Suara benturan spatula dan wajan penggorengan terdengar sedikit berisik. Setelah direkcoki oleh bujukan menyebalkan dari Ervin, Rena akhirnya memilih mengiyakan dan langsung berjalan menuju dapur. Walaupun dengan dumelan yang tak pernah berhenti.
Sebenarnya ia dan Ervin sudah mengenal sejak dulu, hanya saja Ervin yang menyebalkan membuatnya memilih tak berurusan dengan cowok itu. Tapi sekarang, apa boleh buat. Prestasi Ervin di bidang bela diri membuat papi nya meminta bantuan pada Ervin untuk menjaganya.
Walaupun ia selalu menolak, papi nya pasti tak akan mau mendengarkan. Apalagi Ervin yang sudah beralih menjadi anak kesayangan papi selain bang Gilang.
Bicara soal Gilang, abang satu-satunya Renata itu kini tengah menuntut ilmu di negeri pamansam. Gilang tengah menempuh kuliah kedokterannya di salah satu universitas ternama di sana dan saat ini Gilang tengah bermain dengan s2 nya dan berjuang untuk mendapatkan gelar spesialis.
Karena itu, jika ada libur kuliah, Gilang lebih memutuskan berkujung ke rumah sakit rumah sakit besar di sana untuk menuntut ilmu lebih banyak lagi. Jadilah, Rena tak bisa leluasa bertemu dengan sang kakak, kecuali dirinyalah yang berlibur ke negara adi daya tersebut.
Hari ini Renata hanya menggorengkan dua potong ayam krispi untuk disantap Ervin. Ia tak mau terlalu merepotkan diri. Sedangkan Ervin, pria itu tertidur sesaat setelah Rena memutuskan berjalan menuju dapur.
Awalnya ia hanya ingin berbaring, namun rasa kantuk langsung menghampirinya membuat Ervin tertidur di sofa panjang di ruang tivi.
Renata sudah selesai menata piring dan mengambilkan nasi untuk Ervin lalu meletakkannya di atas meja makan. Setidaknya setelah ini ia bisa menikmati makanan yang tadi ia beli.
Setelah menata, Rena langsung berjalan menuju ruang tivi. Ia hendak berteriak namun segera ia urungkan saat netranya menatap Ervin tengah tertidur pulas.
Secara perlahan Renata melangkah tanpa menimbulkan suara. Ia berjalan sampai berjinjit dan langsung berjongkok mensejajarkan duduknya dengan kepala Ervin.
Ia menelusuri satu demi satu sisi wajah pria yang dianggapnya paling menyebalkan itu.
Renata dan Ervin hanya berjarak dua tahun. Ervin seumuran dengan Gilang. Mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun berbeda dengan hubungan Gilang dan Ervin yang berjalan baik, hubungan Rena Dan Ervin selalu diwarnai kerusuhan dan keributan yang membuat orang tua masing-masing geleng- geleng kepala.
Bahkan kedua orang tua tersebut tak bisa saling menyalahkan, karena memang anak mereka selalu begitu. Saat Ervin tenang, Rena akan bersiap membuat cowok itu naik darah, namun saat Rena tenang, Ervin akan mengeluarkan ilmu mengganggunya agar Renata tak betah dan kehilangan mood hari itu.
Tapi karena hubungan mereka yang seperti itulah, Irman merasa aman jika Rena dijaga oleh Ervin. Karena Irman melihat ada hal dari masing-masing mereka yang tak bisa dilepas. Dan bagi Irman, Rena dan Ervin tak bisa dilepas, walaupun keduanya tak pernah akur saat bertemu.
Dan ucapan Irman terbukti. Semalam Ervin yang tengah tidur pulas, mau merepotkan dirinya untuk mencari Rena yang Irman bilang belum pulang. Dan sekarang, sekesal apapun Rena, ia tak akan tega melihat Ervin yang merengek meminta makan seperti tadi. Bahkan belanjaan Rena yang tadi capek-capek ia beli, ia biarkan saja diambil Ervin walaupun mulut cerewet Rena masih menghiasi pendengaran Ervin.
Balik saat Rena menikmati pahatan wajah Ervin, gadis itu melirik satu demi satu. Mulai dari bulu mata Ervin yang melentik, alis mata yang sedikit tebal, hidung yang tak terlalu besar namun mempunya batang hidung yang tinggi, serta bibir yang tak tipis namun tak juga tebal. Apalagi bibir Ervin yang berbelah membuat kesan sexy di bibir tersebut semakin terlihat.
