“Sudah pukul dua belas!” seru Tasya beberapa saat kemudian. “Apa kalian tidak ngantuk?”
“Ah, rasanya malam hari begitu cepat sih,” sahut Kevin kecewa.
“Benar, harusnya waktu jangan terlalu cepat,” sahut Anisa sambil menggeliat malas.
“Memangnya waktu punya nenek moyangmu!” protes Jaki.
“Kita harus cepat tidur. Aku ngantuk banget, besok pekerjaan kita masih banyak,” ujar Hera sambil menguap. Lalu bergegas naik menyururi tangga menuju kamar. Begitu melihat bed cover ia langsung menerjunkan diri.
Sebelum menyusul yang lain, Tasya memutuskan ke kamar mandi untuk buang air. Ia pelan-pelan menuju lorong menuju kamar kecil.Lampunya tidak seterang di ruang tamu atau ruang lainnya. Dalam lima menit, ia sudah keluar dari kamar mandi. Matanya masih belum ngantuk namun tidak ada kegiatan lag
Suara itu berasal dari luar gudang. Samy bergegas berlari keluar. Hera mengikuti dibelakangnya. Mereka sempat melihatsesuatuberlari terburu-buru masuk ke ladang jagung. Sangat cepat sehingga sulit dipastikan orang atau apa.Samy menahan tangan Hera yang bermaksud mengejar.“Jangan dikejar,” katanya sambil memperhatikan selajur tanaman jagung yang masih bergoyang-goyang.“Aku penasaran Sam!” lirihnya sambil menahan geram.“Aku takut kalau itu pencuri,” ujar Samy. “Kita tidak mungkin menangkap pencuri berdua.”“Kamu takut?” tatapan mata Hera mengecam.“Bukan itu,” sahutnya. Namun cewek itu sudah melangkah ke dalam rerimbunan jagung.“Dasar keras kepala!” gumam Samy. Ia tidak tega melihat cewek itu sendirian. Akhirnya nekat masuk mengikutinya masu
Tasya muncul dari dapur dan memberitahu waktunya sarapan pagi. Saat itu di ruang tamu, semua teman-temannya tengah duduk malas-malasan. Sejak matahari mulai menunjukkan kecerahannya, Tasya dan Hera sudah sibuk di dapur. Mereka memasak tumis buncis, sosis goreng dan telur dadar.Sarapan pagi berjalan sempurna. Mereka melupakan teror-teror yang tidak jelas.Diatas meja, tidak tampak tekanan atau kesedihan. Tasya dan Hera pun terlihat tampak seperti biasanya, mencoba menikmati suasana sarapan seperti yang lain.“Ah, sambal ini terlalu pedas.” Komentar Kevin buru-buru mengambil air minum dan menenggaknya.“Salah sendiri ambil sambal terlalu banyak,” ujar Tasya yang merasa membuat sambal.“Kev, kamu cowok macam apa sih, baru makan sambal saja sudah kepedasan,” celoteh Jaki menggoda.Kevin yang merasa
Setelah semua remaja menentukan pilihannya, kini tinggal Bagas dan Devan. Kubu Tasya meletakan nasib pilihannya pada cowok gendut itu. Setidaknya kalauia memilih pulang, paling tidak harapan terakhir ada pada Devan. Mungkin saja, Devan yang sudah mencurigai keanehan Pamannya mau berpihak pada kubunya. “Bagas,” kata Tasya penuh perhatian. “Kamu harus tentukan pilihanmu.” “Ayolah, Bagas.” Hera menimpalinya dengan nada geram. “Kita akan pulang hari ini juga.” Bagas membisu dalam duduknya yang gugup. Sesekali ia menatap Kevin disebrang meja lalu berganti menatap pada Samy. Dua orang ini seperti penentu pilihannya. Kevin memberikan segala kebutuhan dirinya meski sering kali menyakitinya. Sementara Samya, memberikan kenyamanan layaknya teman sejati. Namun ia sangat takut akan kemarahan Kevin. Membuatnya harus mengikuti kehendakinya. “Bagas,” kata Kevin menuntut. “Kamu
