvana Surgawi. Mari kita berangkat sebelum malam semakin larut," ucap Dewi Naga Emas dengan suara lemb
Pertarungan di Nirvana Surgawi semakin intens saat energi magis membanjiri medan pertempuran. Patriark Cheng Tian, meskipun terluka, tidak mau menyerah. Dia memanggil kekuatan tertingginya, memanggil Byakko, harimau putih legendaris, yang muncul dalam cahaya menyilaukan. Dengan sosok yang megah dan aura mengerikan, Byakko siap menghadapi Naga Emas.“Byakko, hancurkan mereka!” perintah Patriark, mengangkat tangannya dan mengalirkan energi ke dalam makhluk yang sangat kuat itu. Dengan satu lompatan yang megah, Byakko meluncur ke arah Naga Emas, mengeluarkan raungan yang mengguncang langit.Dewi Naga Emas Xiu Juan tidak gentar. “Kami tidak akan mundur!” Ia menggandakan kekuatan Naga Emas, yang mengeluarkan semburan energi keemasan, menciptakan penghalang yang menahan serangan Byakko. “Naga Emas, balas serangan itu dengan kekuatanmu!”Naga Emas melawan dengan serangan balik, mengeluarkan gelombang energi berwarna emas yang menabrak tubuh Byakko, membuat harimau itu terhuyung. Namun, Byakk
Pertarungan yang berkecamuk di Nirvana Surgawi semakin memanas. Xiu Juan, Dewi Naga Emas, dan Qian Feng, Dewi Assassin, kini berada dalam posisi terjepit. Dikelilingi oleh empat Patriark dari sekte-sekte terbesar, kekuatan mereka terus diuji oleh serangan gabungan yang mematikan. Namun, tekad mereka tak tergoyahkan.Xiu Juan memperkuat pertahanannya, memanggil energi naga yang berputar di sekeliling tubuhnya, sementara Naga Emas yang ia summon menahan serangan dari naga kembar Patriark Zhou Lei dan Teratai Hitam Matriark Song Bi Hai. Di sisi lain, Qian Feng dengan ketangkasan luar biasa melesat di antara serangan Patriark Wang Shing dan Patriark Hou Sheng, menghindari kilatan-kilatan petir yang menggelegar dan pedang energi yang membelah udara.“Jurus-jurus kalian hanya seperti angin sepoi-sepoi,” ejek Qian Feng sambil tersenyum dingin. Ia mengaktifkan Mata Dewa Assassin, teknik yang memungkinkannya melihat titik-titik kematian lawan. Kilatan mata tajamnya menemukan celah di pertahanan
Pertarungan yang berkecamuk di Nirvana Surgawi semakin memanas. Xiu Juan, Dewi Naga Emas, dan Qian Feng, Dewi Assassin, kini berada dalam posisi terjepit. Dikelilingi oleh empat Patriark dari sekte-sekte terbesar, kekuatan mereka terus diuji oleh serangan gabungan yang mematikan. Namun, tekad mereka tak tergoyahkan.Xiu Juan memperkuat pertahanannya, memanggil energi naga yang berputar di sekeliling tubuhnya, sementara Naga Emas yang ia summon menahan serangan dari naga kembar Patriark Zhou Lei dan Teratai Hitam Matriark Song Bi Hai. Di sisi lain, Qian Feng dengan ketangkasan luar biasa melesat di antara serangan Patriark Wang Shing dan Patriark Hou Sheng, menghindari kilatan-kilatan petir yang menggelegar dan pedang energi yang membelah udara.“Jurus-jurus kalian hanya seperti angin sepoi-sepoi,” ejek Qian Feng sambil tersenyum dingin. Ia mengaktifkan Mata Dewa Assassin, teknik yang memungkinkannya melihat titik-titik kematian lawan. Kilatan mata tajamnya menemukan celah di pertahanan
