Kui Long memutar tubuhnya dengan kecepatan kilat, melancarkan pukulan mematikan ke arah Putri Shu yang melayang di udara. Gelombang energi dari serangan itu meretakkan tanah di bawah mereka, menciptakan jurang yang semakin lebar. Namun, Putri Shu hanya tertawa dingin, melesat turun dengan pedangnya yang bersinar merah pekat, penuh energi iblis."Kui Long, ini bukan hanya kekuatanku," ucapnya, suaranya menggema dengan nuansa makhluk lain yang menyeramkan. "Ini adalah kehendak kegelapan itu sendiri."Dia mengayunkan pedangnya dengan kekuatan yang cukup untuk membelah gunung. Serangan itu melepaskan semburan energi iblis yang mengoyak langit, menghancurkan segala yang ada di jalurnya. Kui Long menangkisnya dengan tangan kosong, tapi dampaknya membuat tubuhnya terpental beberapa meter ke belakang."Kau pikir kegelapan bisa mengalahkan cahaya begitu mudah?" Kui Long berdiri dengan nafas terengah, tangannya bersinar terang, penuh dengan Qi Nirvana Surya. "Aku telah melampaui batas diriku de
Kui Long berdiri di tengah kawah yang terbentuk dari ledakan terakhir, tubuhnya gemetar akibat kelelahan, tapi matanya tetap penuh tekad. Dari seberang, Putri Shu bangkit perlahan, wajahnya dipenuhi amarah yang murni. Rambut putihnya berkibar liar, memancarkan aura iblis yang begitu pekat hingga udara di sekitarnya bergetar."Kau pikir bisa menyelamatkanku dengan cahaya itu?" ejeknya dengan senyum yang menusuk. "Cahaya hanya membuat kegelapan ini semakin haus akan kehancuran."Putri Shu mengangkat kedua tangannya, menciptakan pusaran energi gelap yang menghisap segalanya. Dimensi Kegelapan Abadi, sebuah jurus yang menciptakan ruang alternatif penuh kegelapan murni. Langit menghilang, dan mereka berdua kini berada di dunia gelap tanpa batas, di mana hanya kilatan energi iblis dan Qi surya yang saling bertabrakan menjadi sumber cahaya.Kui Long merasakan tekanan luar biasa. Setiap tarikan napas seperti menyerap kegelapan ke dalam tubuhnya. Dia tahu, jika terlalu lama berada di sini, tub
Kui Long terjatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal. Dia menatap Putri Shu yang juga terduduk dengan darah mengalir di sudut bibirnya.Pertarungan mereka belum selesai, tapi keduanya tahu bahwa akhir dari pertarungan ini akan mengubah dunia—entah menuju kehancuran total atau keseimbangan yang baru.Putri Shu menghapus darah dari sudut bibirnya, matanya bersinar merah tajam, seperti bara api yang siap meledak kapan saja. Dengan satu gerakan tangan, rambut putihnya melesat liar, memanjang dan berkelok-kelok seperti ular yang hidup. Dari rambut itu, aura iblis memancar, menciptakan tekanan luar biasa yang membuat tanah di sekitar mereka retak."Kui Long," suara Putri Shu terdengar dingin dan menghantui, "kau pikir dirimu pantas melawanku? Kau hanya membawa kehancuran, dan aku adalah kehancuran itu sendiri!"Dengan satu gerakan tangan, dia melancarkan Tapak Iblis Rambut Putih, sebuah teknik yang memanfaatkan rambutnya sebagai medium serangan. Rambut-rambut itu membentuk tapak raksasa, m
