*****
Samy, Tasya dan Hera berlari sejauh mungkin di jalan beraspal. Lari meninggalkan rumah monster orang-orangan sawah. Mereka tidak ingin mati konyol seperti pemilik rumah.
Samy harus berlari dengan pincang. Kakinya mengalami cidera serius. Bekas goresan kuku makhluk itu menyisakan perih. Darah masih menetes pelan sepanjang jalan yang dilalui.
Untuk kesekian kalinya, Tasya berhenti untuk mengambil nafas. Dadanya terasa panas terbakar. Nafasnya memburu, kembang kempis di hidungnya yang kecil mancung. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, seperti yang lain.
“Kita harus istirahat dulu!” Tasya berseru disela-sela nafasnya yang memburu. “Aku sudah nggakkuat banget nih.”
Tasya setengah berjongkok, menekan lututnya. Celana jeans yang dipakai terasa sesak disepanjang kakinya yang jenjang. Ia menarik nafasnya pelan-pelan.
“Ayolah Sya,” ujar Hera sambil celingukan ke segala arah. “Kita belu
*****Samy, Tasya dan Hera sudah berada dibak belakang mobil. Mereka masih menunggu Pak Tua yang belum bisa keluar dari jangkauan monster jahat itu.Ia masih berjuang mempertahankan diri dari tangan-tangan kering berkuku tajam yang siap mencabik tubuhnya.Ia panik, ketika menyadari peluru tak mampu melumpuhkannya.Keberingasan sosok tak kenal belas kasihan, tidak terkendali. Serangan tangan-tangan berkuku tajam sulit dihindari. Sampai membuat Pak Tuamemucat, karena terdesak. Kematian begitu dekat dengannya. Ketiga remaja diatas mobil hanya mampu menjerit ketakutan.Namun keberuntungan masih memihak. Dengan satu gerakan cepat, Pak Tuaberhasil memukulkan senapannya ke arah kepala makhuk itu. Kesempatan itu digunakan untuk melompat ke dalam mobil. Pak Tua memundurkan mobilnya, lalu menancapkan gas kuat-kuat. Makhluk mengerikan itu masih berdiri, menggeram keras ketika mobil tersebut meluncur kearahnya. Tak ayal, orang-orangan sawah ter
Pak Tua mengenalkan dirinyadengan nama Pak Raka. Ia hidup sebatang kara di tengah pertanian yang tak jauh dari Sriwilli. Masa mudanya lebih sering dihabiskan bersama dengan Pak Johan, kakeknya Devan. Mereka sama-sama mengabdikan dirinya padapertanian. Namun sejak mereka masing-masing berumah tangga, hubungan kedekatan mereka mulai renggang. Pak Raka ikut istrinya membuka lahan baru di desa sebelah, Seran. Tepatnya 13 km dari desa Sriwilli. Disana hidup bahagia bersama anak dan istrinya.Suatu ketika, setelah delapan tahu menikah, kejadian aneh menimpa keluarga Pak Raka. Istri dan anaknya yang baru berumur enam tahun, hilang di area pertanian milik Pak Johan. Segala upaya telah dilakukan untuk mendapatkan mereka, meski hasilnya sia-sia. Jejak maupun mayatnya pun tidak berhasil ditemukan. Polisi menyerah sampai dan menutup kasusnya.Seiring berjalannya waktu, Pak Raka sudah melupakan peristiwa itu. Melupakan kesedihannya ditn
Malam semakin larut. Kelelahan dan kelaparan menghantui mereka semua. Namun sepertinya nafsu makan mereka telah lenyap. Teror mengerikan seharian, benar-benar menghilangkan selera makan mereka.Terlebih Kevin dan Anisa, duduk memisah dari yang lain. Mereka merasa kecewa pada perbuatan Devan dan Samy. Dan Kevin, merasa ada yang aneh pada diri Devan. Biasanya cowok itu senang dengan masalah dan semaunya sendiri.Hanya Pak Raka dan Pak Pram memilih berjaga-jaga. Mereka sudah kenyang melewati situas sulit. Makanan tidak terpikirkan saat ini. Serangkaian kejadian sudah menghilangkan rasa laparnya. Mereka sudah paham benar, tentang kejadian-kejadian berlalu. Dalam usianya yang tidak muda lagi, mereka mulai berpikir soal kematian. Dan kadang-kadang mereka menganggap kematian tersebut sebagai jalan yang terbaik.“Apa kau takut mati?” suara Pak Pram memecah pikiran Pak Raka yang tengah memeriksa senapannya. Ia baru kembali dari kamar mandi unt