Xiu Juan dan Qian Feng melesat dengan cepat melewati lembah-lembah beracun dan hutan-hutan ajaib di Nirvana Surgawi. Langit di atas mereka tampak gelap oleh energi pembatas yang mulai mengelilingi wilayah itu, tanda bahwa sekte-sekte besar telah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkap mereka.Malam itu, keduanya berhenti di sebuah gua tersembunyi di puncak gunung, tempat yang dikelilingi oleh kabut tebal yang bisa mengaburkan keberadaan mereka dari pengawasan para kultivator tingkat tinggi. Di dalam gua itu, Xiu Juan dan Qian Feng duduk berhadapan, berusaha memulihkan energi mereka dengan meditasi dan teknik penyembuhan cepat.“Aku tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini,” ucap Qian Feng, memecah keheningan. Tatapannya tajam namun sedikit mengendur karena lelah. “Awalnya kita hanya mencari Ryu Zhen. Tapi kini kita diburu dan terjebak di dunia ini.”Xiu Juan tersenyum samar, meskipun wajahnya menunjukkan bekas luka pertempuran. “Qian Feng, jika mudah, maka itu bukan
Dengan tekad membara, Xiu Juan dan Qian Feng bergerak menuju Gunung Abadi, lokasi yang dikelilingi mitos dan kepercayaan sebagai tempat suci dengan medan yang berbahaya. Gunung Abadi adalah pusat energi spiritual di Nirvana Surgawi dan merupakan wilayah yang dikuasai oleh roh-roh purba serta para penjaga dimensi yang lebih kuat dari sekte mana pun.Saat mereka mendekati puncak Gunung Abadi, jalan yang mereka tempuh semakin berat. Kabut tebal bercampur dengan angin dingin yang menembus tulang membuat langkah mereka kian lambat. Setiap pohon, batu, bahkan udara di sekitarnya seolah menyiratkan bahwa mereka tidak diterima di sana."Kita pasti sudah mendekati pusat energi," gumam Qian Feng, mengamati lingkungannya dengan penuh kewaspadaan. "Aku bisa merasakan kekuatan yang mengalir, begitu kuat dan tidak stabil."Xiu Juan mengangguk, tatapannya fokus ke depan. "Namun, ini artinya Kunci Dimensi memang benar ada di sini. Kita harus tetap waspada; setiap penjaga di sini pasti lebih kuat dari
Dari balik bayangan muncul seorang pria tua berjubah putih dengan rambut panjang berwarna perak. Tatapannya tajam dan penuh kekuatan yang tersembunyi. Ia adalah Penjaga Dimensi, penguasa tertinggi di Gunung Abadi, yang selama ini menjaga Kunci Dimensi dari tangan-tangan yang tidak layak.“Kalian berdua telah mengalahkan Para Penjaga Abadi. Itu adalah pencapaian luar biasa,” ucapnya sambil menatap dalam pada Xiu Juan dan Qian Feng. “Namun, hanya mereka yang berhati tulus dan tidak didorong oleh ambisi yang diizinkan untuk membawa Kunci Dimensi keluar dari sini. Buktikan bahwa kalian layak.”Xiu Juan menatap Penjaga Dimensi dengan mantap. “Kami tidak mencari kekuasaan atau kehormatan. Kami hanya ingin menyelesaikan tugas kami dan melindungi yang kami sayangi. Jika kami harus bertarung, kami siap.”Penjaga Dimensi tersenyum tipis. “Baiklah, aku akan mengujimu dalam bentuk lain. Tunjukkan bahwa hati kalian bebas dari kegelapan, dan Kunci Dimensi akan menjadi milik kalian.”Dengan berkata
