Rintik hujan satu persatu mulai turun membasahi tanah dan jalan-jalan yang kering setelah seharian diterpa panasnya cahaya matahari.
Tak ada bintang dan tak ada bulan malam ini. Semuanya seperti ketakutan cahayanya akan redup karena dibasahi oleh guyuran hujan yang muncul dari langit.
Walaupun malam ini terasa begitu dingin, Rena tak mempedulikan itu. Ia tetap suka berdiri di teras kamarnya sembari menatap langit.
Atap yang menutupi teras kamar Rena cukup menjorok ke depan, jadi ia tak akan basar sedikitpun walaupun hujan lebat.
Rena termenung terdiam. Otaknya masih berpikir tentang Ervin yang menciumnya tadi siang dan kecupan itu masih begitu terasa di bibirnya sampai saat ini.
Rena menutup pintu kamarnya dengan keras. Seperti ia tengah meluapkan kekesalannya. Ada banyak hal di kepala Rena saat ini yang berkecamuk, mulai dari sikap Ervin padanya sampai arti ciuman tadi siang.Ingin rasanya ia keluar lagi untuk membentak Ervin dan mengatai pria itu pecundang kelas kakap namun ia tak mungkin melakukan itu. Ia yakin papinya akan marah besar dan semakin lama menahan kunci mobilnya.Ia ingin bebas, sangat ingin bebas. Jadi ia akan bersabar sampai.ia mendapatkan kembali kunci mobilnya.Asik berputar dengan pikiran sendiri, Rena dikejutkan dengan ponselnya yang berbunyi.Namun ia mengernyit saat yang adalah nomor baru dan ia sama sekali tak mengenal nomor tersebut.Sedikit ragu, Rena mengangkatnya "Halo!" sapanya."Hy Ren. Ini aku Dinar.."Rena terdiam. Ia bisa bicara sedikitpun. Saat suara Dinar terdengar, ia langsung emosi."Ma
Banyak yang bertanya kenapa Rena mendadak jadi pendiam. Khususnya sang papi. Bahkan papinya merasa jika Rena seperti itu karena dirinya.Seperti pagi ini. Rena terlihat seperti tak nafsu makan. Bahkan anak gadis semata wayangnya itu hanya mengaduk-aduk makanan dengan tak selera. Ia tak berminat melihat makanan yang ada di depannya. Padahal jika di lihat, semua makanan itu adalah makanan kesukaan Rena.Irman dan Mirna saling tatap. Wanita itu juga heran melihat tingkah anaknya. Mirna sampai menendang kaki sang suami yang ada di bawah meja makan.Egheem...egheemm..Irman berdehem membuat kegiatan Rena terhenti dan langsung menatap Irman tenang tanpa ekspresi.Irman semakin gugup saat sang anak hanya melihatnya sekilas lalu kembali mengaduk makanannya yang sudak tak berbentuk."Hmmm..sayang..." kali ini Mirna mencoba berkomunikasi dengan sang anak. Ia juga penasaran kenapa an
dalam part ini terdapat kata-kata vulgar, jadi bagi yang tak biasa baca cerita dewasa, lewati dulu ya..^^*****Selama perjalanan menuju kampus, Rena lebih memilih untuk diam dan sibuk dengan kuku jemarinya. Ia tak terlalu berminat berbicara dengan Ervin yang ada di sampingnya.Sedangkan Ervin yang sedari tadi menyetir, melirik jam di pergelangan tangannya lalu melirik Rena sekilas. "Gue laper Na. Gue belum sarapan. Jadi lo harus temenin gue sarapan dulu.." ucap Ervin yang langsung membuat Rena menghentikan aktivitasnya."Tapi gue mau ke kampus. Urusan lo belum sarapan itu bukan urusan
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Walaupun ia menguap sedari tadi, tapi matanya belum mau terpejam untuk beristirahat dan bangun lagi esok hari.Dengan ukuran ranjang yang besar, Renata sudah melakukan aksi berguling ke sana dan kemari nyaris hampir satu jam.Setelah ia dijemput lagi oleh Ervin dari kampus, otak Rena masih belum bersih dari kenyataan yang ia dapatkan di dalam mobil Ervin. Dan bayangan foto-foto yang ia lihat berhasil merusak semua sistem otaknya.Rena mengeram kesal. Ia membanting guling yang ia pakai ke lantai dan langsung duduk dari posisi tidurnya."Apa-apaan sih ni otak. Susah banget merintahin mata buat tidur. Malah mikirin hal kotor.." rutuknya sambil memukul kepalanya kesal.
