"Kita semua pamit pulang, ya Emillio jaga dirimu baik baik," kalimat yang di ucapkan Lauder.
"Terimakasih, terimakasih banyak. Nanti aku akan mengunjungi mansionmu untuk bertemu dengan Jack, semoga dia cepat sadar aku sangat merindukan dia. Oh ya jika dia sadar kabari aku, dan secepatnya aku akan ke sana."
Akhirnya mereka semua sudah berada di dalam perjalanan menuju kota tempat kediaman mereka. Di perjalanan yang begitu damai membuat hati mereka merasakan suasana yang tentram, bagaikan hidup mereka seakan-akan 1000 tahun lagi.
Mengapa demikian? Karena, di atas helikopter sana mereka melihat awan yang sangat indah. Tentunya masalah mereka sedikitnya sudah berkurang, mulai masalah kecil, sedang, dan nanti pada akhirnya.
Di perjalanan Lauder tiba-tiba teringat sesuatu, ternyata dia melupakan sesuatu yaitu. Dia lupa mengapa tidak menanyakan siapa pemilik rumah labirin, rumah di mana Aurora di culik dan di kurung di sana.
"Aishh..."
Sudah pukul 03.30 pagi Lauder belum menemukan keberadaan Bella Thessaly. Sudah sekitar 4 jam dia mencari Bella Thessaly namun belum titik di mana dia berada. Akhirnya dia datang ke perusahaannya sendiri dan berdiri di atas gedung miliknya, karena dia tidak ada niat untuk pulang ke mansionnya. Karena semua orang pasti akan memberikan 1000 pertanyaa, yang akan menyebabkan kepalanya semakin pusing. Meski dalam hatinya dia sangat mengkhawatirkan anaknya Devano, anak semata wayangnya. Dia akan kembali pulang jika waktu sudah menunjukan pukul 04.00 sore tepatnya Bella menghilang selama 24 jam. Di mana dia akan menanyakan kabarnya kepada temannya itu. Sambil menunggu waktu tiba dia mengerjakan pekerjaannya untuk mengurangi pikirannya karena dia akan berfokus untuk bekerja. Dalam kata lain dia hanya mengsibukkan diri saja, agar dia bisa melakukan segala hal dengan positif. Meski dalam hatinya dia sangat kacau, dan terus saja teringat Devano. Saking sibukn
Detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun ini juga Lauder bersumpah akan membalaskan dendamnya kepada orang yang sudah menculik istrinya Bella Thessaly. Bella Thessaly menghilang membuat Devano menderita, setiap malam dan setiap saat Devano selalu menangis karena dia sangat merindukan ibu kandungnya. Semua orang di sana berusaha mendiamkan Devano. Namun, Devano semakin menjadi-jadi dalam tangisannya itu. Lauder tak kalah berusaha menenangkan hatinya, akhirnya Devano sudah berhenti menangis dan dia mulai tertidur dengan nyenyak karena cape. Dari tadi dia menangis, dan tidak mau makan alhasil kondisinya semakin tidak baik. Lauder yang sangat perhatian, dia menyuruh dokter pribadinya untuk menyuntikan vitamin ke dalam tubuh Devano. Meski dia tidak mau makan, setidaknya vitamin tersebut sangat membantu untuk tubuh Devano. Devano harus merasakan kesedihan yang sangat tidak dia inginkan. Masih balita dia harus menghadapi kejahatan di dalam hidupnya, meski begitu se
"Jika pemilik rumah labirin ialah Dareen, apa tujuan dia sampai-sampai menculik Aurora!" kalimat yang begitu lantang di ucapkan oleh Maxs. "Maxs? Santai jaga dan tahan emosimu! Kendalikanlah," kalimat perintah dari Aurora. "Huhhhhh huhhh," Maxs menyandarkan dirinya di tembok terdekatnya. Emillio tidak mengetahui tujuan dari Dareen untuk mengajak kerjasama dengannya yaitu menculik Aurora. Emillio setuju dengan tawaran Dareen, karena tujuan di ingin melihat Aurora dari kejauhan saja. Meski dengan cara menculiknya, hal itu membuat dia senang namun kesenangan itu tidak selamanya. Emillio tidak mengetahui, jika Lauder dan Dareen saling mengenal bahkan Dareen sampai mempunyai hutang budi kepadanya. Dengan begitu Emillio bisa menyimpulkan, dia mencurigai Dareen namun dia tidak bisa langsung to the point kepada mereka semua. Alasannya, dia hanya tidak berani mengambil risiko menuduh tanpa bukti. Dia berniat dan mempunyai tujuan, untuk menyelidiki kasu