Di puncak Gunung Abadi, energi para kultivator dari empat sekte besar menggelegar, mengguncang udara dengan kekuatan yang luar biasa. Keempat Patriark berdiri dalam formasi, kekuatan mereka memancar dalam aura yang mengintimidasi. Xiu Juan dan Qian Feng tetap tenang, meskipun tahu bahwa mereka menghadapi musuh yang sangat tangguh.Patriark Wang Shing dari Sekte Awan Langit mengangkat tangannya ke langit. Awan hitam tebal muncul, menggumpal di atas puncak gunung, mengeluarkan kilatan petir yang menyambar-nyambar. "Aku, Wang Shing, tak akan membiarkan kalian pergi begitu saja!" katanya lantang. Dengan satu gerakan tangan, dia mengarahkan petir-petir itu ke arah Xiu Juan dan Qian Feng.Xiu Juan bergerak cepat, membentuk perisai energi yang bersinar keemasan. Petir menyambar perisai itu, menciptakan ledakan dahsyat yang memekakkan telinga, tapi Xiu Juan berhasil menahan serangan itu. Pada saat yang sama, Qian Feng mengaktifkan teknik "Langkah Bayangan Membelah Langit," menghilang dari pan
Kemenangan besar yang diraih Negeri Ming tidak serta merta membuat negeri ini aman. Raja Dunia Persilatan yang mulai melihat kelemahan Negeri Ming mulai bergerak untuk menguasai Negeri Ming sehingga Negeri Ming akhirnya terbagi menjadi lima daerah kekuasaan yaitu :Dewa Racun Utara/Zhao Yun : Raja Dunia Persilatan Distrik Utara MingPendekar Pedang Barat/Chen Tian : Raja Dunia Persilatan Distrik Barat MingDewi Naga Timur/Liu Yin : Ratu Dunia Persilatan Distrik Timur MingPendekar Mabuk Selatan/Zhao Long : Raja Dunia Persilatan Distrik Selatan MingKaisar Bela Diri Pusat/Huang Ming : Raja Dunia Persilatan Distrik Pusat MingZhou Shen yang akhirnya memilih Sasha untuk menjadi pasangan hidupnya, kembali ke Eternity Nirvana bersama cinta sejatinya, membawa dendam membara di hati Dewi Naga Emas.Kepergian Zhou Shen ke Eternity Nirvana inilah yang membuat Negeri Ming terbagi menjadi lima kekuasaan besar yang dipimpin oleh masing-masing Raja Dunia Persilatan.Putri Qian Feng akhirnya memaafk
Kekalahan Naga Shankar adalah pukulan telak bagi Khan Agung. Sang raja Mongol, yang dikenal sebagai penguasa tak terkalahkan, berdiri di atas medan perang yang kini mulai berbalik melawan dirinya. Namun, amarahnya tidak surut. Dengan tatapan penuh kebencian, dia mengangkat tangannya ke langit, melafalkan mantra kuno yang menggema seperti gemuruh badai."Aku tidak akan kalah di tangan kalian, manusia lemah!" serunya, suaranya mengguncang bumi. Dari balik langit yang mulai memerah, aura hitam pekat berkumpul di sekeliling tubuh Khan Agung. Di kejauhan, sosok naga berwarna hitam legam dengan mata merah membara muncul dari balik awan.“Naga Hitam Tiamat!” seru Sasha dengan kengerian di wajahnya.Semua pasukan Ming dan Eternity Nirvana terpaku, termasuk Zhou Shen. Naga itu tidak hanya besar tapi ia adalah legenda, makhluk purba yang dianggap sebagai perwujudan kehancuran.“Zhou Shen, kita harus menghentikannya sebelum dia menghancurkan semuanya!” seru Kalindra, pedangnya menyala dengan kek
Saat pertarungan memuncak, medan perang menjadi ajang pertunjukan kekuatan yang melampaui batas manusia. Naga Shankar, raksasa hitam yang kini mengamuk, menyerang pasukan Ming tanpa henti. Kepakan sayapnya menciptakan badai yang menggulingkan barisan pertahanan, sementara api birunya membakar segala yang disentuhnya.Zhou Shen berdiri di hadapan Zhang Ming. Nafas mereka berat, masing-masing menggenggam senjata dengan penuh kebencian. "Kau mengkhianati segalanya, Zhang Ming. Aku akan memastikan kau tidak melangkah lebih jauh!""Pengkhianatan?" Zhang Ming terkekeh, suaranya penuh ejekan. "Aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk bertahan hidup. Kau hanya anak kecil yang terjebak dalam masa lalu. Lihatlah siapa yang menjadi pemenang sekarang!"Zhang Ming meluncur ke depan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Pedangnya, yang berselimut aura kegelapan, menebas ke arah Zhou Shen. Namun, Zhou Shen, dengan reflek yang terlatih selama bertahun-tahun, menangkis serangan itu denga