Mentari pagi bersinar begitu eloknya. Hembusan angin serta kicauan burung yang terdengar dari peliharaan papinya membuat Renata serasa berdiri di tepian pematang sawah.Pasalnya memang rumah Renata memiliki taman yang luas dengan pohon cemara banyak tertanam di sana.Ia berdiri di balkon kamar. Melihat pemandangan asri yang dihasilkan dari taman milik maminya tersebut.Rena melirik ke bawah. Dari atas ia bisa melihat maminya berbicara dengan Mang Anton, ART yang ditugaskan mengurus taman milik mami."Pagi mami.." sapa Rena membuat wanits itu melirik ke atas."Oh. Pagi sayang. Udah bangun..?"Rena mengangguk, "Udah mi. Dari tadi..heh
Rena terdiam saat ia mendengar suara Ervin tiba-tiba muncul di belakangnya. Dengan perlahan, ia memutar kepalanya ke belakang dan spontan ia terpekik saat Ervin menatapnya tajam."Lo... Lo ngapain di rumah gue..lo...""Siapa yang lo panggil burik? Ha?" tanya Ervin lagi dan kali ini dengan nada yang tak suka."Gue...gue nggak nyebut siapa-siapa kok..." jawab Rena mencoba santai. "Lagian lo kenapa pagi-pagi udah muncul di sini? Mau makan gratis lagi ya?" tuduh Rena namun tak ditanggapi oleh Ervin.Ervin berjalan mendekati Orang tua Rena dan bersalaman dengan mereka."Papi yang suruh Ervin ke sini.." ucap Irman menjawab pertanyaan Rena tadi.
"Naaaaa.. Pesenan lo dateng tuh!!" teriak Ervin saat ia masih fokus dengan gamenya.Renata seketika menatap Ervin tajam, "Denger gue coeg! Nggak perlu lo teriak gitu..""Yeee, mama gue tahu lo masih di dapur."Rena tak merespon lagi. Ia langsung memilih berjalan menuju arah luar yang sedari tadi bel nya berbunyi."Siang Mbak. Mbak mesen ayam pedesnya?" tanya Mas mas yang antar makanan pada Rena."Oh iya mas. Dua paket kan?""Iya mbak. Ini totalnya.." Rena mengambil bon tersebut dari mas delivery dan meliriknya sejenak."Ya udah, bentar ya mas. Saya ambilin uangnya dulu.." setelah p
"Kamu yakin mau pulang sayang? Aku belum puas sama kamu.." Silva merajuk dan bergelayut manja di lengan Ervin."Belum puas? Beneran belum puas?" Ervin mengedipkan matanya menggoda Silva membuat gadis itu merona malu.Silva yang merona langsung memukul dada Ervin, "Aku serius sayang.." manja Silva lagi."Aku pun serius honey. Aku harus kembali..""Tapi kan pacar kamu itu aku, bukan Rena. Sejak kamu jadi penjaga pribadi dia, kamu jadi jarang ketemu aku.." rengeknya.Ervin yang gemas langsung mencubit hidung kekasihnya yang masih bergelayut manja di lengannya."Mau gimana lagi sayang. Aku ngelakuin ini juga atas permintaan papinya Rena
Sore ini Rena baru saja pulang dari jalan-jalan bersama Ervin. Ia pergi dengan kekasihnya itu dari pagi. Dan perjalanan mereka sungguh menyenangkan.Sesuai janji Ervin pada mami Mirna tadi, ia akan mengantar Rena kembali pulang sesuai jam yang disebutkan. Sebenarnya Rena belum puas menghabiskan liburnya dengan Ervin ,tapi mau bagaimana lagi, ia belum mendapat lampu hijau dari mami dan papinya.Oh tidak, mungkin jika untuk papi, ia sudah mendapatkan angin segar. Namun untuk maminya, ia belum diberi angin segar. Apalagi Gilang yang kemaren ini berhasil mengorek kabar tersebut darinya.Rena keluar dari mobil Ervin. Diikuti oleh Ervin juga. Saat Rena membuka pintu rumahnya, ternyata terkunci.Rena mencoba mengetuk. Dan tak berapa lama, seseorang yang selama ini tak pernah ia lihat keberadaannya mendadak berdiri di hadapannya."Gilang?" Ervin terkejut melihat keberadaan Gilang di depannya
Siang ini Rena baru saja menginjakkan kakinya di halaman kantor milik Ervin. Ia merasa suntuk setelah setengah hari berdiam tanpa kepastian di kampusnya.Ini bukan kali pertamanya Rena ke ke kantor Ervin, namun untuk pertama kalinya ia melihat Ervin bisa tersenyum manis dengan seorang gadis yang tak ia kenal.Ya. Ia kini sedang menatap Ervin yang baru saja keluar dari lift bersama seorang gadis cantik yang sepertinya sebaya dengan Ervin.Rena menatap panjang kekasihnya tersebut. ia melipat kedua tangannya di dada lalu menghentakkan sepatu sebelah kanannya ke tanah.mencoba untuk tak kesal, dengan santainya Rena mendekat lalu berdehem memberi intruksi pada dua sejoli yang sedang bersenda gurau."Wuiiihh, pacar baru lagi? cepat banget dapat pacar.." ucap Rena yang langsung membuat Ervin terkejut.keberadaan Rena dikantornya membuat pria itu bingung. bukannya Rena di kampus? perasaan ia mengantarkan kekasihnya ini tadi ke kampus."Rena?