"Lo polos kalau lagi tidur. Tapi kenapa menyebalkan saat bangun.." gumam Rena tanpa sadar.
Rena menopang tangan dilututnya lalu meletakkan kepalanya di sana. Ia membaringkan kepalanya tepat di atas lututnya.
"Kenapa lo nyebelin banget sih..?" ucap Rena sembari bertanya. "Kenapa hanya sama gue lo begini. Sama cewek-cewek yang lain lo lembut banget." Rena mengakhiri ucapannya. Ia memilih berdiri, "Makanannya gue bawain ke sini aja ya. Jadi saat lo bangun, lo bisa lihat langsung."
Rena berjalan kembali menuju meja makan dan membawa satu demi satu makanan yang tadi ia siapkan untuk Ervin dan meletakkannya di atas meja yang ada di depan Ervin. Setelah dirasa cukup, Rena kembali mengambil cemilan yang tadi ia pilih dan masuk ke dalam kamarnya.
*****
Suara dentuman pintu menjadi penanda kalau Rena sudah masuk ke dalam kamarnya, membuat Ervin secara perlahan membuka matanya dan menatap tepat pada pintu kamar Rena. Ia sebenarnya tak sepenuhnya tertidur. Ervin hanya memejamkan mata berharap bisa terlelap, namun kebisingan yang Rena buat di dapur, berhasil mengganggu Ervin sampai Rena mendekat padanya dan mendengar semua curhatan Rena barusan.
Ervin mengalihkan pandangannya pada makanan yang sudah Rena siapkan di atas meja kecil di depannya.
"Dan kapan lo bisa jadi gadis feminim dan tak barbar lagi Na.." gumam Ervin seraya kembali menatap pintu kamar Rena.
Ervin mendudukkan dirinya, lalu turun menuju karpet dan mendekat pada makanan yang tadi Rena siapkan.
"Bahkan lo masih ingat gue suka saus tomat." Lanjut Ervin saat melihat ada sebotol saus tomat di samping piring makan Ervin.
Ervin yang sudah lapar, memilih untuk menyantap makanan yang Rena buatkan untuknya. Ia menyantap makanan itu sampai habis dan hanya menyisakan tulang ayamnya saja.
Ervin membawa piring kotornya menuju wastafel pencucian piring. Ia membersihkan semuanya sampai bersih dan kembali berjalan menuju ruang tivi.
Ervin meraih ponselnya dan membuka media sosial. Menstalker Rena sudah menjadi keseharian Ervin. Entah kenapa ia suka mengikuti istagram gadis tersebut.
Ada satu postingan baru dari Rena, itu foto beberapa makanan yang tadi ia ambil dari bawah. Bahkan caption nya nyaris membuat Ervin tertawa.
HILANGIN STRESS DENGAN COKLAT DAN CEMILAN LAIN. KEKESALAN HARI INI BERKAT COWOK MENYEBALKAN.
Dan caption tersebut ditutup dengan emotikon kesal tiga buah.
Ervin hanya geleng-geleng kepala. Ia tak habis pikir Rena bisa membagikan hal menggelikan seperti ini pada media sosialnya.
Ervin kembali keluar dari akun tersebut. Baru saja ia ingin meletakkan ponselnya, sebuah dentingan tanda pesan masuk mengalihkan perhatian Ervin.
Ia melirik layar ponselnya dan mendapati nama Silva tertera sebagai sipengirim pesan. Silva adalah gadis yang selama ini selalu mengisi hati Ervin.
Ya, selama ini Ervin memiliki seorang pacar namun tak ada yang tahu. Sudah hampir setahun ia menjalin hubungan dengan Silva. Bahkan bundanya saja tak mengetahui itu.
Ervin membuka pesan tersebut.
Sayang, kamu dimana?
Ervin segera membalas tanpa menunggu waktu.
Aku di rumah Rena, Yank. Hari ini om Irman minta aku jagain Rena sebentar karena gadis itu lagi dihukum papi nya.
Silva : Oo.. aku pikir dimana, soalnya aku kerumah kamu tapi sepi.
Ervin : Kamu kerumah? Ngapain?