Di tengah kemegahan Istana Mongol, Khan Agung duduk di atas takhta emasnya, wajahnya gelap seperti badai yang mengancam. Suara dentang lonceng perang bergema di seluruh aula, menandakan bahwa amarah sang raja telah mencapai puncaknya.“Shanxi tidak boleh berdiri setelah ini!” bentak Khan Agung, suaranya menggema keras. “Aku tidak akan membiarkan Negeri Ming memandang rendah kekaisaranku. Siapkan Naga Shankar. Kita akan menyapu Shanxi hingga menjadi abu!”Di hadapan Khan Agung, Ryu Zhen berdiri dengan kepala tertunduk, meskipun matanya memancarkan api dendam. Kekalahan di Shanxi telah menghancurkan egonya, tetapi itu juga membakar tekadnya untuk membuktikan bahwa ia adalah pendekar sejati.“Aku akan menuntaskan semuanya,” katanya lirih namun penuh keyakinan. “Aku akan menghancurkan Zhou Shen dan saudara kembarku. Dendam lama ini akan berakhir di medan perang berikutnya.”*****Kota Shanxi kembali dilanda kekacauan saat ribuan pasukan Mongol menyerbu di bawah naungan malam. Namun, yang
“Aku tidak akan lupa penghinaan ini, Ryu Zhin,” gumamnya dengan nada berapi-api, matanya membara penuh tekad. “Kita akan bertemu lagi, dan kali itu kau tidak akan selamat!”Di sisi lain, kemenangan ini tidak dirayakan dengan gegap gempita. Zhou Shen memimpin para pasukan naga yang masih utuh untuk mengevakuasi Shanxi dari kerusakan lebih lanjut. Sasha dan Kalindra, meskipun memimpin dengan karisma luar biasa, menyadari bahwa medan perang ini hanya sebagian kecil dari ancaman besar yang sedang berkembang.Zhou Shen berjalan mendekati Zixuan yang kini duduk di punggung Meraharani yang terluka. Naga merah itu mengerang pelan, napasnya berat, namun tatapannya tetap tajam. Zixuan memandang Zhou Shen dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.“Kau datang tepat waktu, seperti biasanya,” ujar Zixuan, mencoba tersenyum meski wajahnya memucat.“Kau bertahan lebih lama dari yang kuduga,” balas Zhou Shen, suaranya tenang namun penuh penghargaan. “Tidak mudah melawan naga emas dan Ryu Zhen.”Zixuan me
Setelah berhasil mendapatkan Nagarium dan menyegel perjanjian damai antara Heaven Eden dan Eternity Nirvana, Queen Savitri merasa utangnya kepada Zhou Shen tak akan terbalas dengan mudah. Di dalam hati, dia tahu ada rasa yang lebih dalam—sebuah cinta yang perlahan tumbuh terhadap Pendekar Naga Putih itu.Namun, Zhou Shen tetap memandang lurus pada tujuannya. Dia harus menemukan Paman Zhang, pria yang kini terungkap sebagai pembunuh orang tuanya. Kebencian yang membara di dalam dirinya membuatnya menolak untuk menyerah pada perasaan apa pun, termasuk cinta.Di aula besar kerajaan, Queen Savitri memanggil Zhou Shen dan menyerahkan Artefak Naga Waktu, sebuah artefak kuno yang mampu membuka portal waktu dan mengembalikan Zhou Shen ke masanya. "Dengan ini," ujar Savitri, suaranya bergetar, "kau bisa kembali dan menghadapi takdirmu di masa depan. Aku ingin kau tahu, Zhou Shen, aku akan selalu mendukungmu."Namun, Zhou Shen mengejutkan semua orang dengan keputusannya. "Aku tak bisa kembali s
