Rena terdiam saat ia mendengar suara Ervin tiba-tiba muncul di belakangnya. Dengan perlahan, ia memutar kepalanya ke belakang dan spontan ia terpekik saat Ervin menatapnya tajam.
"Lo... Lo ngapain di rumah gue..lo..."
"Siapa yang lo panggil burik? Ha?" tanya Ervin lagi dan kali ini dengan nada yang tak suka.
"Gue...gue nggak nyebut siapa-siapa kok..." jawab Rena mencoba santai. "Lagian lo kenapa pagi-pagi udah muncul di sini? Mau makan gratis lagi ya?" tuduh Rena namun tak ditanggapi oleh Ervin.
Ervin berjalan mendekati Orang tua Rena dan bersalaman dengan mereka.
"Papi yang suruh Ervin ke sini.." ucap Irman menjawab pertanyaan Rena tadi.
"Naaaaa.. Pesenan lo dateng tuh!!" teriak Ervin saat ia masih fokus dengan gamenya.Renata seketika menatap Ervin tajam, "Denger gue coeg! Nggak perlu lo teriak gitu..""Yeee, mama gue tahu lo masih di dapur."Rena tak merespon lagi. Ia langsung memilih berjalan menuju arah luar yang sedari tadi bel nya berbunyi."Siang Mbak. Mbak mesen ayam pedesnya?" tanya Mas mas yang antar makanan pada Rena."Oh iya mas. Dua paket kan?""Iya mbak. Ini totalnya.." Rena mengambil bon tersebut dari mas delivery dan meliriknya sejenak."Ya udah, bentar ya mas. Saya ambilin uangnya dulu.." setelah p
"Kamu yakin mau pulang sayang? Aku belum puas sama kamu.." Silva merajuk dan bergelayut manja di lengan Ervin."Belum puas? Beneran belum puas?" Ervin mengedipkan matanya menggoda Silva membuat gadis itu merona malu.Silva yang merona langsung memukul dada Ervin, "Aku serius sayang.." manja Silva lagi."Aku pun serius honey. Aku harus kembali..""Tapi kan pacar kamu itu aku, bukan Rena. Sejak kamu jadi penjaga pribadi dia, kamu jadi jarang ketemu aku.." rengeknya.Ervin yang gemas langsung mencubit hidung kekasihnya yang masih bergelayut manja di lengannya."Mau gimana lagi sayang. Aku ngelakuin ini juga atas permintaan papinya Rena
Langit mendadak berubah gelap segelap gelapnya. Bintang yang tadinya begitu indah menghiasi angkasa sana berubah menjadi hitam kelam. Awan hitam juga ikut menjadi alasan kenapa bintang bintang itu menghilang.Ervin melirik ke arah kaca depan mobilnya untuk menatap langit yang mulai menjatuhkan rintik rintik kecil air."Haaahh.. Hujan.." gumamnya mendesah.Ervin melirik ke kiri dan ke kanan. Lampu merah masih terlihat lama untuk mengubah warnanya menjadi hijau.Ia memukul mukul kecil stir mobilnya untuk melenyapkan kesunyian malam dalam mobilnya. Padahal sebenarnya ia bisa menyalakan musik, namun ia tak berminat sedikitpun.Karena jika boleh jujur, mood nya sangat buruk malam ini. Apa
Rena baru saja sampai di rumah sakit. Ervin dengan cepat mengangkat tubuh Rena dari kursi belakang dan membawanya keluar lalu dengan keras meneriaki perawat yang malam itu masih berjaga agar membantunya menangani Rena yang tak sadarkan diri.Dengan cepat salah seorang perawat langsung mengarahkan Ervin untuk memasuki salah satu bilik UGD yang masih kosong.Ervin meletakkan Rena di atas ranjang yang tadi salah seorang perawat tunjuk."Pasien kenapa seperti ini mas?" tanya seorang perawat sambil menyiapkan alat-alat yang akan perawat itu gunakan untuk memeriksa Rena."Saya juga tak tahu suster. Saya juga dihubungi seseorang untuk menjemput dia. Dan ternyata sudah seperti ini." Ervin terpaksa berbohong. Tak mungkin ia mengatakan jika dirinya menemukan Rena saat gadis itu diperkosa Dinar.Namun sepertinya sang perawat tak percaya. Ervin justru mendapatkan tatapan mencurigakan dari mereka.Namun untuk saat ini bukan tatapan mereka yang Ervin piki