"Ervin!" Mutia berlari kecil mengejar sepupunya tersebut.Ervin yang tadinya ingin memasuki lift menuju ruangan kerjanya ,seketika menghentikan langkah saat ia mendengar Mutia memanggilnya.Ia melirik ke belakang dan tersenyum seketika."Pagi.." Sapa Ervin.Mutia tersenyum manis, "Pagi juga. Tumben pak bos datangnya kepagian begini.." ucap Mutia dengan nada sindiran bercanda.Tak!Ervin menjitak kepala Mutia pelan, "Berani sama boss sendiri ya?" ucapnya lalu tersenyum.Melihat perlakuan Ervin padanya, Mutia seketika dirundung perasaan yang tak menentu. Sejak lama ia berpikir tentang apa yang terjadi padanya sejak ia kenal dengan Ervin.Bisa dikatakan, pertemuannya dengan Ervin dimulai sejak ia berusia tiga belas tahun dan keanehan itu muncul saat itu juga. Ervin selalu memperlakukannya lembut walaupun dirinya selalu bar bar pada Ervin.Mutia menatap Ervin secara diam-diam. Ia melangkah mengikuti Ervin yang ma
Suasana tepian sungai yang sejuk dimana bunyi aliran air sungai mengisi gendang telinga Rena. Berpijak pada bebatuan sungai yang dialiri air yang begitu dingin membuat suasana hati Rena membaik.Di rerumputan daratan sungai ada Ervin yang saat ini tengah membentangkan tikar dan menyusun makanan yang tadi mereka bawa dari rumah.Piknik.Itulah yang saat ini mereka lakukan. Jauh dari hiruk pikuk kota, polusi udara dan kemacetan. Setelah aksi lamaran mendadak yang Ervin lakukan dan Rena menerimanya, mereka sudah seperti pasangan ABG yang dimabuk cinta.Padahal mereka berdua belum mengatakan sedikitpun status mereka pada ke dua orang tua masing-masing."Yank, udah jadi ini..!" teriak Ervin pada Rena yang masih betah menikmati suara air.Rena melirik ke belakang, ia langsung berlari mendekati Ervin dan duduk di samping kekasihnya tersebut.Ia mencomot satu potong kentag goreng dn meletakkan di ujung bibirnya.Ia me
Menyebalkan. Itulah satu kata yang bisa Rena ungkapkan untuk kekasihnya Ervin yang kini sedang duduk di kursi singgasananya.Ya.Rena saat ini berada di kantor Ervin. Setelah aksi kiss mark yang Ervin berikan padanya di mobil tadi, ia jadi tak bisa ke kampus lantaran posisi tanda itu ada di tempat terbuka di lehernya.Ingin rasanya ia mencekik Ervin namun ia tak ingin dijebloskan ke penjara.Lagi-lagi helaan nafas Rena mengganggu gendang telinga Ervin. Pria itu akhirnya memutuskan berhenti dari kerjanya sejenak."Kenapa lagi?" tanya Ervin gemas.Rena melirik kekasihnya itu dengan tatapan kesal, "bosan.." jawab Rena tegas."Yang minta ke sini kan kamu.."Rena menatap Ervin tajam, "Gara-gara kamu aku ke sini. Harusnya kan sekarang di kampus.." rutuk Rena.Ervin tersenyum geli. Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati Rena