Langit Shanxi memerah oleh api dan energi yang melesat dari pertarungan sengit antara naga merah Meraharani dan naga emas yang dikendarai Ryu Zhen. Namun, kekuatan gabungan naga Mongolia dan kehebatan Ryu Zhen perlahan memukul mundur para penjaga Shanxi. Meraharani terluka parah, sayapnya compang-camping, dan Arlang terempas ke tanah dengan raungan lemah.Zixuan berdiri di punggung Meraharani yang limbung, darah mengalir dari luka di lengannya. Napasnya berat, namun matanya tetap menatap Ryu Zhen yang bersiap mengakhiri perlawanan mereka."Ini akhirnya, Putri Zixuan," ujar Ryu Zhen, mengangkat pedangnya yang bercahaya emas. "Shanxi akan jatuh, dan kau akan menyaksikan kehancurannya!"Namun, sebelum pedangnya terayun, langit mendadak terbelah oleh kilatan cahaya putih. Dari celah dimensi yang terbuka di tengah angkasa, seekor naga putih raksasa muncul. Ia bergerak dengan kecepatan luar biasa, seperti bayangan yang tak dapat dilacak. Dengan raungan yang mengguncang bumi, naga itu mengha
Pemanah menarik busur mereka, api membara di ujung panah. Ketika pasukan musuh mendekat, aba-aba diberikan, dan panah-panah itu dilepaskan, melesat seperti hujan meteor ke arah barisan depan Mongolia. Suara panah menghantam perisai dan tubuh terdengar nyaring, namun pasukan musuh terus maju, tidak terhentikan.Di sisi lain, Zixuan mengeluarkan sesuatu dari kantong kecil di ikat pinggangnya—sebuah kristal berwarna biru kehijauan. Itu adalah Artefak Jiwa Langit, peninggalan kuno yang mampu memanggil kekuatan besar, tetapi dengan harga yang mahal."Aku tidak punya pilihan lain," gumamnya. Ia mengangkat kristal itu tinggi-tinggi, memusatkan energinya. Angin di sekitar Zixuan berputar kencang, rambutnya melayang, dan suara gemuruh datang dari dalam kristal itu. Cahaya biru terang meledak, menarik perhatian semua orang, termasuk Darjikhun.Di kejauhan, salah satu naga penjaga, seekor naga putih dengan tubuh yang ramping dan gerakan anggun, mendekati Zixuan. Namanya Arlang, naga angin yang d
Pertarungan di langit Shanxi dimulai dengan ledakan besar. Meraharani menerjang dengan kekuatan yang luar biasa, mulutnya terbuka, menyemburkan api merah menyala yang menembus langit kelabu. Naga hitam Mongolia menghindar dengan manuver tajam, sayapnya yang besar menciptakan pusaran angin yang membuat debu dan batu kecil beterbangan di bawah. Raungan mereka menggema, memenuhi udara dengan ketegangan dan kengerian.Di atas tembok kota, para pemanah Shanxi bersiap, busur mereka terangkat, ujung panah mengarah ke naga Mongolia. Perwira yang memimpin mereka, seorang pria dengan wajah keras dan mata tajam, berteriak, "Tunggu aba-aba dari Tuan Putri! Jangan tembak sebelum waktunya!"Di alun-alun, Zixuan memejamkan matanya sesaat, menghubungkan pikirannya dengan Meraharani. Ia tidak hanya memanggil naga itu, tetapi juga menyatukan tekad mereka. Suara Meraharani menggema dalam benaknya, tenang namun penuh kekuatan."Aku bersamamu, Zixuan. Kita tidak akan kalah."Di langit, naga hitam meluncur