Waktu hampir pagi, ketika Pak Pram terus berlari menjauh pelataran. Ia berusaha menjangkau mobil di seberang jalan. Tadi sempat menggerutu, soal kunci mobilnya yang lenyap dari kantong celananya. Tidak tahu bahwa salah satu dari para remaja itu pelakunya. Sesampainya di balik kemudi ia merasa lega. Kunci mobil tergantung disana. Ia tidak tahu, kalau mobilnya sudah disabotase oleh Kevin. Sejenak Pak Pram menguntuk pihak kantor polisi, yang tidak segera mendatangkan bantuan. Pak Pram sulit bernafas. Sejenak Polisi itu merasakan cairan kental di kemudinya. Ia baru menyadari darah berceceran dimana-mana. Pak Pram menyalakan stater. Namun sial, tidak berhasil. Sampai beberapa kali mencoba tetap tidak bisa. Pak Pram kesal dan memukul kemudi itu keras-keras. Tiba-tiba ketika sekali lagi mencoba, ternyata berhasil.Mesin mobil derukeras.Namuntidak menyadari apa yang sedang mengancamnya. Makhluk itu merayap diatas mobilnya. Bersiap melakukan sesuatu yang terb
Bersamaan dengan itu, tampaklah makhluk orang-orangan sawah berdiri sambil mengarahkan tangannya. Polisi muda itu segera mengangkat senapan. Belum sempat menarik pelatu, makhluk itu menerjang cepat. Tangannya menahan ujung senapan. Tangan yang lainmerobek perut,lalu mengangkat tubuhnya sampai tinggi. Melihat patnernya mengalami kejadian mengerikan, petugas polisi yang satunya lagi hanya mematung. Dari dalam ladang jagung, makhluk-makhluk serupabermunculan. Masing-masing dari mereka mencengkram tubuh polisi muda dan mencabik kuat-kuat. Mereka seolah sedang berpesta pora. Polisi yang tua, segera menaiki mobil dan melarikan diri bersama ketiga remaja itu. di belakangnya makhluk itu terus mengejar. Semakin lama semakin banyak. Mobil itu terus mengebut, sampai pada pemandangan yang sulit diduga. satu makhluk orang-orangan sawah sudah berada diatas mobil. Keseimbangan mobil terganggu, sebab diatas jendela mobil tangan-tangan itu menjunta
Dorrr Dorrr Suara tembakan menggema dalam gudang. Cukup membuat gerakan makhluk itu tertahan. Kedua tangan kering dan tajam, melemah dan jatuh mengiringi tubuh susunan daun-daunjagung kering ke lantai. Samy dapat melihat jelas, kepala makhluk itu hancur berantakan. Tasya dan Hera yang sudah pasrah, menyadari gerakan daun-daun jagung dilantai berhenti seketika. Seperti dikendalikan remote kontrol. Mereka menyaksikan kejadian itu seperti mimpi buruk.Mereka kemudian mengembalikan keberaniannya untuk keluar dari persembunyian. Diambang pintu, Paman Begi berdiri sempoyongan. Senapan masih tergenggam erat di tangannya. Sebagian tubuhnya menempel darah yang mengering. “Apa kalian baik-baik saja?” katanya sambil berjalan berjingkat seperti zombie. Punggung dan sebelah kakinya mengalami cidera serius. Tampang lelaki itu benar-benar memprihatinkan. “A—aku hampir mati, paman
Hera sudah berlari menjauh, saat suara ledakan terdengar sangat keras. Bahkan ia sempat terpental mengenai pematang, namun beruntung tidak menyebabkan luka apapun. Paman Begi sengaja memperdayai tiga makhluk itu supaya dekat dengan area ledakan. Mereka pun tidak bisa menghindari puing-puing api yang membakar tubuhnya dalam jarak kurang dari sepuluh meter. Namun monster orang-orangan sawah yang memangsa Kakek Johan berhasil menghindari kobaran api. Sosok itu seketika menyerang Paman Ben dan Hera. Tiba-tiba sebuah pukulan keras berhasil menjatuhkan makhluk tersebut kedalam kobaran api. Paman Begi dan Hera berhasil selamat. Mereka menyadari si penyelamat itu. Tasya berdiri dengan senyum yang dipaksakan. Tangannya masih gemetar memegang sepotong kayu.Ladang hijau terbakar. Dalam sekejab tempat itu berubah menjadi hangus dan gersang. Makhluk-makhluk mengerikan itu sudah lenyap. Dengan segera, mereka menyelamatkan Devan yang masih terikat
