Namun sebelum ia bisa menyentuh kitab itu, sebuah sosok besar muncul di hadapannya—penjaga terakhir, naga raksasa yang terbuat dari energi murni, matanya bersinar dengan kebencian yang mendalam. Naga ini bukanlah makhluk biasa. Ia adalah penjaga terakhir dari ilmu tersebut, dan hanya yang benar-benar layak yang bisa mengambilnya.Shin Kui Long tahu bahwa ini adalah ujian terakhirnya. Dengan tekad yang membara dan keberanian yang tak tergoyahkan, ia bersiap untuk menghadapi naga raksasa itu, dengan satu tujuan di pikirannya: untuk menguasai Ilmu Jiwa Sutra dan mengalahkan Dewa Bandit demi keselamatan dunia persilatan.Naga energi murni yang muncul di hadapan Shin Kui Long berdiri dengan kemegahan dan keangkeran luar biasa. Sisiknya berkilauan, dan setiap hembusan napasnya memancarkan kekuatan yang dapat menghancurkan pegunungan. Shin Kui Long dapat merasakan aura naga tersebut, yang jauh lebih kuat dari apa pun yang pernah ia hadapi sebelumnya.Di sisi lain, kitab Ilmu Jiwa Sutra berki
Shin Kui Long dan Shiu Ling tiba di Pulau Arak dengan tenang, tanpa menghadapi rintangan yang berarti. Udara di pulau tersebut terasa berat oleh aura spiritual yang kuat, namun itu tak mengganggu perjalanan mereka. Ketika mereka bertemu dengan Dewa Mabuk, sosok tua yang penuh kebijaksanaan, Dewa Mabuk segera menyadari bahwa tantangan selanjutnya yang harus dihadapi oleh Shin Kui Long adalah sesuatu yang lebih besar daripada sekadar ilmu kultivasi yang ia peroleh."Aku tahu kau telah mendapatkan Ilmu Jiwa Sutra, ilmu kuno yang luar biasa kuat," kata Dewa Mabuk, matanya yang keruh menatap tajam ke arah Shin Kui Long. "Namun, untuk menghadapi Dewa Bandit, kau membutuhkan lebih dari sekadar kultivasi. Kau perlu mempelajari teknik yang bisa menghancurkan pertahanan ilmunya. Aku sarankan kau bertemu dengan Dewa Pendekar di Pegunungan Pendekar."Shin Kui Long mengangguk dengan tegas. "Dewa Pendekar? Ilmu apa yang bisa ia ajarkan padaku?""Tapak Pendekar Sakti, sebuah teknik yang telah melege
Shin Kui Long berdiri di hadapan Dewa Pendekar Wei Lin di tengah-tengah Pegunungan Pendekar, tempat yang tenang namun penuh energi. Angin lembut berhembus, membuat pepohonan bergoyang pelan, dan kabut tipis menutupi pemandangan di kejauhan. Di sinilah ia akan mempelajari Tapak Pendekar Sakti, teknik yang telah melegenda selama berabad-abad.Wei Lin, seorang pria paruh baya yang masih gagah dengan mata tajam penuh pengalaman, melangkah mendekat. "Kui Long, siapkah kau? Jurus-jurus ini bukan hanya soal teknik dan kekuatan fisik, tapi soal bagaimana kau memadukan pikiran, tenaga dalam, dan keberanian."Kui Long mengangguk tegas. "Aku siap, Dewa Pendekar."Wei Lin mengangkat tangannya perlahan. "Jurus pertama adalah Tapak Langit Membelah Gunung. Ini adalah fondasi dari semua jurus lainnya. Kau harus memusatkan seluruh tenaga dalammu ke telapak tangan. Rasakan kekuatan yang kau serap dari bumi dan langit, lalu salurkan ke tanganmu."Kui Long mengikuti petunjuknya. Ia memusatkan energi dari