Silva : tenang aja sayang. Aku dari jauh aja kok. Cuma sepi kayaknya.
Ervin : Iya. Bunda lagi pergi.
Silva : Aku kangen...
Ervin tanpa sadar tersenyum membaca pesan kiriman dari sang kekasih. Dan tanpa sadar juga, Rena keluar dari kamar dan melihat senyum manis Ervin yang tak pernah ia dapatkan.
"Senyum sama siapa tu cowok?" gumam Rena bertanya.
Sadar dengan kehadiran Rena, Ervin langsung berdiri dan mendekat pada gadis tersebut.
"Ren.." panggilnya. Rena yang hendak menuju dapur untuk mengambil minum, langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Ervin.
"Ya?" jawab Rena singkat.
"Gini. Kali ini gue mau minta bantuan sama lo.." ucap Ervin membuat Rena mengernyitkan keningnya.
"Apaan sih?"
"gghhm.. gini, gue ada perlu sebentar. Gue mau nemuin seseorang dulu sebentar. Gue minta kerja sama lo di sini. Jangan keluar rumah ya." Pinta Ervin memohon. Ia ingin menemui Silva sebentar saja dan berjanji akan kembali ke rumah ini lagi.
Mendengar permintaan Ervin, Rena langsung bersorak dalam hatinya. Ini kesempatan bagus baginya untuk keluar setelah Ervin keluar. Namun mengiyakan langsung akan membuat Ervin curiga. Ia menatap Ervin dengan tatapan kesal yang dibuat-buat, "Emang lo mau kemana? Papi pesen kan lo harus jagain gue.." ucapnya dengan jutek bohongannya.
"Iya gue tahu. Tapi kali ini aja, gue ada urusan sebentar. Gue janji bakalan balik lagi kesini."
"Tapi kalau nanti papi pulang dan nggak ada lo?"
"Gue pastiin semua aman, asal lo nggak keluar juga."
Rena berpura-pura berpikir. "Oke. Tapi dengan satu syarat..."
"Apa?"
"setelah pulang dari nemuin teman lo, lo harus temenin gue ke mall. Gue mau beli sesuatu.."
Ervin langsung mengangguk pasti. " Gue bakal balik lagi. Gue bakal temenin kemana lo mau pergi nanti."
"Oke. Lo boleh pergi.." ucap Rena memberi izin.
Ervin tersenyum bahagia saat izin dari Rena ia dapatkan, "Makasi ya. Gue pergi dulu..gue janji nggak bakalan lama."
"hmm.." gumam Rena membalas.
Ervin langsung berlari keluar, diikuti oleh Rena secara perlahan dari belakang. Gadis itu ingin memastikan Ervin benar-benar pergi. Setelah mobil Ervin menghilang, Rena langsung bersorak merdeka. Ia langsung berlari menuju kamarnya dan langsung berganti pakaian. Ia ingin menemui Dinar. Ingin meminta penjelasan pada mantan kekasihnya itu apa benar Dinar serius memutuskannya.
Setelah selesai memoles dirinya dan mempercantik penampilan, Rena langsung memesan taxi online. Tak menunggu lama, taxi yang ia pesanpun datang. Setelah memastikan rumah terkunci, Rena pun langsung berlari menuju taksi dan pergi. Ia bermaksud ke apartemen Dinar.
Setengah jam pun berlalu, taksi yang Rena pesan tadi akhirnya sampai di depan apartemen mewah di tengah kota. Setelah membayar tunai, Rena pun turun dan masuk ke dalam.
Ia menaiki lift untuk sampai di kamar Dinar yang ada di lantai delapan. Setelah sampai, ia segera berlari dan berhenti di sebuah pintu bertuliskan 341. Menghembuskan nafas pelan, Rena mulai merapalkan doa nya sebelum ia menekan password apartemen Dinar.
Beruntung, Dinar belum mengganti password nya. Sehingga Rena bisa dengan mudah masuk ke dalam.
Setelah pintu terbuka, Rena segera berlari ke dalam, namun langkahnya terhenti saat ia melihat ada seorang perempuan sebaya dengannya tengah memasak. Bukan itu yang menjadi pertanyaan Rena, tapi pakaian perempuan tersebut.
Piyama handuk? Rena kembali menatap tajam handuk yang meliliti rambut perempuan itu. Baru Rena ingin melangkah, ia kembali terhenti saat Dinar keluar dari kamarnya.