Tiga Tahun kemudian. Malam yang mencekam. Langit gelap gulita seperti arang hitam. Tidak ada tanda – tanda kehidupan malam. Meskipun sadar itu terjadi disebuah perkotaan modern. Berkali – kali dia mencari – cari orang lain di sekelilingnya. Kembali dia berpaling dan menebarkan pandangannya. Benar – benar pekat dan tidak bisa melihat apapun. Lalu dia berjalan terus mengikuti nalurinya. Tak berapa lama kemudian, dia menemukan sebuah cahaya terang. Dengan berjalan perlahan mendekati cahaya tersebut. Kemdian dia menemukan api unggung di tengah sepinya kota. Dia terus mendekati api ungung tersebut. Setelah meneliti di sekitat api unggun itu, dia tidak menemukan seseorang. Namun
Bab nektEuforia Menuju Farm JohanSebuah mobil jepp warna biru meluncur meninggalkan kota Kranviile. Terdapat enam penumpang dengan wajah penuh keceriaan. Mereka tak lain adalah Linda, Jean dan Farah. Sementara tiga lelaki, Roy dan tua temannya, Jo dan Kim. Mereka nekad berangkat ke Farm Sriwilli tanpa Tasya dan Hera. Sudah berbagai cara membujuk dan memaksa kedua cewek itu tetapi tak berhasil. Awalnya Linda memaksa Tasya dan Hera ikut serta sebagai pemangu perjalanan karena keduanya memiliki pengalaman banyak Farm Sriwilli.Setelah melewati hampir dua jam, mereka berhenti di sebuah kedai makan. Hal itu dikarenakan Jim ingin buang air kecil.Sambil menunggu cowok bertubuh gempal itu, Linda dan yang lain melihat-lihat area sekitar ladang jagung yang masih hijau segar. Mereka tak membeli perbekalan, karena Jean sud
Tak berapa lama seorang polisi lokal yang sedang berpatroli menemukan mobil terbengkalai. Dia memeriksa mobil dengan cup yang masih terbuka. Sesaat dia meneliti di sekitar ladang kering tapi tak menemukan siapa-siapa. Lalu polisi berusia setengah abad itu masuk ke ladang kering berisi semak. Dia berinisiatif mencari sumber mata air, karena sudah dipastikan pemilik mobil mencari air untuk mengisi radiator.Beberapa saat polisi itu melihat sungai kecil. Secara perlahan dan penuh waspada dia menelusuri sungai tersebut. Di sana dia agak kecewa karena tak menemukan siapa-siapa. Namun saat dia hendak berbalik, polisi itu secara tak sengaja terkatuk sesuatu yang menyebabkannya jatuh. Dia memekik tertahan, saat melihat seseorang tergeletak dengan mulut terbuka. Di bagian leher terdapat bekas jeratan atau cekikan kuat. Dia yakin, orang tak bernyawa itu adalah pemilik mobil yang terbengkalai di jalan.Se
Tidak membuang banyak waktu lagi bagi Samy untuk segera sampai di pertanian Sriwilli. Dengan menumpang angkutan yang membawa jerami kering, Samy menuju pertanian milik Johan Farm. Hanya membutuhkan waktu dua jam, dia sampai di rumah tua bekas kediaman keluarga Johan itu. Setelah turun, Samy menebarkan pandangan ke pertanian kering itu. Sekilas memorinya mengenang ladang jagung Johan Farm yang penuh dengan monster kutukan yang meninggalkan ceceran darah dari teman-temannya.Suasana panas, membawa Samy untuk segera masuk ke rumah tua milik Kakek Johan. Perlahan Samy melintasi pelataran luas itu. Kondisi rumah sepertinya sudah jauh berbeda dari tiga tahun yang lalu. Area sekitar rumah juga sudah lapang. Hanya menyisakan bekas batang jagung kering. Jadi pertanian tersebut terlihat tidak seseram dulu. Hanya saja Samy masih terus waspada karena bagaimanapun juga tempat itu masih
Suasana masih sore, ketika Samy berada dalam perjalanan bus menuju Sriwilli. Dia masih cemas ketika turun di perbatasan kota sudah malam. Karena jika malam, kendaraan umum menuju Sriwilli Farm sangat sulit. Jarang ada angkutan yang mau menuju ke desa kecil itu. Terlebih setelah tragedi mengerikan tiga tahun yang lalu.Samy mendengus kesal, ketika kekhawatirannya terjadi. Dia sampai di batas kota ketika malam turun. Itu artinya dia tidak bisa kemana-mana di tempat itu. Akhirnya dia memilih untuk mengingap di motel tersebut dan melanjutkan perjalananan esok harinya.Setelah memesan kamar, Samy langsung memutuskan istirahat. Rasa lelah benar-benar menyergap dirinya. Bukan lelah dari fisik saja, melainkan dari pikiran yang sepanjang perjalanan terus menyelimutinya. Terutama, saat dalam perjalanan tadi. Samy terus mendapat penglihatan Sriwilli Farm banjir darah. Darah dan mayat seperti lautan yang menggenang. Penglihatan itu sangat menger