Suasana tegang kini nampak terasa di dalam ruang rawat Rena. Walaupun di dalam sana ada Rena dan Ervin, namun ketegangan itu tak kunjung jua mencai.Pasalnya Rena baru saja melakukan tes pada fisiknya dan hasilnya akan keluar satu jam lagi.Dokter bilang jika tes seperti ini bisa dilakukan secara cepat dan bisa dilihat hasilnya saat itu juga, namun sebaiknya dilakukan hal menyeluruh. Jadilah Rena harus bersabar menanti.Baik Rena maupun Ervin mereka berdua sama-sama harap-harap cemas. dalam hati mereka, doa yang sama selalu mereka ucapkan yaitu semoga Rena belum di nodai oleh Dinar."Hasilnya gimana ya? Ya ampun Kok gue panik gini ya?" ucap Rena yang nampak gugup dan sedikit pucat."Jangankan lo, gue sendiri aja sekarang gugupnya bukan main." bals Ervin," Gua nggak tahu apa yang akan gua lakuin sama mantan lo itu jika hasil tesnya menyatakan lo udah diapa-apain sama dia.." Rena terdiam mendenga
LAngit sedang tak bersahabat dengan orang-orang pejalan kaki diluaran sana. pasalnya udara mendingin karena langit yang mendadak gelap dan berat. seolah awan sudah begitu kesusahan menampung tumpukan air dan ingin air tersebut turun membasahi bumi.di rumah sakit, Rena tengah harap-harap cemas saat menunggu kedatangan Ervin. Lima menit yang lalu, pria itu baru saja diminta dokter untuk datang menemui dokter tersebut ke ruangannya.Nasibnya akan ditentukan di sini.Rena kembali melirik jam di dinding kamar rawatnya. Iya kembali merutuk kesal menyumpahi Ervin yang pergi cukup lama. padahal jika diingat kembali, Ervin baru keluar dari ruang rawat Rena sekitar lima menit yang lalu. itu artinya Ervin masih berada di ruang dokter saat ini.Tapi Penantian dan harap-harap cemas dari Rena membuat waktu terasa berjalan cukup lama.Lima menit dua puluh menit lima belas menit, Rena terus menanti sampai akhirnya pintu ruang rawatnya terbuka dan memunculkan Ervi
Teman2...aku minta maaf ya.. Udah janji double up tp ndak jd.. Soalnya nggak brp lama aku up yg pertama, aku dapat kabar jg harus ke rumah saudara, ada sesuatu urusan.Padahal ceritanya udah ada..udah standby tp di laptop..kalau di hp mungkin aku bisa up cepat..Maaf ya teman2..><Hari ini aku akan double up.. Tp agak sorean ya..^^Yuk lanjut bacanya.. ^^*****Sementara di tempat lain, Ervin sedang berada bersama Farel. kebetulan temannya itu sedang jadwal libur."Jadi gimana? lo udah nemuin pria brengsek itu dimana?" tanya Ervin dengan tatapan seperti ingin membunuh.Farel mengangguk, "Sudah.." jawab Farel, "Tapi kita punya kendala.."Ervin melirik Farel, "Apa?" tanyanya."Dinar meminta perlindungan pada Richard. lo masih ingat Richard kan?"Ervin menggertakkan giginya. i
Cinta tak bisa ditolak. Semua akan datang pada masa yang tepat.*****"Bangun juga ini anaknya papi. Kok kesiangan?" tanya Irman pada anak gadisnya itu."Semalam nonton korea Pi. Maklumlah anak jomblo, kalau nonton korea bisa sampai subuh.." jawab Renata sekenanya.Ucapan Rena sedikit ada benarnya. Ia jujur pada sang papi karena semalam ia benar nonton drama Korea."Ada-ada aja kamu Na. Mana ada orang jomblo aja yang nonton Korea, mami juga suka kok. Apalagi itu..siapa tuh namanya.. Dia main drama apa ya...aduuuhh mami sampai lupa.." Mirna menepuk-nepuk jidatnya untuk mengingat drama apa yang suka ia tonton."Nonton apa sih mi? Lama banget ingetnya.." ucap Renata."Aduh Mami lupa deh. Pokoknya dia dipanggil ajussi ajussi tampan sama anak jaman sekarang.. Mami nonton dia waktu jadi Kim Shin...""Gong Yoo?""NAAAAHH
Sore ini Rena baru saja pulang dari jalan-jalan bersama Ervin. Ia pergi dengan kekasihnya itu dari pagi. Dan perjalanan mereka sungguh menyenangkan.Sesuai janji Ervin pada mami Mirna tadi, ia akan mengantar Rena kembali pulang sesuai jam yang disebutkan. Sebenarnya Rena belum puas menghabiskan liburnya dengan Ervin ,tapi mau bagaimana lagi, ia belum mendapat lampu hijau dari mami dan papinya.Oh tidak, mungkin jika untuk papi, ia sudah mendapatkan angin segar. Namun untuk maminya, ia belum diberi angin segar. Apalagi Gilang yang kemaren ini berhasil mengorek kabar tersebut darinya.Rena keluar dari mobil Ervin. Diikuti oleh Ervin juga. Saat Rena membuka pintu rumahnya, ternyata terkunci.Rena mencoba mengetuk. Dan tak berapa lama, seseorang yang selama ini tak pernah ia lihat keberadaannya mendadak berdiri di hadapannya."Gilang?" Ervin terkejut melihat keberadaan Gilang di depannya