Putri Shu mengangkat kedua tangannya, dan rambut putihnya yang panjang mengembang liar di sekitarnya, menciptakan pusaran angin iblis yang menderu-deru. Rambut itu tidak lagi hanya menjadi senjata, tetapi kini menjelma menjadi sosok-sosok bayangan yang menyerupai makhluk iblis. Bayangan-bayangan itu melesat ke arah Kui Long dengan kecepatan yang sulit diikuti mata."Dunia ini sudah hancur! Tidak ada yang bisa menyelamatkannya, Kui Long!" teriak Putri Shu, suaranya menggelegar, menggema di langit yang kini dipenuhi awan kelam.Kui Long, dengan napas tersengal, menyiapkan teknik terakhirnya. Dalam kondisi terluka parah, dia mengumpulkan Qi-nya hingga ke titik maksimum. Tubuhnya memancarkan cahaya keemasan yang memukau, dan gerakannya mulai semakin tak terduga. Ini adalah puncak dari Jurus Dewa Mabuk Kultivator: Langkah Cahaya Surgawi, di mana setiap langkahnya menjadi senjata yang mematikan, menghancurkan energi gelap di sekitarnya.Makhluk-makhluk iblis yang diciptakan oleh rambut Putr
Kui Long terbaring dalam keheningan, mendengarkan angin yang berhembus lembut, membawa bau tanah hangus dan kehancuran. Tubuhnya terasa seperti dihantam gunung, tetapi pikirannya tetap jernih. Dia menatap langit, menyaksikan cahaya matahari yang perlahan menembus awan kelam.Pikirannya melayang ke Negeri Song, tempat yang sangat istimewa di hatinya. Terutama terhadap Dewi Naga yang setia untuk menunggunya kembali. Ia juga belum menuntaskan janji kepada Yin Yin.Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Dari kejauhan, terdengar suara derap langkah cepat. Kui Long mencoba mengangkat kepalanya dan melihat sosok-sosok mendekat. Mereka adalah murid-murid dari Sekte Langit Emas, dipimpin oleh Zhang Yue, seorang pemimpin muda yang dikenal dengan kecerdasannya.“Dewa Iblis Gerbang Neraka!” seru Zhang Yue, wajahnya penuh kekhawatiran. Dia segera berlutut di samping Kui Long, memeriksa keadaannya. “Kau masih hidup, syukurlah.”Kui Long tersenyum tipis meski rasa sakit menjalari seluruh tubuh
Beberapa hari berlalu. Kui Long dirawat di sebuah tempat perlindungan rahasia yang dijaga ketat oleh murid-murid Sekte Langit Keemasan. Tubuhnya mulai pulih, meski rasa sakit masih sering datang. Zhang Yue sering mengunjunginya, membawa laporan tentang pergerakan Putri Shu dan tanda-tanda aktivitas kegelapan lainnya di Negeri Shu.“Ketua,” kata Zhang Yue suatu hari, “para tetua sekte sudah mengadakan pertemuan darurat. Mereka ingin kau hadir di Dewan Kultivator Agung. Kekuatanmu dan pengalamanmu melawan Putri Shu sangat berharga untuk strategi mereka.”"Jangan memanggilku Ketua, kamu tetap ketua Sekte Langit Emas!" ucap Kui Long dengan tulus."Tapi, Ketua ... kami telah lama menunggu kembalinya ketua!" bantah Zhang Yue.Kui Long mengangguk pelan. “Aku akan pergi. Jadi aku belum bisa memimpin kalian sekarang, tapi aku janji akan tetap menjadi bagian dari Sekte Langit Emas. Semua ini bukan hanya tentang strategi. Aku perlu mencari tahu sumber kekuatan Putri Shu. Jika kita hanya bertahan
Malam itu, angin di puncak gunung tempat Dewan Kultivator Agung berdiri terasa menusuk tulang. Di langit, bulan tampak redup, seolah ragu menampakkan cahayanya di dunia yang berangsur diliputi bayangan. Kui Long berdiri di tepi jurang, matanya menatap jauh ke lembah di bawah yang dipenuhi kabut. Ia merasakan keheningan ini seperti firasat buruk, sesuatu yang lebih besar dari sekadar ancaman Putri Shu.Zhang Yue mendekat dengan langkah pelan. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya, menyodorkan secangkir teh hangat yang menguarkan aroma herbal.Kui Long menerima cangkir itu, tetapi tidak langsung meminumnya. "Aku memikirkan kegelapan ini," katanya pelan. "Aku tahu Putri Shu hanyalah bagian dari teka-teki besar. Dia bukan musuh terakhir. Ada sesuatu... sesuatu yang mengintai di balik semua ini."Zhang Yue mengangguk, pandangannya serius. "Kami telah menemukan jejak baru di reruntuhan Dunia Iblis Negeri Shu. Tampaknya ada entitas yang lebih tua dan lebih kuat daripada Putri Shu. Para tetua men