Meskipun sudah lebih baik dan terbiasa hidup dengan pernglihatan masa depan, Samy masih sering dihantui mimpi-mimpi aneh dalam tidurnya. Dalam mimpi tersebut dia tiba-tiba berada di sebuah ladang jagung yang luas. Tempat asing itu nampak begitu mengerikan dengan ratusan burung gagak berterbangan di langit ladang tersebut. Sehingga ladang itu terlihat gelap seperti malam. Samy semakin terkejut begitu mendapati dirinya sedang terikat di tiang pemancang. Semakin meronta melepaskan diri, semakin kuat lilitan tali itu mengeratnya. Samy hanya bisa menjerit dalam belenggu yang mengerikan. Dan pada detik berikutnnya burung gagak lenyap entah kemana.Seolah ada dorongan kuat dalam hati, Samy kepikiran tempat mengerikan itu. Sehingga dia memutuskan untuk pergi kesana. Samy yang sudah tidak bisa menahan diri lagi, pergi ke Sriwilli keesokan harinya dengan berbekal uang yang diberikan Tasya tanpa sepengetahuan Hera.&
Tak menyangka sama sekali kalau nasib Samy perlahan berubah. Hal itu diawali dengan kekuatan penglihatan yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Kekuatan yang awalnya membuatnya takut, perlahan mulai membawa keberuntungan. Setidaknya, Samy sudah mulai diharagai di kota Kranville. Sesuatu yang tak pernah dapatkan di tempat tinggal paman dan bibinya selama ini.Malam ini tak seperti biasanya, Tasya berkunjung ke tempat kosnya. Kunjungan cewek itu sontak membuat Samy salah tingkah. Terlebih ketika teringat pelukannya saat menolongnya dari kecelakaan itu.“Pastinya kamu belum makan malam?” tanya Tasya sambil menyodorkan kue kering yang sempat di toko seberang jalan.Samy mengangguk malu-malu. Sikapnya tak pernah berubah sejak dulu. Pemalu dan mudah salah tingkah.“Terima kasih,” jawabnya sambil mulai makan.Tasya memperhatikan cara makan Samy yang seperti k
Ternyata rencana ketiga cewek super tengil di kampus Kranville tidak main-main. Mereka memiliki tekad bulat untuk pergi ke pertanian Sriwili. Tentunya rencana itu tanpa sepengetahuan`pihak kampus karena jelas tidak akan disetujuinya. Mendengar rencana gila itu, Roy si berandal kampus serta dua temannya antusias saat Linda memberitahunya. “Kapan kita berangkat?” tanya Roy sambil membenarkan ikat kepalanya dari kain slayer. “Rencananya akhir pekan ini.” Jean memberitahu. “So, apa kita cuma berenam kesana?” tanya Roy lagi. “Siapa lagi?” sahut Linda. Roy tersenyum nakal. “Bagaimana dua cewek aneh itu?” Linda langsung tahu siapa yang dimaksud. “Mereka akan menentang rencana kita.” “Kok bisa?” Roy penasaran. “Kalau mereka ikut, tentu lebih
Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun. Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus. Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya. “Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera. Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun. “Sam, apa yang terjadi denganmu. Kita sudah lama sekali tak bertemu... Akhirnya Ta
Sepulang acara karnaval membuat Tasya gelisah. Dia merasa harus segera membantu Samy secepatnya. Selain kasihan, dia juga masih merasa memiliki harapan cintanya kepada pria itu. Meskipun sekarang Samy tak memiliki pesona apapun.Hera memberikan usul supaya Samy mengontrak tempat dekat dengan kampus. Dengan syarat jangan sampai Linda dan kawan-kawannya tahu. Bisa gawat urusannya kalau sampai mereka tahu ada cowok simpanan. Mereka pasti akan mengira yang aneh-aneh dan bisa cepat viral di kampus.Keesokan harinya, Tasya dan Lindan menemui Samy di pasar Kranville. Awalnya mereka dibuat putus asa karena tak menjumpai pria tersebut. Namun ketika mereka hendak pulang, Samy muncul di depannya.“Aku akan membantumu. Ikutlah kami, Sam!” ujar Hera.Samy mengangguk. Tanpa sepatah kata sedikit pun.“Sam, apa yang