Terakhir, Wei Lin memperkenalkan puncak dari semua jurus. "Ini adalah jurus terakhir, Tapak Gunung Menunduk. Kekuatanmu harus terkonsentrasi dalam satu titik, menciptakan pukulan yang mampu menghancurkan apapun yang ada di depannya, seakan-akan gunung itu sendiri menunduk di bawah kekuatanmu."Wei Lin menghantam tanah dengan satu pukulan, menciptakan retakan besar yang membentang jauh. Kui Long menelan ludah. "Aku harus menciptakan kekuatan sebesar itu?"Wei Lin mengangguk. "Ya, tapi jangan tergesa-gesa. Pusatkan seluruh kekuatanmu, seluruh tenaga dalammu, ke satu titik kemudian lepaskan dalam satu pukulan yang sempurna."Kui Long mengumpulkan semua energi yang ia miliki, berlatih selama berhari-hari tanpa henti. Akhirnya, ketika ia merasa telah menguasainya, ia melepaskan pukulan yang menghantam tanah dan menciptakan retakan besar, menandakan kekuatan yang besar dari jurus ini.Kui Long berdiri di tengah retakan besar yang baru saja ia ciptakan. Napasnya terengah-engah, tetapi ada ra
Shin Kui Long dan Wei Hua berangkat menuju Kota Phoenix Api, tempat legendaris yang terkenal sebagai pusat kultivasi kuno dan rumah bagi Dewi Phoenix, seorang ahli yang tersohor dengan kecantikan dan kekuatannya yang menakjubkan. Setelah melewati lembah-lembah yang tandus dan pegunungan terjal, mereka akhirnya tiba di gerbang Kota Phoenix Api, di mana api suci menyala di sekelilingnya, memberi kesan mistis dan mengintimidasi.Kui Long dan Wei Hua melangkah dengan hati-hati, mata mereka terpaku pada api yang seakan-akan hidup, menari di udara tanpa bahan bakar yang terlihat. Ketika mereka mendekati istana megah di pusat kota, dua penjaga berzirah emas muncul di hadapan mereka.“Kalian datang untuk bertemu Dewi Phoenix?” tanya salah satu penjaga dengan suara tegas.Kui Long mengangguk. "Kami diutus oleh Dewa Pendekar Wei Lin untuk mempelajari Kitab Jiwa Sutra dan teknik kultivasi kuno dari Dewi Phoenix."Setelah saling menatap sejenak, para penjaga membuka jalan, mempersilakan mereka ma
Setelah menguasai Kitab Jiwa Sutra dan teknik kebangkitan rahasia dari Dewi Phoenix, Shin Kui Long merasa kekuatan dalam dirinya melonjak pesat. Ia bisa merasakan energi baru yang mengalir lancar di meridiannya, dan kini tubuhnya lebih kuat dari sebelumnya. Bersama Wei Hua, ia meninggalkan Kota Phoenix Api, membawa tekad yang semakin bulat untuk menghadapi Dewa Bandit yang hampir menewaskan Dewa Mabuk dan mengancam keselamatan dunia persilatan."Terima kasih atas semua ajaran yang telah kamu berikan kepada kami, Dewi Phoenix ... aku tidak akan melupakannya," ucap Kui Long sambil mengepalkan tangan dan membungkuk memberi salam hormat sebelum meninggalkan Kota Phoenix Api.Dalam perjalanan kembali menuju Gunung Pendekar, tempat Dewa Pendekar Wei Lin menunggunya, Wei Hua, dengan kepribadian yang mulai membuka diri terhadap Kui Long, berbicara sambil menunggang kuda di sisinya.“Kau sudah berubah, Kui Long. Aku bisa merasakannya. Bukan hanya kekuatanmu yang meningkat, tapi juga ketenangan
Saat perjalanan mereka mendekati Gunung Pendekar, suasana yang semula tenang berubah menjadi mencekam. Shin Kui Long merasakan kehadiran energi gelap yang menyelimuti sekitarnya, sama seperti sebelumnya saat ia bertemu salah satu dari Tiga Dewa Penjagal. Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda, lebih berbahaya.Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul seorang pria bertubuh besar dan bertampang bengis, mengenakan baju zirah hitam yang berkilau di bawah sinar matahari yang terhalang awan. Wajahnya dipenuhi luka, dan tatapannya penuh kebencian. Di tangannya terdapat gada besar yang dipenuhi paku besi. Energi jahat mengalir dari tubuhnya, membuktikan bahwa ini adalah salah satu dari Dewa Penjagal."Long Shin!" Pria itu menggeram. "Aku Dewa Penjagal Kedua, dan kau takkan bisa lari kali ini."Kui Long segera bersiap, namun sebelum ia bisa bergerak, terdengar jeritan dari Wei Hua. Seketika, darahnya terasa membeku saat ia melihat Wei Hua ditangkap oleh dua pria berpakaian serba hitam yang mu
