Aku baru saja dicium oleh Tidus. Apa tadi ia bilang? Biarkan di dapur? Apa maksudnya ciuman itu? Lalu kenapa ia menciumku?
Aku masih terpaku di tempat dengan semua bayangan kejadian beberapa menit yang lalu. Wajahku memanas, ia benar-benar telah menciumku!
Aku kembali ke kamar dan menunggu Nadja datang, sejauh ini Balthier sama sekali tak mengunjungiku. Apa ia sedang sangat sibuk? Atau ia sudah tak memperdulikanku? Jauh dari dalam hatiku, aku bersyukur ia tak datang…membuatku bisa berpikir sendiri dan mencoba memahami apa yang baru saja terjadi di tempat ini.
Ada sura ketukan pintu di luar, aku membukanya dan menampilkan Nadja dengan wajah cerah dan segarnya. Ia juga memakai sebuah jeans dan kaus santai.
“Lets go! Kau sudah makan?” Tanyanya saat kami menuruni tangga. Sebuah pertanyaan yang membuat aku dilemma, Ty bilang ciuman tadi hanya disimpan di dapur…jadi maksudnya aku
“How old are you?” Tanya Nadja kepada Ty yang berjalan paling depan. Ty mengajak mereka ke sebuah taman, tempat pembudidayaan tanaman yang ‘katanya’ memiliki koleksi paling lengkap di seluruh dunia. Nenek dari Xander memiliki hobi yang sangat ekstrim mengenai tumbuhan, berdasarkan penjelasan Ty di mobil tadi. Aku berjalan bersama Lidya…dua langkah di belakang Ty.“Me? Terlalu tua untuk kau ketahui…” Jawab Ty santai. Ia tak menoleh dan hanya berjalan di depan kami.Ini memang sebuah taman yang indah. Beragam bunga dan tanaman yang kutahu berasal dari negara luar, Asia bahkan Eropa.“Apa terlalu tua untuk dikenal?” Sekarang Lidya yang bertanya. Hah…pasti ia bingung mau menjawab.“Hmm…aku hampir empat puluh tahun.” Jawabnya pada akhirnya.Pada dasarnya kehadiranku di sini adalah sebuah pengorbanan. Pengorbana
“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,
“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,
Ding!Aku sedang mengaduk sebuah adonan yang disiapkan oleh Devanna, aku sedang mengaduk campuran terigu, gula, garam mentega, susu, telur dan ragi kering. Aku disuruhnya untuk mengaduk dengan tanganku dan dengan senyuman yang sangat lebar. Itu adalah perintah langsung dari Devanna, sementara ia sedang mencetak beberapa kue kering untuk dimasukkan ke dalam oven.Devana bilang bahwa apabila kue diolah dengan suasana hati yang gembira, maka hasilnya akan sangat lezat dan aku hanya mengikutinya saja, walaupun hatiku sedang dalam keadaan khawatir dan benar-benar dalam tanda tanya tentang keberadaanku di sini. Aku tetap memasang senyuman terbesar dan terlebar yang aku punya.Beberapa kali aku melihat makhluk-makhluk aneh yang berlalu-lalang di depanku. Aku dan Devanna berada di sebuah rumah, berbentuk seperti jamur dengan warna putih merah dan memiliki dapur yang luar biasa l
"Sepertinya kita harus kembali ke kamarku, temanmu sepertinya sedang kebingungan. Ia sudah terbangun." Icap Devanna. Aku langsung berdiri dari sofa dan berjalan mengikuti Devanna. Untung saja kue-kue yang tadi dioven sudah masak dan sudah dikeluarkan. Devanna bilang, akan ada petugas yang membagikan kue-kue itu kepada semua penghuni tempat ini."Apa yang harus kita katakan kepada Lidya nanti?""Tenang saja... aku yang akan katakan kepadanya...""Apa?""Katakan saja yang sebenarnya!" Ucap Devanna santai."Devanna, tapi dia manusia biasa...ia bahkan tidak mengerti mengenai manusia serigala, apalagi mengenai peri!" Ucapku sekarang khawatir. Kami berjalan keluar dari rumah jamur itu menuju kamar Devanna."Sudahlah, kurasa ia bukan orang yang sulit untuk diberi penjelasan! Se
Ayah menghubungiku melewati telepati, saat ini masih pukul 4 dini hari.Ayah mengatakan bahwa di perbatasan para petugas patroli mencium bau yang menyerupai Sylvia dan Brandon, keadaan pack berubah menjadi bahaya.Aku disuruh ayah Untuk memindahkan Nadja, sementara ayah akan memindahkan Lydia ke tempat persembunyian di tempat lain. Aku langsung terduduk dan mencoba membangunkan Nadja. Ia tidur terlalu lelap, aku sudah berusaha menggoyangnya beberapa kali, namun Nadja sama sekali tak membuka matanya.Akhirnya aku menggendongnya dan langsung membawanya keluar kamar dan menuruni tangga, di depanku... sudah ada Charlie yang membopong Lidya dalam keadaan tertidur.Kami keluar dari rumah dan menelusuri hutan ke jalur yang hanya aku dan ayahku ketahui. Ini adalah jalur khusus menuju tempat persembunyian Devanna. Perempuan itu adalah seorang manusia serigala yang memiliki darah peri dari leluhurnya. Kami aka
"Kenapa kau memutuskan mundur...sayang?" Tanya Brandon dengan suara manja kepadaku.Aku dan Brandon sekarang berada di dekat gua, tak terlalu jauh dari pack Charlie. Aku memikirkan ulang sebuah hal...kalau aku membunuh Charlie dan anak-anakku...bukankah aku akan terpengaruh? Aku harus memastikan...kalau aku takkan melemah nantinya. Terlebih, aku mendapatkan kabar bahwa Balthier dan perempuan manusia itu bukanlah Erasthai. Tapi kenapa ia kabur ke pack ayahnya dan meminta pertolongan untuk melindungi perempuan itu?"Sayang....." Brandon memelukku dari belakang. Tangannya yang besar dan kasar meremas payudaraku dengan sensual. Ia tahu aku menyukainya, hanya satu hal...yang membuatku kesal...ia selalu berbau alkohol, menjijikkan."Diamlah! Aku sedang mengatur strategi.""Apa sayang....?" Brandon sekarang menciumi leher dan punggungku yang terbuk
“What did you see?” Kudengar Devanna bertanya dengan nada penasaran. Aku masih memucat dan tak bisa percaya dengan apa yang baru saja kulihat.Wajah Devanna tampak sangat penasaran, ia mendekatkan wajahnya ke depan wajahku, seperti ia ingin melihat lebih jelas ke wajahku.“Xander mencium seseorang, di bibir.” Ucapku memucat. Mengucapkannya ternyata lebih sulit.Devanna memundurkan wajahnya, ia terlihat menyesal. “Jangan langsung percaya dengan apa yang kau lihat, kau belum tahu yang sebenarnya….kan?”“Tapi…mereka berciuman. Devanna…apa ada cara untuk memutuskan hubunganku dengan Xander?”“Kau gila? Jangan gegabah…kau minta penjelasan dulu. Lagipula, kau tak bisa seenaknya memutuskan hubungan dengan Erasthaimu! Kau sudah terikat selamanya!” Jelas Devanna.Aku ingin menangis, namun sepertinya air mataku mengering, kalau saja aku bisa menangis mungkin akan l