Samy, Tasya dan Hera memilih pergi menyurusi jalan beraspal. Mereka menolak ajakan Anisa yang mengatakan ada pertunjukkan menarik di tengah ladang. Entah itu pertunjukkan apa, yang jelas mereka tidak tertarik dengan sesuatu yang dilakukan oleh Kevin, Anisa dan Jaki. Samy kecewa, karena Bagas memilih bergabung bersama mereka ke ladang. Mereka tidak pergi tanpa rencana. Tasya mendesak Samy untuk pergi mencari informasi tentang desa yang aneh itu. Menurut Tasya, biarpun tidak bisa keluar dari desa itu, paling tidak bisa mencari tahu rahasia di dalamnya. Mungkin mereka sudah berjalan, sepanjang tiga kilo meter. Tepat di tikungan, Hera melihat ada rumah bercat putih. Samy memimpin jalan menuju ke rumah yang terbuat dari kayu jati itu. Mereka melewati selokan air yang hampir kering dengan sekali lompatan pendek. Lalu menapakkan kakinya di jalan setapak yang dikelilin
Devan merasa mual-mual. Pemandangan mengerikan itu membuat shock seektika. Ia masih belum memperrcayai sepenuhnya apa yang baru dilihatnya. Belum mengerti bagaimana bisa kepala Kakek Johan beradadi atas tiang pemancang orang-orangan sawah. Seseorang sudah membunuhnya secara sadis.Kecurigaannya sudah terbukti sejak polisi menemukan handphone, keanehan Paman Begi sejak berada didesa, juga keberadaan polisi di desa yang damai. Semua ketidakberesan itu ditujukan pada Pamannya.Iamenyimpan suatu rahasia pertanian Sriwilli. Sebagai cucu kesayangan, ia harus menuntut balas atas kematian kakek Johan.Sebelum mencari keberadaan Pamannya, Devan sempat memikirkan nasib Nenek Sita. Sejurus kemudian, menebarkan pandangan ke semua orang-orangan sawah, berharap bibinya ditemukan disana. Namun yang dicarinya tidak ditemukan. Hanya beberapa orang-orangan sawah yang terpancang tak bergerak.Belum lagi memikirkan rencana berikutnya, sebuah suara langk
*****Samy, Tasya dan Hera berlari sejauh mungkin di jalan beraspal. Lari meninggalkan rumah monster orang-orangan sawah. Mereka tidak ingin mati konyol seperti pemilik rumah.Samy harus berlari dengan pincang. Kakinya mengalami cidera serius. Bekas goresan kuku makhluk itu menyisakan perih. Darah masih menetes pelan sepanjang jalan yang dilalui.Untuk kesekian kalinya, Tasya berhenti untuk mengambil nafas. Dadanya terasa panas terbakar. Nafasnya memburu, kembang kempis di hidungnya yang kecil mancung. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, seperti yang lain.“Kita harus istirahat dulu!” Tasya berseru disela-sela nafasnya yang memburu. “Aku sudah nggakkuat banget nih.”Tasya setengah berjongkok, menekan lututnya. Celana jeans yang dipakai terasa sesak disepanjang kakinya yang jenjang. Ia menarik nafasnya pelan-pelan.“Ayolah Sya,” ujar Hera sambil celingukan ke segala arah. “Kita belu
*****Samy, Tasya dan Hera sudah berada dibak belakang mobil. Mereka masih menunggu Pak Tua yang belum bisa keluar dari jangkauan monster jahat itu.Ia masih berjuang mempertahankan diri dari tangan-tangan kering berkuku tajam yang siap mencabik tubuhnya.Ia panik, ketika menyadari peluru tak mampu melumpuhkannya.Keberingasan sosok tak kenal belas kasihan, tidak terkendali. Serangan tangan-tangan berkuku tajam sulit dihindari. Sampai membuat Pak Tuamemucat, karena terdesak. Kematian begitu dekat dengannya. Ketiga remaja diatas mobil hanya mampu menjerit ketakutan.Namun keberuntungan masih memihak. Dengan satu gerakan cepat, Pak Tuaberhasil memukulkan senapannya ke arah kepala makhuk itu. Kesempatan itu digunakan untuk melompat ke dalam mobil. Pak Tua memundurkan mobilnya, lalu menancapkan gas kuat-kuat. Makhluk mengerikan itu masih berdiri, menggeram keras ketika mobil tersebut meluncur kearahnya. Tak ayal, orang-orangan sawah ter
Pak Tua mengenalkan dirinyadengan nama Pak Raka. Ia hidup sebatang kara di tengah pertanian yang tak jauh dari Sriwilli. Masa mudanya lebih sering dihabiskan bersama dengan Pak Johan, kakeknya Devan. Mereka sama-sama mengabdikan dirinya padapertanian. Namun sejak mereka masing-masing berumah tangga, hubungan kedekatan mereka mulai renggang. Pak Raka ikut istrinya membuka lahan baru di desa sebelah, Seran. Tepatnya 13 km dari desa Sriwilli. Disana hidup bahagia bersama anak dan istrinya.Suatu ketika, setelah delapan tahu menikah, kejadian aneh menimpa keluarga Pak Raka. Istri dan anaknya yang baru berumur enam tahun, hilang di area pertanian milik Pak Johan. Segala upaya telah dilakukan untuk mendapatkan mereka, meski hasilnya sia-sia. Jejak maupun mayatnya pun tidak berhasil ditemukan. Polisi menyerah sampai dan menutup kasusnya.Seiring berjalannya waktu, Pak Raka sudah melupakan peristiwa itu. Melupakan kesedihannya ditn