Apalagi ini?
Dinar hanya mengenakan handuk?
Emosi Rena langsung naik sampai ubun-ubunnya. Ia berlari kencang mendekati perempuan yang tengah memasak itu, dengan cepat tanpa bisa ditahan, Rena langsung menarik si perempuan hingga terjatuh.
"Rena!!!" teriak Dinar yang langsung berlari.
"Lo! Lo pelacur sialan. Apa yang lo lakuin di tempat cowok gue.!" Teriak Rena penuh emosi. Ia menjambaki wanita tersebut tanpa ampun. Bahkan Rena berhasil menarik piyama bermotiv tersebut membuat tubuh sang wanita yang tak memakai apa-apa di dalam sana langsung terekspos.
Dinar yang sudah sampai langsung menarik Rena kuat kebelakang membuat gadis itu terpental sejauh dua meter kebelakang.
"Lo apa-apaan !!!" Teriak Dinar.
Rena tak menjawab. Matanya sudah memerah menahan amarah dan air mata. Apalagi saat ini ia melihat Dinar tengah merapikan handuk wanita pelacur itu.
"Nggak apa-apa sayang?" tanya Dinar pada wanita yang tadi di serang Rena. Membuat Rena mematung seketika saat ia mendengar panggilan sayang yang Dinar lontarkan pada Wanita itu.
"Sayang?" gumam Rena tajam.
Dinar langsung memutar tubuhnya kebelakang. Menatap Rena tajam bahkan rasa ingin menghabisi Rena sangat menggebu-gebu sekarang.
Dinar berjalan mendekati Rena, tanpa rasa kasihan, ia menjambak rambut Rena kuat, memaksa gadis itu untuk berdiri.
"Sakit Dinar.." ucap Rena kesakitan.
"Lo! Gue sudah bilang sama lo kalau kita sudah putus."
"Tapi..."
"Dan hari ini, lo buat sesuatu yang fatal. Lo udah hina cewek gue sampai sejauh ini.."
"Cewek? Kamu.."
"Gue nggak butuh cewek sok lugu kayak lo. Hobi klubing tapi nggak mau gue ajak tidur."
"Dinar...."
"Atau dugaan gue benar selama ini. lo udah nggak perawan dan takut jika nanti gue tidurin lo, lo bakalan ketahuan sama gue. Iya kan!!"
PLAAKK!
Sebuah tamparan keras dari Rena mendarat mulus di pipi kiri Dinar. "Aku tahu yang kamu mau selama kita pacaran. Dan aku nggak bisa berikan itu karena dalam hidup aku, mahkota ini hanya akan aku serahin ke suami aku nanti."
"Cih! Sok suci lo!"
"Dan sekarang aku paham, ternyata wanita murahan yang paling kamu suka. Buktinya, dia..." Rena menunjuk wanita yang tadi ia jambak, "Dia rela memberikan tubuhnya sama kamu.."
"Itu karena dia sayang sama gue.."
"Hah! Sayang? Cowok yang sayang sama ceweknya itu nggak bakal mau ngerusak ceweknya. Dan cewek yang memiliki harga diri itu tak akan mau tubuhnya disentuh lelaki yang bukan suaminya." Lanjut Rena sembari menatap hina wanita tersebut. "Dan sekarang gue baru sadar dan paham, cowok murahan, hanya akan ditakdirkan untuk cewek murahan. Dan bajingan hanya akan dipasangkan dengan bajingan pula." Rena meraih sesuatu dalam tasnya. Ia mengeluarkan sebuah kalung yang pernah Dinar berikan padanya lalu melemparkan kalung tersebut kuat ke arah wajah Dinar.
"Gue bersyukur Tuhan cepat beritahu kalau Lo pria brengsek, Dinar." Setelah mengakhiri ucapannya, Rena langsung berlari keluar apartemen.
Pikirannya kacau, ia hanya bisa menangis sepanjang perjalanannya menuju lantai satu. Ia bahkan tak ingat untuk memesan taksi online kembali. Ia hanya terus berjalan menelusuri jalan setapak yang ia sendiri tak tahu harus menuju kemana.
Rasa sakit dihatinya berhasil membuatnya kembali lemah. Ia terduduk di tepian jalan sambil meraung pilu. Bahkan ia sudah menjadi tontonan pejalan kaki.
