*Nona, bagaimana kabar Anda? Saya harap Anda baik-baik saja.* Pesan singkat dari Neva, sang asisten, membuat Hazel yang berdiri di tepi kolam, menghela napas dalam. Jika sang asisten menanyakan kabarnya, pasti ibunya mulai khawatir padanya. Meski Hazel mengatakan dirinya baik-baik saja, tapi tetap ibunya akan selalu menanyakan dirinya.Tanpa pikir panjang, Hazel memutuskan untuk menghubungi sang asisten.“Nona Hazel?” sapa Neva lebih dulu kala panggilan terhubung. “Ibuku menanyakanku padamu?” tanya Hazel to the point.“Iya, Nona. Ibu Anda menanyakan Anda. Beliau sangat mencemaskan Anda. Saya sudah bilang Anda baik-baik saja, tapi tetap saja beliau masih khawatir.” Hazel tersenyum di kala dugaannya benar. “Katakan pada ibuku, kau sudah menghubungiku, dan memastikanku baik-baik saja.”“Baik, nanti saya akan sampaikan, Nona. Hm, Nona, a-apa Anda masih tinggal dengan p-pembunuh itu?” “Dia Sergio, punya nama. Hargai dia seperti kau menghargaiku, Neva.” Hazel memberikan teguran tegas.“
Hazel terbangun di tengah malam, menoleh ke samping tidak ada Sergio. Keningnya mengerut dalam bingung. Tadi sebelum dia bangun tidur, dia mengingat bahwa Sergio berada di sampingnya—memeluknya dengan erat. Namun, kenapa sekarang pria itu tidak ada di sampingnya?Hazel mengalihkan pandangannya, menatap masih pukul dua pagi. Rasanya tak mungkin Sergio pergi di pagi buta tanpa bilang padanya. Hazel memutuskan untuk turun dari ranjang—mengikat rambutnya—melangkah menuju ruang kerja Sergio.Setibanya di ruang kerja Sergio, tatapan wanita itu teralih pada sosok pria tampan yang berdiri ke arah kaca besar. Dia mendekat dan memberikan pelukan dari belakang ke tubuh kekar Sergio.Sergio tersenyum menatap dari pantulan kaca Hazel memeluknya. “Ini masih malam. Kenapa kau sudah bangun, hm?”“Aku terbangun, karena aku merasakan sudah tidak ada pelukanmu,” bisik Hazel sambil menciumi punggung kekar Sergio.Sergio membalikkan tubuhnya, mengangkat tubuh Hazel, terduduk di atas meja. Pria itu merapat
Sergio duduk di sebuah kafe yang jauh dari pusat kota. Di samping Sergio ada Benton yang siaga di berdiri. Dia menyesap vodka di tangannya, menatap sosok pria paruh baya yang baru saja tiba. Pria itu menuruti keinginan client-nya yang ingin bertemu dengannya di tempat yang jauh dari pusat kota.“Aku sudah melakukan pembayaran! Kenapa kau belum juga membunuh targetku!” seru pria paruh baya itu, dengan nada penuh kemarahan tertahan.Sergio menggerakkan gelas di tangannya. “Targetmu adalah seorang putri billionaire ternama di New York. Caraku tidak terburu-buru. Tentu semua harus melalui pemikiran yang matang dan tepat, Tuan Engelson.”Trevor Engelson, pria paruh baya yang memakai jasa Sergio, sudah tak lagi bisa sabar. Sorot matanya tajam, membendung emosi. “Jika kau tidak mampu membunuh anak dari musuhku, maka aku akan mencari orang yang mampu!”Raut wajah Sergio berubah mendengar apa yang dikatakan oleh Trevor. Pria itu meletakan gelas ke atas meja. Kilat matanya sedikit menajam, teta