Siang ini Rena baru saja menginjakkan kakinya di halaman kantor milik Ervin. Ia merasa suntuk setelah setengah hari berdiam tanpa kepastian di kampusnya.Ini bukan kali pertamanya Rena ke ke kantor Ervin, namun untuk pertama kalinya ia melihat Ervin bisa tersenyum manis dengan seorang gadis yang tak ia kenal.Ya. Ia kini sedang menatap Ervin yang baru saja keluar dari lift bersama seorang gadis cantik yang sepertinya sebaya dengan Ervin.Rena menatap panjang kekasihnya tersebut. ia melipat kedua tangannya di dada lalu menghentakkan sepatu sebelah kanannya ke tanah.mencoba untuk tak kesal, dengan santainya Rena mendekat lalu berdehem memberi intruksi pada dua sejoli yang sedang bersenda gurau."Wuiiihh, pacar baru lagi? cepat banget dapat pacar.." ucap Rena yang langsung membuat Ervin terkejut.keberadaan Rena dikantornya membuat pria itu bingung. bukannya Rena di kampus? perasaan ia mengantarkan kekasihnya ini tadi ke kampus."Rena?
"Ervin!" Mutia berlari kecil mengejar sepupunya tersebut.Ervin yang tadinya ingin memasuki lift menuju ruangan kerjanya ,seketika menghentikan langkah saat ia mendengar Mutia memanggilnya.Ia melirik ke belakang dan tersenyum seketika."Pagi.." Sapa Ervin.Mutia tersenyum manis, "Pagi juga. Tumben pak bos datangnya kepagian begini.." ucap Mutia dengan nada sindiran bercanda.Tak!Ervin menjitak kepala Mutia pelan, "Berani sama boss sendiri ya?" ucapnya lalu tersenyum.Melihat perlakuan Ervin padanya, Mutia seketika dirundung perasaan yang tak menentu. Sejak lama ia berpikir tentang apa yang terjadi padanya sejak ia kenal dengan Ervin.Bisa dikatakan, pertemuannya dengan Ervin dimulai sejak ia berusia tiga belas tahun dan keanehan itu muncul saat itu juga. Ervin selalu memperlakukannya lembut walaupun dirinya selalu bar bar pada Ervin.Mutia menatap Ervin secara diam-diam. Ia melangkah mengikuti Ervin yang ma
Suasana tepian sungai yang sejuk dimana bunyi aliran air sungai mengisi gendang telinga Rena. Berpijak pada bebatuan sungai yang dialiri air yang begitu dingin membuat suasana hati Rena membaik.Di rerumputan daratan sungai ada Ervin yang saat ini tengah membentangkan tikar dan menyusun makanan yang tadi mereka bawa dari rumah.Piknik.Itulah yang saat ini mereka lakukan. Jauh dari hiruk pikuk kota, polusi udara dan kemacetan. Setelah aksi lamaran mendadak yang Ervin lakukan dan Rena menerimanya, mereka sudah seperti pasangan ABG yang dimabuk cinta.Padahal mereka berdua belum mengatakan sedikitpun status mereka pada ke dua orang tua masing-masing."Yank, udah jadi ini..!" teriak Ervin pada Rena yang masih betah menikmati suara air.Rena melirik ke belakang, ia langsung berlari mendekati Ervin dan duduk di samping kekasihnya tersebut.Ia mencomot satu potong kentag goreng dn meletakkan di ujung bibirnya.Ia me
Menyebalkan. Itulah satu kata yang bisa Rena ungkapkan untuk kekasihnya Ervin yang kini sedang duduk di kursi singgasananya.Ya.Rena saat ini berada di kantor Ervin. Setelah aksi kiss mark yang Ervin berikan padanya di mobil tadi, ia jadi tak bisa ke kampus lantaran posisi tanda itu ada di tempat terbuka di lehernya.Ingin rasanya ia mencekik Ervin namun ia tak ingin dijebloskan ke penjara.Lagi-lagi helaan nafas Rena mengganggu gendang telinga Ervin. Pria itu akhirnya memutuskan berhenti dari kerjanya sejenak."Kenapa lagi?" tanya Ervin gemas.Rena melirik kekasihnya itu dengan tatapan kesal, "bosan.." jawab Rena tegas."Yang minta ke sini kan kamu.."Rena menatap Ervin tajam, "Gara-gara kamu aku ke sini. Harusnya kan sekarang di kampus.." rutuk Rena.Ervin tersenyum geli. Ia berdiri dari kursinya lalu berjalan mendekati Rena