*◊*◊*◊*◊*
Jangan lupa kasih ratingnya yaaa.. dan jangan lupa komennya..^^Ervin mengendarai mobilnya dengan cepat. Ia baru saja mendapat telpon dari Om Irman jika Rena pulang dalam keadaan kacau dan menangis. Bukannya Rena tadi di rumah? Bahkan Rena berjanji padanya untuk tak keluar rumah selagi dirinya diluar.Apa Rena membohonginya? Jika benar, sungguh seberapa kecewanya hatinya saat ini.Mobil yang Ervin kendarai akhirnya sampai di rumah Rena. Dengan cepat ia turun dan berlari ke dalam. Sesampainya di dalam, ia bisa melihat Rena terdiam terduduk bersimpung di lantai dengan Om Irman berdiri di hadapan Rena."Kamu bisa tidak diurus Rena? JANGAN DIAM!!!" Bentak Irman penuh emosi. Bahkan kali ini Mirna tak bisa meredakan amarah suaminya."Om..."Suara Ervin
HARI INI AKU DOUBLE UP DONG..HEHEHEH******Akhirnya setelah lama menunggu dalam penantian harap-harap cemas, Ervin bisa sedikit bernafas lega karena Renata membuka matanya. Gadis itu akhirnya bisa melihat dunia kembali walaupun masih terlihat begitu lemah."Lo udah sadar Rena?" ucap Ervin penuh syukur."Gue dimana?" tanya Rena dengan suara yang sangat kecil."Lo di rumah sakit. Lo jatuh dari tangga rumah lo dan baru sadarkan diri sekarang."Renata memejamkan matanya. Kepalanya terasa sangat sakit. "Jangan banyak bergerak dulu." Ucap Ervin mencoba menahan Rena yang mau merubah posisi tidur."Lo ngapain di sini? Mana mami sama papi?"
Kenangan masa kecil tentang arti sebuah ciuman pertama membuatku tertegun saat kenangan tersebut kau ulang lagi saat aku sudah beranjak dewasa.⏳aku dan masa kecilku⏳*****Hari Pertama Ervin sudah rapi dengan pakaian santainya. Ia melirik jam di dinding kamar, masih menunjukkan pukul lima subuh. Namun ia sudah begitu rapi seperti orang yang hendak ber olahraga.Ervin meraih kunci mobilnya dan berjalan menuju pintu kamar, namun ia teringat sesuatu. Dengan
"Aku tak mau!" Rena menolak turun. Ia tak mau pagi-pagi harus lari keliling komplek. Apa kata cowok-cowok yang lihat nanti."Yakin tak mau?" Ervin mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.Sebuah kunci mobil yang Rena sadar itu miliknya. "Kau! Kau mengancamku?" teriak Rena.Ervin menggeleng. "Sama sekali tidak. Aku tak akan mengancammu. Ini permintaan papi mu, jadi.. Yakin tak mau jalan?" ulang Ervin lagi, kali ini ia mengikutsertakan alisnya menggoda Rena.Rena ingin sekali menyumpahi kasar, menyantet, membunuh Ervin saat ini juga. Tapi ia takut masuk penjara. Ia tak bisa membayangkan masa mudanya habis di penjara.mengalah dengan situasi, Rena akhirnya memilih untuk mengikuti
Rena masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang sangat bahagia. Ia tak pernah merasakan rindu rumah selama ini, nmaun sekarang ia sangat merindukan rumahnya, apalagi kamar tidurnya.Setelah masuk, ia segera berlari menuju kamarnya dan menutup pintu cukup kuat. Irman bahkan dibuat terkejut saat ia baru saja keluar kamar, namun langsung mendapati anaknya berlari menuju kamar dan menutup pintu kuat tanpa menyapa dan melirik ke arahnya."Pagi om.." sapa Ervin yang baru saja sampai."Oh, pagi Vin. Rena kenapa?" tanya Om Irman pada Ervin.Ervin mengangkat bahunya, "Nggak tahu om. Datang bulan mungkin.." jawab Ervin sekenanya. Padahal kenyataannya ia tahu kenapa Rena langsung berlari ke dalam kamar.Irman menatap Ervin bingung, ia melihat raut wajah lelah Ervin, dan seketika ia paham kenapa Ervin menjawab pertanyaannya dengan sedikit dingin."Rena cari masalah lagi?" tebak Irma