Pertempuran Kui Long melawan Jenderal Bayangan dimulai dengan keheningan yang mencekam, hanya dipecahkan oleh gemerisik angin gelap yang berputar di sekitar arena pertempuran. Jenderal Bayangan berdiri tegak, matanya yang merah bersinar seperti bara api, memandang Kui Long dengan penuh penghinaan."Kau hanyalah manusia," ujar Jenderal Bayangan dengan suara yang dalam, serak, dan menggema. "Kekuatanmu tidak cukup untuk melawan kehendak kegelapan."Kui Long tak menjawab. Ia hanya mengatur napasnya, merasakan Qi mengalir melalui meridian tubuhnya. Matanya menatap tajam, membaca setiap gerakan kecil dari lawannya. Dalam sekejap, Jenderal Bayangan melesat maju, menciptakan pusaran bayangan yang menggulung seperti ombak lautan.Kui Long bergerak dengan teknik Langkah Cahaya Surgawi, tubuhnya berubah menjadi kilatan emas yang sulit ditangkap mata. Setiap serangan bayangan yang mendekat dihancurkan dengan pukulan Qi yang memancar dari telapak tangannya. Namun, Jenderal Bayangan tidak menunjuk
Langit di atas Negeri Han berpendar merah keemasan, seolah merasakan ketegangan yang menyelimuti tanah di bawahnya. Angin berhembus kencang, membawa aroma darah dan baja, membelai wajah para kultivator dan prajurit yang berbaris di gerbang besar Negeri Kultivator. Mereka berdiri tegap, napas mereka tertahan, menunggu datangnya kekuatan dahsyat yang akan mengguncang dunia.Di kejauhan, cakrawala mulai menghitam. Awan gelap berputar, menciptakan pusaran energi yang mengancam. Dari dalam pusaran itu, muncul sosok-sosok menakutkan: pasukan Gerbang Neraka yang dipimpin oleh Dewa Iblis, bersatu dengan Dewa Persilatan Negeri Pendekar, Naga, dan Klan Naga dari Dunia Naga. Di langit, Naga Azteca melayang megah, sisiknya berkilau seperti berlian hitam, matanya bersinar merah menyala penuh kebencian. Di sisinya, Rubah Ekor Sembilan Yinyin melangkah anggun di udara, sembilan ekornya melambai-lambai, memancarkan aura memabukkan yang bisa melumpuhkan siapa saja yang menatapnya terlalu lama.Di bela
Matahari perlahan menyingsing di ufuk timur, sinarnya mengiris kabut tipis yang masih bergelayut di antara pepohonan raksasa. Embun berkilauan di dedaunan hijau, mencerminkan cahaya pagi yang merayap masuk ke dalam goa batu. Udara di dalamnya terasa lembap dan dingin, aroma tanah basah bercampur dengan asap samar dari obor yang hampir padam. Di sudut goa, rombongan Shin Kui Long duduk melingkar, wajah mereka menggurat kelelahan, namun di balik itu, tekad mereka tetap menyala.Dewa Pedang Wei Bu berdiri dengan sikap tegap, matanya tajam seperti bilah pedang yang siap menebas kebimbangan. Suaranya berat dan dalam saat berbicara, "Kui Long, dengarlah kebenaran yang pahit." Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya mengendap di udara sebelum melanjutkan. "Pedang Nirwana, yang kau impikan sebagai penentu nasib, kini telah jatuh ke tangan musuh. Immortal Lin Feng—seseorang yang pernah kau panggil sahabat dan membunuhmu di masa lalu—telah menemukannya lebih dahulu. Namun, ia bukan lagi pr