Bab nektEuforia Menuju Farm JohanSebuah mobil jepp warna biru meluncur meninggalkan kota Kranviile. Terdapat enam penumpang dengan wajah penuh keceriaan. Mereka tak lain adalah Linda, Jean dan Farah. Sementara tiga lelaki, Roy dan tua temannya, Jo dan Kim. Mereka nekad berangkat ke Farm Sriwilli tanpa Tasya dan Hera. Sudah berbagai cara membujuk dan memaksa kedua cewek itu tetapi tak berhasil. Awalnya Linda memaksa Tasya dan Hera ikut serta sebagai pemangu perjalanan karena keduanya memiliki pengalaman banyak Farm Sriwilli.Setelah melewati hampir dua jam, mereka berhenti di sebuah kedai makan. Hal itu dikarenakan Jim ingin buang air kecil.Sambil menunggu cowok bertubuh gempal itu, Linda dan yang lain melihat-lihat area sekitar ladang jagung yang masih hijau segar. Mereka tak membeli perbekalan, karena Jean sud
Tak berapa lama seorang polisi lokal yang sedang berpatroli menemukan mobil terbengkalai. Dia memeriksa mobil dengan cup yang masih terbuka. Sesaat dia meneliti di sekitar ladang kering tapi tak menemukan siapa-siapa. Lalu polisi berusia setengah abad itu masuk ke ladang kering berisi semak. Dia berinisiatif mencari sumber mata air, karena sudah dipastikan pemilik mobil mencari air untuk mengisi radiator.Beberapa saat polisi itu melihat sungai kecil. Secara perlahan dan penuh waspada dia menelusuri sungai tersebut. Di sana dia agak kecewa karena tak menemukan siapa-siapa. Namun saat dia hendak berbalik, polisi itu secara tak sengaja terkatuk sesuatu yang menyebabkannya jatuh. Dia memekik tertahan, saat melihat seseorang tergeletak dengan mulut terbuka. Di bagian leher terdapat bekas jeratan atau cekikan kuat. Dia yakin, orang tak bernyawa itu adalah pemilik mobil yang terbengkalai di jalan.Se
Tidak membuang banyak waktu lagi bagi Samy untuk segera sampai di pertanian Sriwilli. Dengan menumpang angkutan yang membawa jerami kering, Samy menuju pertanian milik Johan Farm. Hanya membutuhkan waktu dua jam, dia sampai di rumah tua bekas kediaman keluarga Johan itu. Setelah turun, Samy menebarkan pandangan ke pertanian kering itu. Sekilas memorinya mengenang ladang jagung Johan Farm yang penuh dengan monster kutukan yang meninggalkan ceceran darah dari teman-temannya.Suasana panas, membawa Samy untuk segera masuk ke rumah tua milik Kakek Johan. Perlahan Samy melintasi pelataran luas itu. Kondisi rumah sepertinya sudah jauh berbeda dari tiga tahun yang lalu. Area sekitar rumah juga sudah lapang. Hanya menyisakan bekas batang jagung kering. Jadi pertanian tersebut terlihat tidak seseram dulu. Hanya saja Samy masih terus waspada karena bagaimanapun juga tempat itu masih
Suasana masih sore, ketika Samy berada dalam perjalanan bus menuju Sriwilli. Dia masih cemas ketika turun di perbatasan kota sudah malam. Karena jika malam, kendaraan umum menuju Sriwilli Farm sangat sulit. Jarang ada angkutan yang mau menuju ke desa kecil itu. Terlebih setelah tragedi mengerikan tiga tahun yang lalu.Samy mendengus kesal, ketika kekhawatirannya terjadi. Dia sampai di batas kota ketika malam turun. Itu artinya dia tidak bisa kemana-mana di tempat itu. Akhirnya dia memilih untuk mengingap di motel tersebut dan melanjutkan perjalananan esok harinya.Setelah memesan kamar, Samy langsung memutuskan istirahat. Rasa lelah benar-benar menyergap dirinya. Bukan lelah dari fisik saja, melainkan dari pikiran yang sepanjang perjalanan terus menyelimutinya. Terutama, saat dalam perjalanan tadi. Samy terus mendapat penglihatan Sriwilli Farm banjir darah. Darah dan mayat seperti lautan yang menggenang. Penglihatan itu sangat menger