Ervin dan Rena baru saja sampai di basecame mall yang ingin Rena kunjungi.Wajah gadis itu masih saja ditekuk. Ia tak rela menjadi bahan perhatian karena Ervin yang mengenakan pakaian terlalu santai.Apa kata orang orang saat melihat dirinya yang sudah cantik begini harus jalan dengan pria yang berpakaian seperti yang Ervin kenakan saat ini.Renata berjalan lebih dulu. Ia mencoba menjauhkan langkahnya dari Ervin saat ia memasuki pintu masuk Mall.Ervin yang melihat itu langsung menggelengkan kepalanya dan tersenyum gemas melihat Rena yang mencoba berjalan cepat untuk menjauhinya."Rena!" panggil Ervin. Ia berniat mengerjai gadis itu. Rena yang dipanggil pun langsung menyumpah dan menggerutu kesal."Jangan panggil gue, cowok bodoh.." batin Rena.Langkah Rena yang semakin cepat membuat Ervin semakin gemas.Ervin pun berlari mengejar
Ervin mengikuti ke mana Rena pergi. ia kini tengah menunggui Rena di depan toilet khusus perempuan. dan selama ia menunggu Rena di sana, ia sudah berhasil menjadi tontonan para cewek. sebenarnya bukan style Ervin yang menjadi perhatian para gadis-gadis itu, melainkan ketampanan pria tersebut.mereka seolah tak punya malu, memperhatikan Ervin sedetail mungkin bahkan sampai ada yang dada dada dengan Ervin, membuat pria itu risih seketika.ia kembali mengintipkan wajahnya, dan tepat saat itu Rena keluar."Na.." panggil Ervin yang langsung menghampiri Rena.melihat keberadaan Ervin di sana, Rena seketika terkejut, "Lo ngapain di sini?" tanya Rena sambil melirik ke sekelilingnya. dan sama dengan Ervin, Rena dibuat risih dengan tatapan para cewek-cewek di sekeliling mereka."Kenapa lihat-lihat mbak?" tanya Rena sinis."Itu pacarnya ya mbak?" ucap salah seorang cewek dengan nada centilnya.
Rintik hujan satu persatu mulai turun membasahi tanah dan jalan-jalan yang kering setelah seharian diterpa panasnya cahaya matahari.Tak ada bintang dan tak ada bulan malam ini. Semuanya seperti ketakutan cahayanya akan redup karena dibasahi oleh guyuran hujan yang muncul dari langit.Walaupun malam ini terasa begitu dingin, Rena tak mempedulikan itu. Ia tetap suka berdiri di teras kamarnya sembari menatap langit.Atap yang menutupi teras kamar Rena cukup menjorok ke depan, jadi ia tak akan basar sedikitpun walaupun hujan lebat.Rena termenung terdiam. Otaknya masih berpikir tentang Ervin yang menciumnya tadi siang dan kecupan itu masih begitu terasa di bibirnya sampai saat ini.
Sore ini Rena baru saja pulang dari jalan-jalan bersama Ervin. Ia pergi dengan kekasihnya itu dari pagi. Dan perjalanan mereka sungguh menyenangkan.Sesuai janji Ervin pada mami Mirna tadi, ia akan mengantar Rena kembali pulang sesuai jam yang disebutkan. Sebenarnya Rena belum puas menghabiskan liburnya dengan Ervin ,tapi mau bagaimana lagi, ia belum mendapat lampu hijau dari mami dan papinya.Oh tidak, mungkin jika untuk papi, ia sudah mendapatkan angin segar. Namun untuk maminya, ia belum diberi angin segar. Apalagi Gilang yang kemaren ini berhasil mengorek kabar tersebut darinya.Rena keluar dari mobil Ervin. Diikuti oleh Ervin juga. Saat Rena membuka pintu rumahnya, ternyata terkunci.Rena mencoba mengetuk. Dan tak berapa lama, seseorang yang selama ini tak pernah ia lihat keberadaannya mendadak berdiri di hadapannya."Gilang?" Ervin terkejut melihat keberadaan Gilang di depannya
Siang ini Rena baru saja menginjakkan kakinya di halaman kantor milik Ervin. Ia merasa suntuk setelah setengah hari berdiam tanpa kepastian di kampusnya.Ini bukan kali pertamanya Rena ke ke kantor Ervin, namun untuk pertama kalinya ia melihat Ervin bisa tersenyum manis dengan seorang gadis yang tak ia kenal.Ya. Ia kini sedang menatap Ervin yang baru saja keluar dari lift bersama seorang gadis cantik yang sepertinya sebaya dengan Ervin.Rena menatap panjang kekasihnya tersebut. ia melipat kedua tangannya di dada lalu menghentakkan sepatu sebelah kanannya ke tanah.mencoba untuk tak kesal, dengan santainya Rena mendekat lalu berdehem memberi intruksi pada dua sejoli yang sedang bersenda gurau."Wuiiihh, pacar baru lagi? cepat banget dapat pacar.." ucap Rena yang langsung membuat Ervin terkejut.keberadaan Rena dikantornya membuat pria itu bingung. bukannya Rena di kampus? perasaan ia mengantarkan kekasihnya ini tadi ke kampus."Rena?