Pertarungan antara Shin Kui Long dan Dewa Penjagal Kedua semakin memanas. Udara di sekitar mereka terasa berat, dipenuhi oleh aura kematian yang memancar dari Dewa Penjagal Kedua. Dengan gada raksasa di tangannya, Dewa Penjagal mengayunkan senjatanya dengan kekuatan luar biasa, menyebabkan tanah di bawahnya retak setiap kali gada itu menghantam tanah.Kui Long, dengan tubuhnya yang gesit, terus menghindar dengan lompatan akrobatik dan menggunakan jurus Tapak Pendekar Sakti yang ia pelajari dari Dewa Pendekar Wei Lin. Setiap kali Dewa Penjagal menyerang, Kui Long membalas dengan gelombang energi yang melesat dari tangannya, mengirimkan serangan balik yang cukup kuat untuk membuat lawannya mundur beberapa langkah."Jurus pertama, Tapak Naga Menyusup Langit!" Kui Long berteriak saat melompat tinggi ke udara, menghantamkan tangannya ke bawah. Dari gerakan itu, muncul bayangan naga yang meluncur cepat menuju Dewa Penjagal Kedua. Serangan ini cukup cepat dan kuat, namun Dewa Penjagal berhas
Lembah Jiwa Hitam kembali sunyi, seakan tidak ada yang pernah terjadi. Namun, di pusat kehancuran tempat segel dimensi tadi terbentuk, tanah yang menghitam mulai merekah. Dari retakan itu, muncul kabut gelap yang berputar seperti angin topan kecil, membentuk sosok wanita dengan rambut putih panjang yang berkibar seperti api. Matanya bersinar merah menyala, penuh dengan kebencian dan kekuatan yang tak terbatas.Putri Shu bangkit. Tubuhnya telah berubah sepenuhnya, jauh dari manusia biasa. Energi kegelapan yang ia segel di dalam dirinya kini menyatu sempurna, memberikan kekuatan yang bahkan Mustika Iblis Suci tak pernah miliki. Kulitnya pucat seperti pualam, dan senyumnya membawa aura dingin yang menusuk jiwa siapa pun yang melihatnya.“Kui Long,” desisnya, suaranya terdengar seperti perpaduan antara keanggunan seorang dewi dan kegilaan seorang iblis. “Kau meninggalkanku begitu saja... tapi aku tidak akan pernah melupakanmu.”Ia memandangi tangannya, yang kini memancarkan aura hitam yan
Ketika cahaya itu mereda, Putri Shu terjatuh ke tanah. Tubuhnya kembali seperti semula—rambut putih, kulit pucat, tetapi matanya yang merah kini telah kehilangan kilatan kebencian. Ia menatap Kui Long yang jatuh berlutut, pedangnya tertancap di tanah untuk menopang tubuhnya.“Kau…” bisik Putri Shu, air mata perlahan mengalir di pipinya. “Mengapa kau tidak membunuhku? Aku mencoba menghancurkanmu.”Kui Long tersenyum lemah. “Karena aku tahu… kau tidak pernah benar-benar menginginkan ini. Kau hanya menjadi korban kegelapan. Sama seperti aku pernah menjadi korban dendam.”Putri Shu menggenggam tangannya yang gemetar. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi suara gemuruh di langit menghentikannya. Dari awan gelap yang tersisa, bayangan besar muncul—sesosok makhluk yang bahkan lebih mengerikan dari naga iblisnya.“Kegelapan sejati tidak pernah pergi,” kata suara yang dalam dan mengerikan. Makhluk itu adalah perwujudan energi iblis yang dilepaskan dari Mustika Iblis Suci, kini berkumpul menjadi
