“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.
“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.
Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,
“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,
Ding!Aku sedang mengaduk sebuah adonan yang disiapkan oleh Devanna, aku sedang mengaduk campuran terigu, gula, garam mentega, susu, telur dan ragi kering. Aku disuruhnya untuk mengaduk dengan tanganku dan dengan senyuman yang sangat lebar. Itu adalah perintah langsung dari Devanna, sementara ia sedang mencetak beberapa kue kering untuk dimasukkan ke dalam oven.Devana bilang bahwa apabila kue diolah dengan suasana hati yang gembira, maka hasilnya akan sangat lezat dan aku hanya mengikutinya saja, walaupun hatiku sedang dalam keadaan khawatir dan benar-benar dalam tanda tanya tentang keberadaanku di sini. Aku tetap memasang senyuman terbesar dan terlebar yang aku punya.Beberapa kali aku melihat makhluk-makhluk aneh yang berlalu-lalang di depanku. Aku dan Devanna berada di sebuah rumah, berbentuk seperti jamur dengan warna putih merah dan memiliki dapur yang luar biasa l
"Sepertinya kita harus kembali ke kamarku, temanmu sepertinya sedang kebingungan. Ia sudah terbangun." Icap Devanna. Aku langsung berdiri dari sofa dan berjalan mengikuti Devanna. Untung saja kue-kue yang tadi dioven sudah masak dan sudah dikeluarkan. Devanna bilang, akan ada petugas yang membagikan kue-kue itu kepada semua penghuni tempat ini."Apa yang harus kita katakan kepada Lidya nanti?""Tenang saja... aku yang akan katakan kepadanya...""Apa?""Katakan saja yang sebenarnya!" Ucap Devanna santai."Devanna, tapi dia manusia biasa...ia bahkan tidak mengerti mengenai manusia serigala, apalagi mengenai peri!" Ucapku sekarang khawatir. Kami berjalan keluar dari rumah jamur itu menuju kamar Devanna."Sudahlah, kurasa ia bukan orang yang sulit untuk diberi penjelasan! Se
Ayah menghubungiku melewati telepati, saat ini masih pukul 4 dini hari.Ayah mengatakan bahwa di perbatasan para petugas patroli mencium bau yang menyerupai Sylvia dan Brandon, keadaan pack berubah menjadi bahaya.Aku disuruh ayah Untuk memindahkan Nadja, sementara ayah akan memindahkan Lydia ke tempat persembunyian di tempat lain. Aku langsung terduduk dan mencoba membangunkan Nadja. Ia tidur terlalu lelap, aku sudah berusaha menggoyangnya beberapa kali, namun Nadja sama sekali tak membuka matanya.Akhirnya aku menggendongnya dan langsung membawanya keluar kamar dan menuruni tangga, di depanku... sudah ada Charlie yang membopong Lidya dalam keadaan tertidur.Kami keluar dari rumah dan menelusuri hutan ke jalur yang hanya aku dan ayahku ketahui. Ini adalah jalur khusus menuju tempat persembunyian Devanna. Perempuan itu adalah seorang manusia serigala yang memiliki darah peri dari leluhurnya. Kami aka
"Kenapa kau memutuskan mundur...sayang?" Tanya Brandon dengan suara manja kepadaku.Aku dan Brandon sekarang berada di dekat gua, tak terlalu jauh dari pack Charlie. Aku memikirkan ulang sebuah hal...kalau aku membunuh Charlie dan anak-anakku...bukankah aku akan terpengaruh? Aku harus memastikan...kalau aku takkan melemah nantinya. Terlebih, aku mendapatkan kabar bahwa Balthier dan perempuan manusia itu bukanlah Erasthai. Tapi kenapa ia kabur ke pack ayahnya dan meminta pertolongan untuk melindungi perempuan itu?"Sayang....." Brandon memelukku dari belakang. Tangannya yang besar dan kasar meremas payudaraku dengan sensual. Ia tahu aku menyukainya, hanya satu hal...yang membuatku kesal...ia selalu berbau alkohol, menjijikkan."Diamlah! Aku sedang mengatur strategi.""Apa sayang....?" Brandon sekarang menciumi leher dan punggungku yang terbuk
“What did you see?” Kudengar Devanna bertanya dengan nada penasaran. Aku masih memucat dan tak bisa percaya dengan apa yang baru saja kulihat.Wajah Devanna tampak sangat penasaran, ia mendekatkan wajahnya ke depan wajahku, seperti ia ingin melihat lebih jelas ke wajahku.“Xander mencium seseorang, di bibir.” Ucapku memucat. Mengucapkannya ternyata lebih sulit.Devanna memundurkan wajahnya, ia terlihat menyesal. “Jangan langsung percaya dengan apa yang kau lihat, kau belum tahu yang sebenarnya….kan?”“Tapi…mereka berciuman. Devanna…apa ada cara untuk memutuskan hubunganku dengan Xander?”“Kau gila? Jangan gegabah…kau minta penjelasan dulu. Lagipula, kau tak bisa seenaknya memutuskan hubungan dengan Erasthaimu! Kau sudah terikat selamanya!” Jelas Devanna.Aku ingin menangis, namun sepertinya air mataku mengering, kalau saja aku bisa menangis mungkin akan l
“Xander…kau harus cepat kembali, keadaan pack sedang dalam gawat darurat!” Devanna memberitahuku dengan wajah panic.Mana bisa aku pergi ke pack, kalau aku belum menemukan Nadja…sudah dua hari ia hilang entah kemana aku sempat mengikutinya, aku sengaja berjalan beberapa langkah di belakangnya karena aku ingin memberinya sedikit privasi…memberikannya waktu untuk meredam amarahnya, namun saat aku kembali menengok ke arahnya ia sudah tak terlihat. Terakhir kali aku melihatnya berjalan di sebuah lapangan yang menjorok kea rah hutan di dekat gunung yang terlihat hitam pekat. Aku mencarinya sampai malam hari, bahkan aku berubah menjadi serigalaku agar bisa melihat dalam gelapnya malam, aku memutar dan berulang kali mengulanginya. Nihil.Aku menghubungi Devanna saat dini hari dan aku belum menemukan jejak Nadja sedikitpun. Devanna tertegun sesaat, ia seperti sedang berpikir. Lalu menit berikutnya ia bilang bahwa Nadja tersesat di hutan kelam. Sebuah nama t
Aku dan Tidus berlari, kami melewati barrier pembatas dari tempat ini menuju Black Blood pack. Saat aku dan Tidus tiba di pack, kami berlari menuju rumah ayah, dari sini aku bisa mencium bau darah yang sangat pekat. Apakah terjadi pertumpahan dara besar-besaran? Kenapa bisa tercium sejauh ini. Aku dan Tidus berlari semakin kencang. Jantungku berdetak dengan sangat cepat, karena tak sabar aku langsung berubah menjadi serigalaku, begitu juga dengan Tidus. Saat berlari dengan serigala kami, kami akan berlari dengan jauh lebih cepat.Ah tidak! Aku mencium darah semakin pekat, amis dan memuakkan. Aku langsung berpikir tentang ayah. Apa benar, Balthier ikut berkhianat dan menyerang pack ini? Kenapa ia bisa berubah pikiran?Pikiranku, kakiku, mataku dan semua sendiku serasa kaku, aku tak bisa berpikir dan bergerak melihat apa yang terjadi di depan mataku. Aku melihat ayah dalam wujud manusianya dan tak berpakaian berbaring lemah di atas tanah di pekarangan
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad