“Enough Xander!” Rintihku dengan berbisik.
Xander menggendongku dan masuk ke dalam bathtub bersamaku.
Ia menggendongku dan duduk di belakangku di dalam bath tub yang belum terisi air. Ia menyalakan kran air hangat. Selama menunggu air untuk penuh, tangan Xander menjelajah dan beberapa kali meremas buah dadaku. Aku menggigit bibir bawahku, menahan desahan yang memaksa ingin keluar dari mulut.
“Xander…ini sudah malam..aku lelah…ingat!” Rengekku, aku tak berdaya kalau Xander sudah menyentuhku seperti ini. Tangannya memiliki sihir yang bisa membuatku bergelinjang dalam sensasi terbang ke angkasa…sangat nikmat.
“Sush….” Jawab Xander masih mengelus beberapa area intimku.
“Tapi….”
“I want to do so many thing… right now! I could kiss you in every inch…and you will l
Aku baru mendapatkan tidur malamku setelah jam dua belas malam. Xander memiliki tingkat virilitas dan stamina yang sangat tak berimbang denganku aku mendapatkan tidur malamku karena aku yang tertidur di tengah medan pertempuran erotis Xander di atas ranjang. Ia seperti pria yang haus dan lapar, note…aku yang jadi makanannya sekaligus makanan penutupnya.Aku saat ini terbangun dan melihat di sebelah kananku, kasur Xander sudah kosong padahal ada banyak sekali yang ingin kuceritakan kepadanya. Termasuk urusan Lidya dan Ty. Aku memutuskan untuk langsung masuk ke kamar mandi dan berganti pakaian sebelum Xander datang dan membajak acara mandi pagiku dengan kemesumannya.Aku dengan cepat menyelesaikan urusanku dan berpakaian supel. Aku berencana mengajak Lidya dan Ty berjalan menuju sungai kecil yang waktu itu kulewati. Mungkin Ty bisa meminjam mobil milik Charlie? Selesai menyiris rambutku Xander datang, ia sudah rapih dengan pakaian semi formalnya.
Semalam aku menunggu dengan cemas, apakah Balthier akan mengunjungiku mala mini. Semenjak tiba di tempat ini, Balthier terlihat lebih serius dan sedikit lebih dingin. Mungkin efek ancaman terror oleh ibunya. Tempat ini adalah sebuah tempat yang aneh, aku menbyebutnya aneh karena rumah atau mansion ini terletak persis di tengah hutan lebat…apakah mereka tak takut ada binatang buas? Ah..bukankah waktu itu Balthier pernah menyebut serigala berkeliaran di tempat ini?Aku juga kaget dengan kehadiran Nadja, ia terlihat sangat natural di sini, walaupun aku belum sempat bertanya… sejak kapan ia di sini. Terlebih saat kulihat Nadja sudah sedikit lebih akrab dengan Charlie..ayah Balthier. Kebingunganku bertambah banyak karena kehadiran seorang pria dengan kulit eksotis dengan rambut kecoklatan dan sedikit streak pirang. Bukankah itu aneh? Pria itu tak mungkin perawatan di salon kan..maksudku..mendapatkan rambut seperti itu dengan alami..bukankah sangat luar biasa. Pria bernam
Aku baru saja dicium oleh Tidus. Apa tadi ia bilang? Biarkan di dapur? Apa maksudnya ciuman itu? Lalu kenapa ia menciumku?Aku masih terpaku di tempat dengan semua bayangan kejadian beberapa menit yang lalu. Wajahku memanas, ia benar-benar telah menciumku!Aku kembali ke kamar dan menunggu Nadja datang, sejauh ini Balthier sama sekali tak mengunjungiku. Apa ia sedang sangat sibuk? Atau ia sudah tak memperdulikanku? Jauh dari dalam hatiku, aku bersyukur ia tak datang…membuatku bisa berpikir sendiri dan mencoba memahami apa yang baru saja terjadi di tempat ini.Ada sura ketukan pintu di luar, aku membukanya dan menampilkan Nadja dengan wajah cerah dan segarnya. Ia juga memakai sebuah jeans dan kaus santai.“Lets go! Kau sudah makan?” Tanyanya saat kami menuruni tangga. Sebuah pertanyaan yang membuat aku dilemma, Ty bilang ciuman tadi hanya disimpan di dapur…jadi maksudnya aku
“How old are you?” Tanya Nadja kepada Ty yang berjalan paling depan. Ty mengajak mereka ke sebuah taman, tempat pembudidayaan tanaman yang ‘katanya’ memiliki koleksi paling lengkap di seluruh dunia. Nenek dari Xander memiliki hobi yang sangat ekstrim mengenai tumbuhan, berdasarkan penjelasan Ty di mobil tadi. Aku berjalan bersama Lidya…dua langkah di belakang Ty.“Me? Terlalu tua untuk kau ketahui…” Jawab Ty santai. Ia tak menoleh dan hanya berjalan di depan kami.Ini memang sebuah taman yang indah. Beragam bunga dan tanaman yang kutahu berasal dari negara luar, Asia bahkan Eropa.“Apa terlalu tua untuk dikenal?” Sekarang Lidya yang bertanya. Hah…pasti ia bingung mau menjawab.“Hmm…aku hampir empat puluh tahun.” Jawabnya pada akhirnya.Pada dasarnya kehadiranku di sini adalah sebuah pengorbanan. Pengorbana
“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,
“So what do you mean?” Aku berdiri dan menggebrak meja. Aku sangat marah saat mendengar usul yang diberikan Balthier barusan. Aku berada di ruang rapat para tetua, Ayahku, Balthier dan beberapa tetua pack ini hadir untuk membicarakan persiapan apabila benar terjadi penyerangan ke pack oleh ibuku.“Xander…tenanglah. Kita dengarkan dulu alasannya!” Ucap ayahku mencoba menenangkan.Sejak malam kedatangan Bakthier ke pack ini, rapat ini terus berlangsung…sebuah diskusi yang sangat pelik, karena seperti yang sudah kutebak…Balthier menjadi orang yang sangat menyebalkan. Ia terus menerus mengusulkan agar Nadja dan Lidya di pindahkan ke pack lain, karena mereka menurut Balthier adalah weak spot dari pack ini. Enath kenapa aku merasa pemikirannya sangat aneh. Bukankah ia datang ke sini karena khawatir atas keselamatan Lidya? Kenapa justru ia seolah membuang Lidya jauh…dan berarti kurang pengawasan dari kami. Dengan diasingkannya Nadja dan Lidya ke pack lain,
Ding!Aku sedang mengaduk sebuah adonan yang disiapkan oleh Devanna, aku sedang mengaduk campuran terigu, gula, garam mentega, susu, telur dan ragi kering. Aku disuruhnya untuk mengaduk dengan tanganku dan dengan senyuman yang sangat lebar. Itu adalah perintah langsung dari Devanna, sementara ia sedang mencetak beberapa kue kering untuk dimasukkan ke dalam oven.Devana bilang bahwa apabila kue diolah dengan suasana hati yang gembira, maka hasilnya akan sangat lezat dan aku hanya mengikutinya saja, walaupun hatiku sedang dalam keadaan khawatir dan benar-benar dalam tanda tanya tentang keberadaanku di sini. Aku tetap memasang senyuman terbesar dan terlebar yang aku punya.Beberapa kali aku melihat makhluk-makhluk aneh yang berlalu-lalang di depanku. Aku dan Devanna berada di sebuah rumah, berbentuk seperti jamur dengan warna putih merah dan memiliki dapur yang luar biasa l
"Sepertinya kita harus kembali ke kamarku, temanmu sepertinya sedang kebingungan. Ia sudah terbangun." Icap Devanna. Aku langsung berdiri dari sofa dan berjalan mengikuti Devanna. Untung saja kue-kue yang tadi dioven sudah masak dan sudah dikeluarkan. Devanna bilang, akan ada petugas yang membagikan kue-kue itu kepada semua penghuni tempat ini."Apa yang harus kita katakan kepada Lidya nanti?""Tenang saja... aku yang akan katakan kepadanya...""Apa?""Katakan saja yang sebenarnya!" Ucap Devanna santai."Devanna, tapi dia manusia biasa...ia bahkan tidak mengerti mengenai manusia serigala, apalagi mengenai peri!" Ucapku sekarang khawatir. Kami berjalan keluar dari rumah jamur itu menuju kamar Devanna."Sudahlah, kurasa ia bukan orang yang sulit untuk diberi penjelasan! Se
“Nadja…”“Nadja..” Bisikku.Aku melihat kelopak matanya bergerak perlahan. Sebuah kemajuan.“Nadja…”“Nadja..”Kepalaku terasa berat sekali, aku merasa berada di dalam dunia yang sangat gelap dengan tubuh yang sangat sakit. Seongatku...m Aku tadi memakan sebuah kue, lalu mengantuk. Tapi kenapa aku jadi seperti ini? Aku seperti sadar namun tidak bisa membuka mataku dan aku tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku tidak bisa merasakan Jemima berada di dalam tubuhku lagi. Apakah aku sudah mati? Apakah kue itu beracun?Aku, dalam keadaan seperti ini... Dan merasa sangat lama, mungkin berhari-hari atau berminggu-minggu atau berbulan-bulan? Yang jelas, aku berada dalam kehampaan yang sangat lama. Sampai aku merasa ada sebuah sentuhan di tanganku yang sangat dingin, teramat dingin seperti aku terkena frost note, seperti aku tertimpa oleh es batu yang teramat b