Ketika debu mereda, Kui Long berdiri dengan tubuh yang hampir hancur, darah mengalir dari setiap luka di tubuhnya. Teknik Nirvana Surya telah menguras hampir seluruh energinya, membuatnya hanya bertahan karena tekad semata.Putri Shu bangkit perlahan, rambut putihnya kini berantakan, dan matanya yang merah kehilangan sebagian cahayanya. Namun, tatapan kebenciannya masih kuat. “Kau pikir ini sudah selesai, Kui Long?” bisiknya, suaranya penuh kemarahan.“Tentu saja belum,” jawab Kui Long dengan suara yang lemah, tetapi matanya bersinar dengan tekad. “Aku akan terus berjuang, selama aku masih hidup.”Pertarungan mereka belum benar-benar berakhir, tetapi untuk saat ini, dunia memiliki harapan kecil, meskipun keduanya telah meninggalkan luka yang mendalam di sepanjang jalan mereka.Putri Shu melangkah maju, tubuhnya kini dibalut aura hitam pekat yang berdenyut seperti jantung. Setiap langkahnya menciptakan getaran di tanah, dan serpihan energi dari ledakan sebelumnya perlahan melayang ke a
Shin Kui Long memantapkan posisinya saat naga iblis Putri Shu menyerang, mengoyak tanah di bawahnya dengan cakarnya yang raksasa. Dengan kilatan pedangnya yang bersinar terang, Kui Long mengayunkan serangan pertama, Aurora Sunstrike, sebuah jurus cahaya yang menghancurkan kegelapan di sekitarnya dan membuat naga iblis itu melengking kesakitan. Namun, makhluk itu hanya mundur beberapa langkah sebelum melancarkan serangan balik, semburan api hitam yang tampaknya membakar bahkan udara itu sendiri.“Apakah itu yang terbaik darimu, Kui Long?” Putri Shu mengejek dari atas benteng. Tubuhnya kini diselimuti pusaran energi hitam yang semakin pekat, kekuatannya memancar seperti badai yang tak terkendali. “Kekuatan cahaya yang kau banggakan tidak cukup untuk menghentikan kegelapan yang telah menyatu denganku.”Kui Long tak menjawab. Ia menghindari serangan naga dengan lompatan yang luar biasa tinggi, menggunakan Heavenly Step Technique, yang memberinya kelincahan di udara. Sementara itu, ia meng
Malam itu, Kui Long berdiri di puncak tebing yang menghadap ke Lembah Iblis, tempat kekaisaran baru Putri Shu mulai berakar. Di kejauhan, benteng kristal hitamnya bersinar redup di bawah cahaya bulan, tampak seperti mahkota gelap yang menusuk langit malam. Angin membawa aroma tajam dari api unggun dan suara-suara samar dari pasukan iblis yang sedang berjaga.Mei Lin berdiri di belakangnya, tangannya mencengkeram erat kantong kecil berisi obat-obatan yang ia siapkan untuknya. “Kau yakin ini waktunya?” tanyanya, suaranya penuh keraguan. “Kekuatanmu belum sepenuhnya matang. Teknik Nirvana Surya masih terlalu baru—kau belum menguasainya sepenuhnya.”Kui Long tidak segera menjawab. Ia menatap ke lembah dengan mata yang tenang, tetapi di balik ketenangan itu, pikirannya bergolak. Ia tahu Mei Lin benar, tetapi ia juga tahu bahwa semakin lama ia menunggu, semakin besar kekuatan Putri Shu tumbuh. Setiap detik yang ia habiskan untuk bersiap adalah waktu bagi kegelapan untuk menelan dunia.“Aku
Kui Long membuka gulungan Teknik Nirvana Surya di bawah temaram cahaya lentera. Mata Mei Lin yang penuh penasaran memandang dari kejauhan, namun ia tidak berani mendekat. Aura yang terpancar dari gulungan itu seakan menyelimuti ruangan dengan kehangatan aneh, bertolak belakang dengan hawa dingin yang mendominasi malam.Tulisan-tulisan kuno pada gulungan tampak hidup, membentuk pola-pola bercahaya yang bergerak seperti aliran sungai. Namun, Kui Long tahu, mempelajari teknik ini bukan hanya soal membaca—ini tentang menyelaraskan jiwa. Ketika ia mulai mengatur pernapasan dan fokus pada intisari gulungan itu, sebuah suara lembut terdengar di pikirannya."Hanya mereka yang mampu menerima kebenaran sejati dalam terang dan gelap yang dapat menggunakan kekuatan ini tanpa hancur."Kata-kata itu menembus batinnya, membuka kembali luka-luka yang selama ini ia coba abaikan—rasa bersalah menghancurkan Mustika Iblis Suci, kekecewaan pada dirinya sendiri karena menciptakan ancaman baru dalam diri Pu