Renata berjalan menuruni tangga dengan raut wajah yang begitu cerah. Berjalan menghampiri meja makan di sudah diisi oleh mami dan papinya."Pagi papi sayang, pagi mami sayang.." serunya dengan sumringah.Tak menjawab sapaan Rena, Imran dan Mirna justru melongo menatap sang anak yang turun dari kamar sudah terlihat aneh."Kamu sakit?" tanya Mirna bingung.Renata menggeleng, "Nggak. Rena sehat kok Mi..""Kok senyum-senyum gitu. Kenapa? Ada kabar baik apa?" Mirna terlihat begitu penasaran.Renata menatap maminya sekilas lalu berpindah menatap papinya yang ternyata juga sedang menantikan jawaban dari pertanyaan mami."Rena punya pacar.." ucap Rena cepat dan pelan, namun masih terdengar oleh Mirna dan Imran."Waaaww, ternyata lagi jatuh cinta tooohh. Pantesaaan. Sama siapa?"Mirna berjalan mendekati sang anak dan duduk di kursi meja makan di sebelah Rena."Ih mami kepo..""Lhah? Nggak mau dikasih tahu nih? Percu
"Mau makan apa?" tanya Ervin pada Rena sambil menarik satu buku menu dari dua buku menu yang di sediakan cafe di atas meja. Ia membuka buku tersebut lalu melihat susunan menu yang menurutnya menggugah selera.Rena mengikuti apa yang Ervin lakukan, "Hmmm,.." gumamnya sambil melirik satu persatu menu yang tertulis di kertas tersebut.Ervin memanggil pelayan cafe sambil menunggu Rena memilih."Iya, mau pesan apa mas dan mbaknya?""Ayam kremes sambal terasi satu, oh ya mbak, tadi di pintu masuk saya lihat ada promo tingkat level sambal terasi ya?"Ervin langsung mengernyitkan matanya menatap Rena."Oh iya mbak. Kita lagi uji coba menu baru. Tingkat kepedasan sambal terasinya. Jadi promo ini akan berlaku sampai satu bulan ke depan. Kakak berminat?" jawab Pelayan tersebut.Rena mengangguk, "Kalau boleh tahu, tingkatannya sampai berapa?""Sampai
Rena keluar dari gudang disusul oleh Ervin. Pria itu tertawa melihat tingkah bodoh Rena. Melihat langkah Rena yang menunduk dan berjalan cepat membuat Ervin senyum-senyum sendiri.Ia yakin Rena malu karena ciuman panas mereka tadi. Tapi Rena penuh kejutan."Ren, tungguin pacar dong.. Duluan aja.." teriak Ervin."Ervin gila!" batin Rena. Sejak kapan mereka pacaran."Sayang! Tungguin dong!"Ervin berteriak keras membuat orang yang ada di sekitar langsung melirik ke arah mereka.Rena tak tahan lagi, ia berlari menuju parkiran dan langsung menghampiri mobil Ervin.Ia membuka pintunya namun terkunci. Ia segera melihat Ervin dan memberi kode untuk dibuka, namun Ervin justru tak mengindahkan. Ia berjalan mendekati Rena,"Bukain!!" perintah Rena.Ervin menggeleng, "Jadian dulu..!" pintanya mengucap syarat."Apaan
Kupikir gadis cantik itu bahagia. Kupikir kehidupannya penuh cinta. Namum ternyata pikiranku semua salah. Kini kulihat bahu kecil itu semakin rapuh.*****Ervin berdiri di belakang Rena saat gadis itu masih betah diam dari keterkejutannya. Rena bahkan tak berbalik arah menatap siapa yang tengah berdiri di belakangnya.Saat ini yang Rena rasakan adalah, suara itu begitu mirip dengan suara pria yang ia rindukan. Pria yang sudah tak menghubunginya lagi. Pria yang membuatnya uring-uringan."Kau tak ingin melihatku?" tanya Ervin lagi.Namun Rena tetap betah diam.Ervin menghela nafas panjang. Ia berjalan mendekati Rena dan duduk di samping gadis tersebut, "Kau tak merindukanku?" tanya Ervin lembut.Rena menggeleng. Menggeleng kuat, namun tak melihat Ervin sama sekali.Ervin mengangguk pelan, "Baiklah! Sepertinya aku salah menyusulmu ke sini. Padahal aku merindukanmu.."Deg!Rena menegakkan kepalanya lalu me