“Tidurkan ia di kasur!” Perintah Devanna saat tiba di kabin. Aku sangat khawatir dengan Nadja, karena tubuhnya tak sehangat biasanya.Setelah Nadja kutidurkan di ranjang, Devanna memeriksa tangannya…mungkin memeriksa nadinya, Chralie terlihat memucat… pandangannya beralih dari Nadja kepadaku.“Kau tak merasakan apapun, Xander?” Tanya ayah kepadaku, apa maksudnya?“Nope. Aku baik-baik saja. Apa maksudnya?”“Kalau terjadi apapun yang berbahaya kepada Nadja, kau akan merasakannya… setidaknya kau tak merasakan apapun…berarti tak ada yang serius dengan Nadja.” Jelas Charlie.Aku mengembuskan napas lega, ia benar. Aku tak merasakan apapun, tak ada rasa sakit. Masalahnya adalah aku tak bisa memanggil Jemima, dan Nadja di kepalanya. Aku sama sekali tak bisa menghubungi mereka scara telepati.Devanna, berdiri dan memandang Charlie dengan pandangan cemas. “Ini jauh lebih berbahaya daripada lu
Aku mencari Charlie dan Devanna di kabinnya. Ya, dugaanku benar. Mereka ada di sana."Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanyaku heran."Xander? Dimana Nadja?" Tanya Devanna menghampiriku dengan wajah gusar. Aku melihat ke arah ayahku yang duduk bersandar di sofa. Ada sebuah cast di kakinya yang terluka."Aku menyembunyikannya di trap door di kamar." Jawabku terus terang.Devanna tak langsung menjawab, ia menengok ke arah Charlie. Aku bisa merasakan ada yang salah di sini."Pamanmu datang!" Ucap Charlie! "Ia mau membunuhku! Sepertinya ia sudah mengambil alih pack house, entah yang lain." Jelas Charlie dengan wajah suram.Aku ingin percaya bahwa Nadja baik-baik saja. Ia aman, hanya aku yang tahu tempat itu...ya ia aman."Xander, ka
Aku dan Xander sampai di pack house, aku sempat kebingungan bagaimana cara kembali berubah menjadi manusia...karena aku akan berubah dalam keadaan telanjang, atau aku naik ke atas dalam bentuk serigala?"Wait! Kau pakai pakaianku!" Ucap Xander di dalam kepalaku.Aku menengok ke arahnya, serigala Xander berubah menjadi bentuk pria tinggi besar dan tanpa pakaian, ia dengan cepat memakai celana bahannya yang ternyata ia simpan di moncongnya, jadi selama ini ia membawa pakaian dengan menggigitnya! Wow! Smart!Ia lalu memberikan kausnya dan menunjukkannya kepadaku. Aku berubah...aku membayangkan diriku berkaki dua, dan rambutku yang sebahu... Jemari tangan, dan detik berikutnya aku berubah menjadi tubuh manusiaku. Xander langsung meloloskan kaus lewat kepalaku dan memasangkannya dengan sempurna.Jadilah aku dan Xander berada di depan pack house,
‘Kau penghianat!’ Ucapku kesal kepada Jem.‘Aku hanya memberitahu Cain!’ Jawabnya merasa tak bersalah.‘Sama saja!’Setengah jam setelahnya, Xander datang dengan membawa satu buah plastic berisi beberapa test pack. Ia sudah gila!Aku memandang aneh ke arahnya. “Kau beli berapa?”“Satu…untuk setiap merek.” Jawabnya menyerahkan semuanya kepadaku. Ada sekitar dua puluh stik pemeriksaan kehamilan dalam plastic itu.“Kau kira aku bisa mengeluarkan urin satu gallon? Untuk mengetes semua alat yang kau beli?” Jawabku kesal, aku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, setelah membaca instruksi aku melakukannya, walau dalam box instruksi dikatakan bahwa terbaik dilakukan pada urin pertama di pagi hari…ini hanya untuk memastikan saat ini. Besok pagi aku akan men
Aku dan Lidya ada di kelas ke dua dan terakhir kami di kampus hari ini.“Praktically, Kau akan keluar dari kampus ini…jadi kurasa kau di skors atau tidak, tak akan berpengaruh dnegan IPKmu? Kan?” Tanya Lidya.“Kau mengingatkanku atas derita hidupku Lidya!” Ucapku kesal.“Kapan kau pergi?” Tanyanya.“Xander bilang dalam dua minggu, ia harus berada di dalam pack. Aku meminta liburan, jadi mungkin kami akan pergi lebih awal.”“Kemana?”“Entahlah… Japan or Korea.”“Japan is cool. South Korea…is mouth watering.”“Mungkin Jepang. Ada yang ingin kulakukan di sana.”Lidya mengangguk dan diam, dosen kami telah datang. Aku berpikir, memang Lidya ada benarnya, mau aku belajar atau dapat skors sekalipun…tak akan berpengaruh dengan nilai akhirku. Karena pada akhirnya aku takkan berkuliah di sini lagi.