Malam menelan dunia saat Kui Long meninggalkan pegunungan tempat Elder Tian Bai tinggal. Angin dingin merasuk hingga ke tulangnya, tetapi ia tidak berhenti berjalan. Gulungan Teknik Nirvana Surya tersimpan di dalam jubahnya, terasa berat bukan karena fisiknya, melainkan beban tanggung jawab yang menyertai. Jalan di hadapannya kini penuh dengan ketidakpastian, namun satu hal yang pasti—Putri Shu semakin kuat setiap detiknya.Di kejauhan, bayangan lembah gelap yang dahulu dikenal sebagai tanah terlarang mulai menyebarkan terornya. Desas-desus tentang sosok Dewi Kegelapan Abadi meresahkan para kultivator. Kota-kota kecil diselimuti ketakutan; makhluk-makhluk dari dimensi gelap yang dipanggil oleh Putri Shu muncul untuk merusak, menebar kekacauan. Tidak ada yang berani melawannya, karena setiap perlawanan berakhir dengan kehancuran.Kui Long menyusuri jejak kehancuran itu, mengetahui bahwa setiap langkah membawanya lebih dekat kepada pertemuan yang tak terhindarkan. Namun, tubuhnya yang m
Kui Long berdiri di tengah Lembah Jiwa Hitam, yang kini berantakan akibat pertarungan dahsyatnya dengan Raja Shu. Darah mengalir dari luka-luka di tubuhnya, tetapi bukan rasa sakit fisik yang menghantam hatinya, melainkan kekosongan yang menyelimuti jiwanya. Mustika Iblis Suci telah dihancurkan, Raja Shu musnah, namun warisan kegelapan yang ditinggalkan oleh keluarga Shu tidak berakhir di sini.Putri Shu—dulu seorang wanita yang penuh cinta dan keberanian—kini menjadi ancaman yang bahkan lebih menakutkan daripada ayahnya. Kegelapan iblis yang terkunci dalam Mustika Iblis Suci telah menemukan tempat baru untuk bersarang yaitu di tubuh dan jiwa sang putri. Kui Long tahu bahwa kehancuran mustika itu adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan penindasan Raja Shu, tetapi ia tidak menyangka bahwa tindakannya akan menciptakan musuh yang tak pernah ia inginkan.***Di puncak gunung es yang jauh dari Lembah Jiwa Hitam, Putri Shu merenungi perubahan dirinya. Kulitnya yang putih pucat, rambutn
Hancurnya Mustika Iblis Suci menciptakan ledakan energi yang mengguncang Lembah Jiwa Hitam, memaksa semua yang hadir mundur. Kui Long, berdiri di tengah kehancuran, merasakan beban berat yang hilang namun tergantikan oleh hawa dingin yang menusuk. Dia menatap Putri Shu, yang tubuhnya mulai berubah.Kulit yang sebelumnya bercahaya kini perlahan memutih, seperti marmer yang kehilangan kehidupannya. Rambut hitam panjangnya memutih sepenuhnya, berkilauan di bawah sinar bulan. Namun, yang paling mencolok adalah perubahan pada wajahnya—tetap muda tetapi kini pucat, seperti mayat hidup. Matanya yang dulu penuh kasih berubah menjadi dingin dan dipenuhi kebencian.Putri Shu memandang dirinya dengan tatapan kosong, lalu menatap Kui Long dengan kebencian yang membakar dadanya."Kau... menghancurkanku," suaranya kini dingin, tanpa emosi yang pernah ia miliki. "Aku memberimu hatiku, dan ini balasanmu? Kau adalah monster yang lebih buruk dari ayahku!"Kui Long mencoba mendekatinya, tetapi dia mundu