Aura kemarahan begitu menonjol di wajah Sergio. Pria tampan itu melajukan mobil dengan kecepatan penuh membelah kota Bern. Salju turun cukup lebat, hingga membuat jalanan tertutup oleh balok es. Keheningan membentang dari dalam mobil. Baik Sergio ataupun Hazel masih belum bersuara sama sekali.Hazel ingin sekali bersuara, tapi sayangnya wajah dingin Sergio membuatnya terpaksa mengurungkan niatnya. Dari mata saja, dia sudah bisa melihat jelas betapa Sergio sangatlah marah. Itu yang membuatnya memilih untuk bicara di kala tiba di rumah saja.Mobil Sergio telah memasuki gedung apartemen di mana unit penthouse Sergio berada. Pria itu lebih dulu turun dari mobil, disusul dengan Hazel yang juga turun dari mobil. Hal yang Hazel lakukan adalah menyusul Sergio—yang sudah lebih dulu berjalan menuju ke kamar.“Sergio, tunggu.” Hazel menahan lengan Sergio.Langkah kaki Sergio terhenti, menatap Hazel dengan sorot mata tegas. “Aku sedang tidak ingin bertengkar, kau istirahatlah.” Pria itu kembali i
Aroma makanan lezat tercium Sergio yang masih tertidur pulas. Perlahan, mata pria itu terbuka—dan menatap Hazel sudah menyiapkan sarapan untuknya. Senyuman di wajah Sergio terlukis hangat. Pria itu memberikan kecupan di bibir Hazel.“Good morning,” sapa Sergio sambil mencubit pelan pipi Hazel.“Good morning,” Hazel memberikan susu hangat pada Sergio.Sergio menerima susu vanilla itu dan meminum perlahan. “Padahal aku lebih suka menyusu padamu langsung, Sayang.”Mata Hazel mendelik mendengar ucapan vulgar Sergio. “Kau ini bicara semabrangan saja!” ucapnya kesal mendengar kalimat vulgar pria itu.Sergio tersenyum samar melihat wajah jengkel Hazel yang menggemaskan. Detik selanjutnya, dia minum perlahan susu hangat itu, dan meletakan ke atas nakas. Lantas, dia menarik tubuh Hazel, masuk ke dalam pelukannya.Hazel melukiskan senyumannya di kala mendapatkan pelukan dari Sergio. “Hari ini kau ingin pergi ke mana?” tanyanya pelan.“Hm, aku ingin mengajakmu pergi.” Sergio mencubit pelan hidun
New York, USA. Asap rokok mengepul ke udara, lalu hilang diterpa angin. Sosok pria paruh baya itu tampak menunjukkan kemarahannya. Mesi tak lagi muda, tapi parasnya masih tetap tampan dan gagah. Dia duduk di kursi kebesarannya dan di hadapannya ada putra pertama dan putra keduanya.“Dad, ancaman itu mungkin hanya main-main.” Nathan—putra kedua Arthur—berusaha menenangkan ayahnya.Arthur sudah menunjukkan pesan singkat yang berupa ancaman pada Justin dan Nathan. Dia sengaja memberikan tahu ini agar kedua putranya tahu bahwa dirinya baru saja diancam. Hanya Justin dan Nathan yang diberi tahu. Sang istri serta anak ketiga dan anak keempatnya tidak diberi tahu.Justin mengembuskan napas panjang. “Menurutku tidak mungkin ada orang yang main-main dalam memberikan ancaman pada kita.”Nathan mengalihkan pandangannya menatap Justin. “Awalnya aku sependapat denganmu, tapi lihatlah sampai sekarang kita baik-baik saja, Kak. Kau, aku, Joseph atau—” Tiba-tiba saja lidah Nathan menggantung menginga
Mobil Sergio meluncur dengan kecepatan penuh melewati jalanan yang nyaris tertutup balok es. Pria itu berusaha mencari jalan alternatif, agar perjalanannya tidak terhambat. Ya, tepat di kala Benton sudah datang—Sergio langsung mengajak Hazel pergi meninggalkan penthouse-nya.Sergio tidak ingin mengambil risiko tetap tinggal di penthouse yang berhasil dibobol oleh orang tak dikenal. Meskipun badai salju, dia tetap nekat pergi. Beruntung sekarang salju sudah sedikit mereda. Tidak seperti tadi yang cukup lebat.Sergio bukan takut pada badai salju. Namun, yang tak dia sukai dari salju adalah mempersulit dirinya menemukan jalan. Sebab, hampir semua jalanan tertutup oleh balok es yang tak bisa ditembus.“Sergio, kita akan pergi ke mana?” tanya Hazel pelan seraya menatap Sergio. Dia hanya menurut, tanpa tahu ke mana Sergio akan membawanya.“Kita akan tinggal di apartemenku.” Sergio menjawab dengan tatapan fokus lurus ke depan.Hazel menghela napas dalam penuh kegelisahan. “Tadi musuhmu yang