Malam telah larut ...Rombongan Shin Kui Long terpaksa bersembunyi di dalam goa di tengah hutan yang terpencil di Dunia Naga agar Klan Naga tidak berhasil menangkap mereka karena dianggap telah menghancurkan pemimpin mereka, Naga Iblis.Cahaya remang-remang dari obor yang tergantung di dinding gua berkelip pelan, menciptakan bayangan yang menari-nari di wajah Dewa Mabuk. Asap dari guci araknya berputar seperti naga kecil, menguarkan aroma menyengat yang bercampur dengan hawa lembab di dalam gua."Apa kau sudah memikirkannya dengan baik?" Suaranya berat dan dalam, menggema di ruang sempit itu.Shin Kui Long menatap lurus ke mata gurunya. Sorot matanya menyala seperti bara api yang ditiup angin. Rahangnya mengeras, tinjunya mengepal di sisi tubuhnya. "Sudah, Master! Aku akan menghancurkan Kaisar keparat itu agar hidupku tenang!"Dewa Mabuk terdiam sesaat, lalu tersenyum miring. "Kalau tekadmu sudah sekuat baja, aku tidak akan menghalangimu lagi. Bahkan, aku akan membantumu!"Kui Long me
Lin Feng menapaki jalan setapak yang sepi, meninggalkan bayang-bayang kemegahan istana di belakangnya. Udara di luar terasa dingin dan menusuk, seakan meramalkan rintangan berat yang akan ia hadapi. Setiap langkahnya diiringi oleh desiran angin yang membawa aroma tanah basah dan bisikan-bisikan roh masa lalu, seakan alam semesta menguji tekadnya sebelum memasuki Pegunungan Langit Terlarang.Di lereng-lereng gunung, kabut tebal menyelimuti jalan, menciptakan labirin alam yang membingungkan. Lin Feng pun harus menggunakan insting dan pengalaman bertarungnya untuk tidak tersesat. Dalam keheningan malam yang penuh misteri, sesekali ia mendengar suara-suara halus, seperti jeritan para roh yang tersesat di antara pepohonan purba. Namun, setiap tantangan semakin menguatkan tekadnya: ia harus menemukan Pedang Nirwana, senjata sakral yang satu-satunya harapan untuk melukai Shin Kui Long.Di tengah perjalanan, langit mendadak bergemuruh. Petir menyambar tanpa peringatan, menerangi sosok-sosok b
Di tengah aula istana yang megah, di mana langit-langit tinggi dihiasi lukisan mitos dan lampu-lampu gantung berkilauan memantulkan cahaya keemasan di atas lantai marmer, Kaisar Han menatap tajam ke arah Immortal Lin Feng. Tatapan itu bagaikan sinar yang berusaha menembus kabut pikiran, membuat setiap sudut ruangan terasa penuh dengan harapan dan kegelisahan. Suara langkah kaki pejabat yang dulu terpaku ketakutan kini berubah menjadi bisikan pelan yang penuh harapan, seolah mereka percaya bahwa kehadiran Lin Feng—sosok legenda yang pernah menjatuhkan Dewa Iblis Gerbang Neraka—akan menjadi titik balik dalam menghadapi ancaman Shin Kui Long.Lin Feng, dengan wajahnya yang tenang namun matanya menyimpan kilau tekad, tahu dalam lubuk hatinya bahwa pertempuran kali ini bukanlah sekadar pertarungan biasa. Ia sadar bahwa Shin Kui Long adalah entitas yang melampaui batas dunia kultivator, seorang dewa yang menguasai rahasia langit dan bumi. Dengan suara serak yang penuh ketegasan, Lin Feng me
Negeri Han bersinar bak permata di tengah dunia kultivator, seolah menantang kegelapan masa lalu. Sejak runtuhnya Dewa Iblis Gerbang Neraka—yang kejatuhannya bukan semata karena kehebatan Immortal dan kultivator Negeri Han, melainkan akibat fitnah licik dari Kaisar Han yang cemas akan bayang-bayang Shin Kui Long—kemenangan itu pun menyelimuti setiap sudut negeri.Pagoda megah yang pernah menjadi saksi bisu pengorbanan dan kejatuhan Dewa Iblis Gerbang Neraka kini telah dibersihkan dengan teliti, setiap ukiran batu di dalamnya memantulkan sinar mentari pagi yang lembut. Suara angin yang berdesir di antara celah-celah pagoda seakan menyanyikan lagu kemenangan, menambah kesan agung yang terpancar dari bangunan tersebut.Namun, di balik kemegahan istana dan semangat yang berkobar, Kaisar Han yang tengah menikmati kejayaannya belum menyadari bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui. Suatu pagi, ruangan rapat yang biasanya dipenuhi sorak-sorai kini berubah sunyi dan dingin. Udara terasa