"Ervin!" Mutia berlari kecil mengejar sepupunya tersebut.Ervin yang tadinya ingin memasuki lift menuju ruangan kerjanya ,seketika menghentikan langkah saat ia mendengar Mutia memanggilnya.Ia melirik ke belakang dan tersenyum seketika."Pagi.." Sapa Ervin.Mutia tersenyum manis, "Pagi juga. Tumben pak bos datangnya kepagian begini.." ucap Mutia dengan nada sindiran bercanda.Tak!Ervin menjitak kepala Mutia pelan, "Berani sama boss sendiri ya?" ucapnya lalu tersenyum.Melihat perlakuan Ervin padanya, Mutia seketika dirundung perasaan yang tak menentu. Sejak lama ia berpikir tentang apa yang terjadi padanya sejak ia kenal dengan Ervin.Bisa dikatakan, pertemuannya dengan Ervin dimulai sejak ia berusia tiga belas tahun dan keanehan itu muncul saat itu juga. Ervin selalu memperlakukannya lembut walaupun dirinya selalu bar bar pada Ervin.Mutia menatap Ervin secara diam-diam. Ia melangkah mengikuti Ervin yang ma
Suasana tepian sungai yang sejuk dimana bunyi aliran air sungai mengisi gendang telinga Rena. Berpijak pada bebatuan sungai yang dialiri air yang begitu dingin membuat suasana hati Rena membaik.Di rerumputan daratan sungai ada Ervin yang saat ini tengah membentangkan tikar dan menyusun makanan yang tadi mereka bawa dari rumah.Piknik.Itulah yang saat ini mereka lakukan. Jauh dari hiruk pikuk kota, polusi udara dan kemacetan. Setelah aksi lamaran mendadak yang Ervin lakukan dan Rena menerimanya, mereka sudah seperti pasangan ABG yang dimabuk cinta.Padahal mereka berdua belum mengatakan sedikitpun status mereka pada ke dua orang tua masing-masing."Yank, udah jadi ini..!" teriak Ervin pada Rena yang masih betah menikmati suara air.Rena melirik ke belakang, ia langsung berlari mendekati Ervin dan duduk di samping kekasihnya tersebut.Ia mencomot satu potong kentag goreng dn meletakkan di ujung bibirnya.Ia me
Menyebalkan. Itulah satu kata yang bisa Rena ungkapkan untuk kekasihnya Ervin yang kini sedang duduk di kursi singgasananya.Ya.Rena saat ini berada di kantor Ervin. Setelah aksi kiss mark yang Ervin berikan padanya di mobil tadi, ia jadi tak bisa ke kampus lantaran posisi tanda itu ada di tempat terbuka di lehernya.Ingin rasanya ia mencekik Ervin namun ia tak ingin dijebloskan ke penjara.Lagi-lagi helaan nafas Rena mengganggu gendang telinga Ervin. Pria itu akhirnya memutuskan berhenti dari kerjanya sejenak."Kenapa lagi?" tanya Ervin gemas.Rena melirik kekasihnya itu dengan tatapan kesal, "bosan.." jawab Rena tegas."Yang minta ke sini kan kamu.."Rena menatap Ervin tajam, "Gara-gara kamu aku ke sini. Harusnya kan sekarang di kampus.." rutuk Rena.Ervin tersenyum geli. Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati Rena