“Sergio!” Hazel menjerit seraya membuka mata di kala mimpi buruk telah menyerangnya. Sergio langsung membuka mata ketika Hazel menjeritkan namanya. Pria itu menatap Hazel yang napasnya tak berarturan.“Minum dulu.” Sergio mengambil minuman yang ada di atas nakas, dan memberikan pada Hazel. Pun Hazel menerima—meminum perlahan—dan meletakan kembali minumannya ke atas meja.Napas Hazel memburu tak beraturan. Keringat dingin menyelimuti tubuhnya. Kepingan memorinya terus mengingat tentang mimpi buruk yang menghantam dirinya. Debar jantungnya berpacu semakin kencang di kala tak bisa melupakan mimpinya itu.“Hey, kau mimpi apa?” Sergio menangkup kedua pipi Hazel, menatap hangat wanita itu.Bahu Hazel bergetar ketakutan. “S-Sergio, a-aku—” Lidahnya tiba-tiba saja kelu, tak bisa merangkai sebuah kata.Sergio menangkap ketakutan di wajah Hazel. Pria itu membelai lembut pipi Hazel. “Aku di sini. Kau aman bersamaku. Katakan kau mimpi apa?” tanyanya seraya menarik pelan tubuh Hazel—masuk ke dalam
Sergio menjalani hari-harinya di Afford Group, tanpa sama sekali hambatan. Setiap kesulitan yang dihadapi, tak pernah sekalipun Sergio tunjukkan bahwa dia tidak bisa. Yang dilakukan Sergio adalah mempelajari hal yang pertama kali. Ketangkasan dan feeling yang kuat, membuat Sergio tak mudah mengambil keputusan.Baru bergabung di Afford Group sudah membuktikan bahwa memang Sergio layak bergabung di Afford Group. Justin bahkan tidak ragu memuji kinerja dari Sergio. Pun Benton yang awalnya mengalami kesulitan, mulai bisa memahami tentang system kerja di Afford Group.Hazel tentu paling bangga pada sang suami, yang telah berhasil membuktikan diri. Meskipun background pendidikan Sergio tidak seperti tiga kakak laki-lakinya, tapi Sergio bisa menunjukkan taringnya di Afford Group.Weekend telah tiba. Hazel duduk bersantai di ruang tengah bersama dengan sang suami sambil menikmati ice cream. Seth dan Hailey sedang berenang, dan tentu diawasi oleh para pengasuh.“Sayang, aku sedih sekali libura
Hazel berkutat di dapur, membuat makanan lezat. Waktu sudah menunjukkan hampir jam makan siang. Wanita cantik itu memiliki ide cemerlang yaitu mendatangi Sergio ke kantor, membawakan makan siang.“Mommy, kami pulang.” Seth dan Hailey masuk ke dapur, dan langsung memeluk ibu mereka. Sebelumnya mereka diberi tahu pelayan bahwa ibu mereka berada di dapur. Itu yang membuat mereka menyusul ke dapur.Hazel tersenyum melihat Seth dan Hailey sudah pulang. “Sayang, kalian ganti baju dulu. Setelah itu kita akan pergi ke kantor Daddy mengantarkan makan siang untuk Daddy kalian.”“Kita akan ke kantor Daddy?” Seth dan Hailey mengerjapkan mata mereka.Hazel mengangguk merespon ucapan dua anaknya. “Iya, Sayang. Kita akan ke kantor Daddy. Kalian mau, kan?”“Mau, Mommy! Yeay, kita ke kantor Daddy.” Seth dan Hailey berseru gembira seraya menepuk tangan.Hazel tersenyum lembut melihat kegembiraan di wajah Seth dan Hailey. “Ayo, ganti dulu pakaian kalian, jika ingin ikut ke kantor Daddy.”Seth dan Hailey