"Ty akan di sini bersama Lidya, sebagai gantinya ayah memintaku datang menggantikan tugas Ty. Ayah dan Devanna sepertinya kewalahan mengurus segalanya." Jelas Xander."Lalu...kalau kau nanti menjadi Alpha... Siapa yang menjadi Beta?""Aku masih harus mencari pengganti Ty, akan sangat egois kalau aku memilihnya lagi. Ia berhak menikmati hidupnya."Aku bergegas ke kelas pertamaku, hari ini sepanjang hari aku akan berada di kelas yang sama dengan Lidya. Sejak pagi aku menghiraukan Xander setelah berdebatan kami mengenai kembali ke pack.Ah…Itu dia, Lidya sudah duduk di kursi kelas dengan wajah merona dan berseri, pasti ia semalaman bersama Ty dan ia sudah mendengar kabar itu. Pantas sekali kalau ia sumringah seperti itu!“Lidya!” Sapaku dan langsung duduk di sampingnya.Lidya tersenyum sangat lebar melihatku.“Nadja,
Aku duduk di samping Lidya seperti biasa, kami mengikuti kelas seperti biasa. Aku tiba-tiba ingin ke toilet dan meminta ijin kepada dosen untuk keluar.Toilet di gedung ini terletak di pojok koridor. Hanya ada satu di lantai ini. Aku masuk dan menyelesaikan urusanku, setelah selesai aku mencuci tanganku di wastafel dan kudengar suara pintu bilik toilet terbuka dan tertutup. Aku bisa melihat seorang perempuan berjalan menuju wastafel di sampingku. Ia tersenyum, perempuan itu berambut merah dan berpakaian seksi...wajah yang sangat aku kenali. Cindy."Hai!" Sapaku berusaha tenang."Hai. Dunia sangat sempit, kita bertemu lagi di sini!" Ucapnya ia mencuci tangannya perlahan. Mata kami saling bertemu lewat cermin."Aku duluan. Bye!" Ucapku setelah selesai mencuci tanganku. Jujur saja aku ingin cepat keluar dari tempat ini....pergi menjauhinya...ja
“Mmh…Andrew…ia sengaja memantraiku.”Aku dan Xander berbarengan menjawab. “What?!”“Saat aku pulang ke kota ini, aku tak tahu…aku merasakan sebuah ketertarikan yang luar biasa kepada Andrew..bahkan melebihi perasaanku kepadanya dulu.” Jelas Lidya, ia menggenggam tangan Ty.Ty mengangguk. “Ya. Aku juga merasakan ada yang aneh dengan Lidya, beruntung aku datang ke sini.”“Ya. Dan Devanna memberinya waktu di sini lebih lama. Thanks God. Aku merasa seperti duniaku di selimuti nafsu dengan Andrew…di hari pertama kuliah… di parkiran..bahkan saat aku bersama Ty… aku membayangkannya dengan erotis.”“Lalu?” Xander bertanya sangat penasaran.“Ia manusia biasa. Itu jawaban atas pertanyaanmu. Tapi ia menggunakan seorang shaman untuk memantrai Lidya.” Ty yang menjawab.“Apakah itu mungkin?” Tanyaku.“Ya. Aku gila Nadja. Aku bertanya kepad