Renata berjalan menuruni tangga dengan raut wajah yang begitu cerah. Berjalan menghampiri meja makan di sudah diisi oleh mami dan papinya."Pagi papi sayang, pagi mami sayang.." serunya dengan sumringah.Tak menjawab sapaan Rena, Imran dan Mirna justru melongo menatap sang anak yang turun dari kamar sudah terlihat aneh."Kamu sakit?" tanya Mirna bingung.Renata menggeleng, "Nggak. Rena sehat kok Mi..""Kok senyum-senyum gitu. Kenapa? Ada kabar baik apa?" Mirna terlihat begitu penasaran.Renata menatap maminya sekilas lalu berpindah menatap papinya yang ternyata juga sedang menantikan jawaban dari pertanyaan mami."Rena punya pacar.." ucap Rena cepat dan pelan, namun masih terdengar oleh Mirna dan Imran."Waaaww, ternyata lagi jatuh cinta tooohh. Pantesaaan. Sama siapa?"Mirna berjalan mendekati sang anak dan duduk di kursi meja makan di sebelah Rena."Ih mami kepo..""Lhah? Nggak mau dikasih tahu nih? Percu
"Mau makan apa?" tanya Ervin pada Rena sambil menarik satu buku menu dari dua buku menu yang di sediakan cafe di atas meja. Ia membuka buku tersebut lalu melihat susunan menu yang menurutnya menggugah selera.Rena mengikuti apa yang Ervin lakukan, "Hmmm,.." gumamnya sambil melirik satu persatu menu yang tertulis di kertas tersebut.Ervin memanggil pelayan cafe sambil menunggu Rena memilih."Iya, mau pesan apa mas dan mbaknya?""Ayam kremes sambal terasi satu, oh ya mbak, tadi di pintu masuk saya lihat ada promo tingkat level sambal terasi ya?"Ervin langsung mengernyitkan matanya menatap Rena."Oh iya mbak. Kita lagi uji coba menu baru. Tingkat kepedasan sambal terasinya. Jadi promo ini akan berlaku sampai satu bulan ke depan. Kakak berminat?" jawab Pelayan tersebut.Rena mengangguk, "Kalau boleh tahu, tingkatannya sampai berapa?""Sampai
Rena keluar dari gudang disusul oleh Ervin. Pria itu tertawa melihat tingkah bodoh Rena. Melihat langkah Rena yang menunduk dan berjalan cepat membuat Ervin senyum-senyum sendiri.Ia yakin Rena malu karena ciuman panas mereka tadi. Tapi Rena penuh kejutan."Ren, tungguin pacar dong.. Duluan aja.." teriak Ervin."Ervin gila!" batin Rena. Sejak kapan mereka pacaran."Sayang! Tungguin dong!"Ervin berteriak keras membuat orang yang ada di sekitar langsung melirik ke arah mereka.Rena tak tahan lagi, ia berlari menuju parkiran dan langsung menghampiri mobil Ervin.Ia membuka pintunya namun terkunci. Ia segera melihat Ervin dan memberi kode untuk dibuka, namun Ervin justru tak mengindahkan. Ia berjalan mendekati Rena,"Bukain!!" perintah Rena.Ervin menggeleng, "Jadian dulu..!" pintanya mengucap syarat."Apaan
Kupikir gadis cantik itu bahagia. Kupikir kehidupannya penuh cinta. Namum ternyata pikiranku semua salah. Kini kulihat bahu kecil itu semakin rapuh.*****Ervin berdiri di belakang Rena saat gadis itu masih betah diam dari keterkejutannya. Rena bahkan tak berbalik arah menatap siapa yang tengah berdiri di belakangnya.Saat ini yang Rena rasakan adalah, suara itu begitu mirip dengan suara pria yang ia rindukan. Pria yang sudah tak menghubunginya lagi. Pria yang membuatnya uring-uringan."Kau tak ingin melihatku?" tanya Ervin lagi.Namun Rena tetap betah diam.Ervin menghela nafas panjang. Ia berjalan mendekati Rena dan duduk di samping gadis tersebut, "Kau tak merindukanku?" tanya Ervin lembut.Rena menggeleng. Menggeleng kuat, namun tak melihat Ervin sama sekali.Ervin mengangguk pelan, "Baiklah! Sepertinya aku salah menyusulmu ke sini. Padahal aku merindukanmu.."Deg!Rena menegakkan kepalanya lalu me