New York, USA. Sandra telah kembali ke London untuk melanjutkan pendidikannya. Hazel bersama suami, anak, serta keluarga besarnya yang lain telah kembali ke New York. Pun Joseph dan Isabel berada di New York, karena liburan akhir tahun ini mereka akan berkumpul bersama.Kepergian Drake dan Paula memang begitu meninggalkan duka sangat dalam di hati seluruh keluarga. Namun, hal yang mereka selalu ingat bahwa cinta Drake dan Paula mengajarkan banyak hal pada mereka. Terutama tentang waktu di dunia sangat singkat.“Mommy, Daddy, kami berangkat sekolah dulu. Bye, Mommy, Daddy. We love you.” Seth dan Hailey melambaikan tangan mereka pada Hazel dan Sergio. Dua bocah kembar itu sudah berada di dalam mobil.Sergio dan Hazel sama-sama tersenyum sambil melambaikan tangan mereka.“We love you, Sayang,” seru Hazel penuh kelembutan.“Belajarlah dengan baik,” sambung Sergio.Seth dan Hailey mengangguk patuh. Lantas, sopir mulai melajukan mobil meninggalkan mansion. Senyuman di wajah Hazel dan Sergi
Athena menatap hangat Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, dan Alaric yang tidur di kamar yang sama. Sejak berada di Madrid, mereka ingin tidur di kamar yang sama berlima. Permintaan mereka tentunya dituruti Justin dan Athena.“Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric. Mommy sangat mencintai kalian. Tumbuhlah menjadi orang yang hebat di masa depan,” ucap Athena lembut.Justin memeluk pinggang Athena. “Anak-anak kita akan orang yang hebat di masa depan. Selama ini kita mendidik mereka dengan sangat baik. Kita juga memberikan cinta dan kasih sayang pada mereka.”Athena berbalik, menghadap tubuh sang suami, sambil melingkarkan tangannya di leher suaminya itu. “Anak-anak bisa menjadi orang hebat karena dirimu. Kau memberikan contoh yang baik. Dan hari ini, kau menunjukkan betapa kau menjadi seorang suami, ayah, dan kakak yang bijaksana. Aku bangga memilikimu.”Justin membelai pipi Athena lembut. “Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya aku lakukan, Sayang.” Pria tampan itu menyapukan hidun
Bianca dan Arthur tersenyum hangat melihat tiga belas cucunya berkumpul sambil bercanda bersama. Keluarga Afford terkenal memiliki banyak keturunan. Terutama pasangan Justin dan Athena yang memiliki lima orang anak. Well, Justin dan Athena memang memiliki anak yang paling banyak di antara yang lain.Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, dan Alaric adalah anak Justin dan Athena. Meski memiliki lima anak, Athena hanya mengandung dua kali saja. Yang pertama Athena mengandung bayi kembar tiga. Jasper, Joana, dan Jesslyn adalah anak yang lahir kembar tiga. Kandungan yang kedua Athena melahirkan dua anak laki-laki kembar yang diberikan nama Arnold dan Alaric.Audie, Nick, dan Niguel adalah anak dari Nathan dan Aubree. Tentunya Aubree melahirkan bayi kembar karena memang keluarga Afford memiliki gen keturunan kembar. Jadi, sudah tidak lagi heran. Nathan dan Aubree juga mengajak tiga anak mereka ke Madrid. Sekarang tiga anak mereka berkumpul dengan para sepupunya yang lain.Joshua, Jeraldo, dan Iri
Sergio tersenyum melihat Sandra mengajak Seth dan Hailey bermain. Dia berdiri di pintu masuk halaman belakang. Di sampingnya ada Hazel yang menemaninya. Pria tampan itu keluar sebentar, dan di kala pulang sudah melihat adiknya. Pemandangan yang sangat indah.“Sayang, lihatlah, Seth dan Hailey sangat senang bersama dengan Sandra. Kedatangan Sandra berhasil menghibur Seth dan Hailey,” ucap Hazel seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.Sergio mengecup puncak kepala Hazel. “Ya, aku senang Seth dan Hailey bisa terhibur dengan kedatangan Sandra.”Hazel mendongak dari pelukan sang suami. “Dan aku juga bahagia kesehatan Sandra berangsur-angsur membaik.”Sergio membelai pipi Hazel lembut. “Terima kasih telah menerima Sandra. Terima kasih kau telah menjadi kakak ipar yang baik untuk Sandra. Terima kasih kau mau menjadi sahabat Sandra. Kehadiranmu bukan hanya berarti bagiku, tapi juga berarti bagi Sandra.”Hazel tersenyum lembut. “Kita adalah satu. Sejak di mana kita sudah mengu