Di tengah Lembah Kabut Iblis, kabut kelam berputar semakin padat, menciptakan suasana mencekam yang membuat udara terasa berat dan lembap. Kui Long dan Naga Azteca melangkah mantap, tatapan mereka tajam menatap siluet pria bertopeng yang berdiri di puncak reruntuhan kuil kuno."Kalian akhirnya datang," suara pria bertopeng itu bergema, penuh kekuatan yang menusuk sanubari. "Namun, kalian sudah terlambat. Segel telah dilepaskan, dan kini aku telah mencapai wujud asliku."Tiba-tiba, langit menggelegar, dan tubuh pria bertopeng itu mulai bergetar. Kabut pekat melesat menyelubungi tubuhnya, sementara raungan mengerikan menggema dari dalam dirinya. Topengnya retak, memperlihatkan mata berwarna merah menyala yang bersinar penuh kebencian. Dalam sekejap, tubuhnya berubah, membesar, kulitnya menghitam dan bersisik, tanduk-tanduk tajam mencuat dari kepalanya."Naga Iblis...!" seru Naga Azteca, matanya membelalak melihat sosok mengerikan yang kini berdiri di hadapan mereka.Dari tubuh pria bert
Di balik reruntuhan kuil tua, pria bertopeng itu berdiri tegak, siluetnya samar tertutup kabut senja. Matanya yang tajam menatap medan pertempuran yang kini sunyi, hanya menyisakan bekas darah dan tubuh-tubuh yang terkapar. Klan Naga Kembar telah gagal, tubuh mereka tergeletak tanpa daya, sementara angin malam membawa bisikan kehancuran."Menarik..." gumam pria bertopeng itu, suaranya dingin bak embun beku. "Mereka lebih tangguh dari yang kuduga."Ia berbalik, menatap tiga sosok bayangan yang berdiri tegap di belakangnya. Masing-masing memiliki aura mengerikan yang bergetar di udara."Kita harus mempersiapkan rencana berikutnya," lanjutnya. "Pastikan mereka tidak melangkah lebih jauh. Aku tidak ingin ada gangguan lagi."Ketiga bayangan itu hanya mengangguk sebelum menghilang dalam sekelebat kabut gelap.*****Di sisi lain, Kui Long, Naga Azteca, dan para sekutu mereka melangkah dengan hati-hati menuju Lembah Kabut Iblis. Suasana semakin mencekam seiring mendung yang bergelayut di lang
Di tengah malam yang pekat, Kui Long dan Naga Azteca menyusuri lorong-lorong sempit kota yang diselimuti bayangan. Mereka tidak menyadari bahwa setiap langkah mereka diawasi oleh mata-mata dari Klan Naga Kembar yang bersembunyi di kegelapan. Saat mereka tiba di sebuah alun-alun yang sunyi, bayangan-bayangan mulai bergerak, menampakkan sosok-sosok dengan senjata terhunus yang mengepung mereka.Salah satu dari mereka, dengan suara sedingin es, berkata, "Kalian sudah melangkah terlalu jauh. Pria bertopeng itu adalah milik kami."Kui Long dan Naga Azteca saling bertukar pandang, kemudian mengangguk. Mereka merasakan energi chi mengalir deras dalam tubuh mereka, mempersiapkan diri untuk pertempuran yang tak terelakkan. Denting senjata beradu segera memenuhi udara, menandakan dimulainya pertarungan sengit. Meskipun keterampilan mereka luar biasa, jumlah musuh yang banyak mulai membuat mereka kewalahan.Klan Naga Kmbar memiliki petarung-petarung tangguh yang sangat menyulitkan mereka berdua.