Meskipun sudah lebih baik dan terbiasa hidup dengan pernglihatan masa depan, Samy masih sering dihantui mimpi-mimpi aneh dalam tidurnya. Dalam mimpi tersebut dia tiba-tiba berada di sebuah ladang jagung yang luas. Tempat asing itu nampak begitu mengerikan dengan ratusan burung gagak berterbangan di langit ladang tersebut. Sehingga ladang itu terlihat gelap seperti malam. Samy semakin terkejut begitu mendapati dirinya sedang terikat di tiang pemancang. Semakin meronta melepaskan diri, semakin kuat lilitan tali itu mengeratnya. Samy hanya bisa menjerit dalam belenggu yang mengerikan. Dan pada detik berikutnnya burung gagak lenyap entah kemana.Seolah ada dorongan kuat dalam hati, Samy kepikiran tempat mengerikan itu. Sehingga dia memutuskan untuk pergi kesana. Samy yang sudah tidak bisa menahan diri lagi, pergi ke Sriwilli keesokan harinya dengan berbekal uang yang diberikan Tasya tanpa sepengetahuan Hera.&
Tak menyangka sama sekali kalau nasib Samy perlahan berubah. Hal itu diawali dengan kekuatan penglihatan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Kekuatan yang awalnya membuatnya takut, perlahan mulai membawa keberuntungan. Setidaknya, Samy sudah mulai diharagai di kota Kranville. Sesuatu yang tak pernah dapatkan di tempat tinggal paman dan bibinya selama ini.Malam ini tak seperti biasanya, Tasya berkunjung ke tempat kosnya. Kunjungan cewek itu sontak membuat Samy salah tingkah. Terlebih ketika teringat pelukannya saat menolongnya dari kecelakaan itu.“Pastinya kamu belum makan malam?” tanya Tasya sambil menyodorkan kue kering yang sempat di toko seberang jalan.Samy mengangguk malu-malu. Sikapnya tak pernah berubah sejak dulu. Pemalu dan mudah salah tingkah.“Terima kasih,” jawabnya sambil mulai makan.Tasya memperhatikan cara makan Samy yang seperti k
Ternyata rencana ketiga cewek super tengil di kampus Kranville tidak main-main. Mereka memiliki tekad bulat untuk pergi ke pertanian Sriwili. Tentunya rencana itu tanpa sepengetahuan`pihak kampus karena jelas tidak akan disetujuinya. Mendengar rencana gila itu, Roy si berandal kampus serta dua temannya antusias saat Linda memberitahunya. “Kapan kita berangkat?” tanya Roy sambil membenarkan ikat kepalanya dari kain slayer. “Rencananya akhir pekan ini.” Jean memberitahu. “So, apa kita cuma berenam kesana?” tanya Roy lagi. “Siapa lagi?” sahut Linda. Roy tersenyum nakal. “Bagaimana dua cewek aneh itu?” Linda langsung tahu siapa yang dimaksud. “Mereka akan menentang rencana kita.” “Kok bisa?” Roy penasaran. “Kalau mereka ikut, tentu lebih
Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun. Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus. Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya. “Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera. Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun. “Sam, apa yang terjadi denganmu. Kita sudah lama sekali tak bertemu... Akhirnya Ta
Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun.Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus.Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya.“Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera.Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun.“Sam, apa yang