“Bianca, kau belum makan. Jika kau terus-menerus seperti ini kau bisa sakit.” Arthur membujuk Bianca untuk makan. Namun, sayangnya dia selalu mendapatkan penolakan. Pria paruh baya itu sudah beberapa kali ingin menyuapi sang istri, dan tetap lagi dan lagi Bianca tidak ingin makan.“Arthur, aku mohon tinggalkan aku sendiri.” Bianca duduk di balkon kamar, dengan tatapan lurus ke depan. Aura wajahnya menunjukkan kemuraman. Meski belum makan, tapi Bianca sama sekali tidak merasakan lapar sedikit pun.Arthur mengembuskan napas panjang. “Aku akan meninggalkanmu sebentar. Tapi aku akan tetap kembali ke sini untuk membujukmu makan.” Terpaksa, pria paruh baya itu melangkah pergi keluar dari kamar.“Dad?” Justin yang berdiri di depan kamar orang tuanya, dan bermaksud ingin mengetuk pintu, langsung mengurungkan niatnya di kala pintu sudah terbuka.Arthur menatap Justin sambil membawa piring yang berisikan makanan. “Mommy-mu belum mau makan.”Justin mengambil piring yang ada di tangan ayahnya. “B
Upacara pemakaman Drake Lucero dan Paula Lucero berjalan dengan lacar. Beruntung cuaca cerah, tak turun hujan. Tangis seluruh keluarga mengiringi selama upacara berlangsung. Namun, meski seluruh keluarga menangis, mereka semua merelakan kepergian Drake dan Paula.Altov memberikan pelukan pada Bianca, sebelum pria paruh baya itu pergi. Pun keluarga Lancaster, keluarga angkat Bianca turut hadir. Bianca tampak masih sangat terpukul memutuskan untuk pulang ke kediaman orang tuanya. Arthur menemani. Justin sebagai anak laki-laki tertua mengajak istri dan kelima anaknya untuk menemani kedua orang tuanya. Begitu juga dengan Nathan yang mengajak istri dan tiga anaknya untuk menemani kedua orang tuanya.Joseph tak bisa menemani kedua orang tuanya, karena dia yang sekarang menghadapi para wartawan. Isabel sebagai calon Ratu di masa depan, tentunya juga harus menggadapi rentetan pertanyaan wartawan. Terakhir Hazel dibawa oleh Sergio ke mansion milik Sergio yang ada di Madrid.“Seth dan Hailey s
Seth dan Hailey begitu lahap menyantap pudding buatan Hazel. Dua bocah itu sangat menyukai pudding buatan ibu mereka. Hazel sampai tersenyum-senyum melihat tingkah dua anak kembarnya yang sangat menggemaskan. Ya, inilah kehidupan Hazel. Sejak menikah dengan Sergio, memang dia hanya fokus menjaga dua anak kembarnya.Hazel dulu kerap terlibat dalam perusahaannya. Namun, semua itu sudah tak lagi semenjak dirinya menikah. Justin, Nathan, dan Joseph mendukung keputusan Hazel untuk fokus pada keluarganya. Pun sebenarnya tanpa Hazel, tetap Afford akan tetap berjaya. Sebab, Hazel memiliki tiga kakak laki-laki yang sangat bisa diandalkan dalam segala hal.“Mom, kapan Bibi Sandra pulang? Aku sangat merindukan Bibi Sandra,” ucap Hailey seraya menatap ibunya.“Iya, Mom. Aku juga merindukan Bibi Sandra,” sambung Seth.Hazel tersenyum sambil menciumi pipi bulat Seth dan Hailey. “Minggu ini Bibi Sandra akan pulang dari London. Kita tunggu, ya?”Seth dan Hailey mengangguk antusias. “Siap, Mommy!”Haz