Renata berjalan menuruni tangga dengan raut wajah yang begitu cerah. Berjalan menghampiri meja makan di sudah diisi oleh mami dan papinya."Pagi papi sayang, pagi mami sayang.." serunya dengan sumringah.Tak menjawab sapaan Rena, Imran dan Mirna justru melongo menatap sang anak yang turun dari kamar sudah terlihat aneh."Kamu sakit?" tanya Mirna bingung.Renata menggeleng, "Nggak. Rena sehat kok Mi..""Kok senyum-senyum gitu. Kenapa? Ada kabar baik apa?" Mirna terlihat begitu penasaran.Renata menatap maminya sekilas lalu berpindah menatap papinya yang ternyata juga sedang menantikan jawaban dari pertanyaan mami."Rena punya pacar.." ucap Rena cepat dan pelan, namun masih terdengar oleh Mirna dan Imran."Waaaww, ternyata lagi jatuh cinta tooohh. Pantesaaan. Sama siapa?"Mirna berjalan mendekati sang anak dan duduk di kursi meja makan di sebelah Rena."Ih mami kepo..""Lhah? Nggak mau dikasih tahu nih? Percu
"Mau makan apa?" tanya Ervin pada Rena sambil menarik satu buku menu dari dua buku menu yang di sediakan cafe di atas meja. Ia membuka buku tersebut lalu melihat susunan menu yang menurutnya menggugah selera.Rena mengikuti apa yang Ervin lakukan, "Hmmm,.." gumamnya sambil melirik satu persatu menu yang tertulis di kertas tersebut.Ervin memanggil pelayan cafe sambil menunggu Rena memilih."Iya, mau pesan apa mas dan mbaknya?""Ayam kremes sambal terasi satu, oh ya mbak, tadi di pintu masuk saya lihat ada promo tingkat level sambal terasi ya?"Ervin langsung mengernyitkan matanya menatap Rena."Oh iya mbak. Kita lagi uji coba menu baru. Tingkat kepedasan sambal terasinya. Jadi promo ini akan berlaku sampai satu bulan ke depan. Kakak berminat?" jawab Pelayan tersebut.Rena mengangguk, "Kalau boleh tahu, tingkatannya sampai berapa?""Sampai
Rena keluar dari gudang disusul oleh Ervin. Pria itu tertawa melihat tingkah bodoh Rena. Melihat langkah Rena yang menunduk dan berjalan cepat membuat Ervin senyum-senyum sendiri.Ia yakin Rena malu karena ciuman panas mereka tadi. Tapi Rena penuh kejutan."Ren, tungguin pacar dong.. Duluan aja.." teriak Ervin."Ervin gila!" batin Rena. Sejak kapan mereka pacaran."Sayang! Tungguin dong!"Ervin berteriak keras membuat orang yang ada di sekitar langsung melirik ke arah mereka.Rena tak tahan lagi, ia berlari menuju parkiran dan langsung menghampiri mobil Ervin.Ia membuka pintunya namun terkunci. Ia segera melihat Ervin dan memberi kode untuk dibuka, namun Ervin justru tak mengindahkan. Ia berjalan mendekati Rena,"Bukain!!" perintah Rena.Ervin menggeleng, "Jadian dulu..!" pintanya mengucap syarat."Apaan
Kupikir gadis cantik itu bahagia. Kupikir kehidupannya penuh cinta. Namum ternyata pikiranku semua salah. Kini kulihat bahu kecil itu semakin rapuh.*****Ervin berdiri di belakang Rena saat gadis itu masih betah diam dari keterkejutannya. Rena bahkan tak berbalik arah menatap siapa yang tengah berdiri di belakangnya.Saat ini yang Rena rasakan adalah, suara itu begitu mirip dengan suara pria yang ia rindukan. Pria yang sudah tak menghubunginya lagi. Pria yang membuatnya uring-uringan."Kau tak ingin melihatku?" tanya Ervin lagi.Namun Rena tetap betah diam.Ervin menghela nafas panjang. Ia berjalan mendekati Rena dan duduk di samping gadis tersebut, "Kau tak merindukanku?" tanya Ervin lembut.Rena menggeleng. Menggeleng kuat, namun tak melihat Ervin sama sekali.Ervin mengangguk pelan, "Baiklah! Sepertinya aku salah menyusulmu ke sini. Padahal aku merindukanmu.."Deg!Rena menegakkan kepalanya lalu me