Sudah beberapa bulan Lauder sulit di hubungi semenjak hilangnya Bella Tessaly. Anggota keluarga begitu memikirkannya dengan sangat keras, begitu sangat khawatir. Devano yang kini semakin sedih, badan yang awalnya segar bugar kini mengecil. Alexs yang mengetahui hal itu dia sangat kasihan kepada Devano. Tidak ada pikiran sedikitpun di dalam hati dan otaknya Devano akan mengalami hal yang begitu menyakitkan dan bisa membuat mentalnya menjadi down. Semakin sulit di hubungi semakin banyak kabar bahwa Lauder menjadi orang yang kasar, suka mabuk, dan berubah drastis. Mendengar berita itu Alexs menjadi khawatir dan mau tidak mau dialah yang akan meneruskan perusahaan Lauder dan miliknya. Namun dia hanya sementara, ketika Devano sudah dewasa nanti maka dialah yang akan meneruskan semua bisnisnya. Sesekali Devano menanyakan orang tuanya di mana, namun Alexs hanya membicarakan hal yang lain. Melainkan, mengalihkan pembicaraan. Dengan begitu Devano hanya terdiam t
Usia Devano yang kini berusia 15 Tahun, masa-masa yang masih labil yang harus penuh dengan ekstra di perhatikan oleh orangtua. Namun Devano tidak dapat merasakan perhatian dari orang tuanya itu lagi. Karena sudah terbiasa ia hanya menjalankan hari-harinya seperti biasa. Sesekali dia meminta izin untuk menemui mansionnya, karena saat ini Devano masih tinggal bersama pamannya yaitu Alexs. Karena Alexs mulai sangat sibuk dia jarang sekali mengobrol bersama Devano. Bahkan saking sibuknya ia selalu pulang larut malam. Hal itu di sebabkan oleh, karena Alexs harus mengurusi 2 perusahaan sekaligus. Yang pertama ia urusi ialah milik dia sendiri yang ke dua dia mengurusi perusahaan milik Lauder. Namun mengelola perusahaan Lauder, hanya sementara karena hanya menunggu waktu Devano menjadi dewasa dan mampu menanggung tanggung jawabnya. "Paman Alexs bolehkah aku mengunjungi mansion Ayah?" "K-kenapa kamu menjadi manggil paman, Devano? Sejak hari ini?"
Akhirnya mereka sampai di depan sekolah yang megah itu. Namun mereka berdua sangat kebingungan karena, tidak ada celah untuk masuk ke dalam. Caramel perempuan itu, dia tidak berhenti mengomel. "Please lah ya Devano Lauder orang kutub, tapi kaya 14 turunan bahkan 21 turunan. Lebih baik kita bolos saja you know?! Kamu kan kaya buat apa cape-cape sekolah?!" "Kamu! Anak pemilik sekolah ini tapi sikapmu mencerminkan hal yang tidak pantas?" "Ha ha ha, Ayahku sudah kaya! Biarkan aku yang menikmati kekayaannya ini!" "Bodoh! Sudahlah, kamu pasti tahukan jalan keluarnya?" "Tau lah, kalo aku kesiangan pasti jalan rahasia!" "Katakan padaku jalan rahasia, jalan tikus?" "Benar, sini ikuti aku!" Mereka berdua sembunyi-sembunyi menelusuri jalan agar bisa masuk ke sekolah. Dengan kaki pincangnya Caramel tidak mengeluh, akan sakit namun dia tetap saja berjalan tidak menghiraukannya. Memang Caremel orang yang sangat manja namun, k
Alexsander tidak berhenti-hentinya memanggil-manggil nama Devano. Alexsander ia adalah anak dari Alexs dan Anggel Calista. Alexsander sekarang ia sudah berusia 10 tahun kurang 6 bulan. "Kakak Devano udah dari mana?" "Iya baru pulang dari rumah temen," "Kenapa gak ngajak sih? Aku kan pengen main bola juga," "Aduhh Alexsa, janganlah kamu ikut bersama kakakmu ini. Dia kan bukan bermain dari rumah laki-laki," "Ah tante apa maksudmu?" "Sudahlah, tidak biasanya kamu memakai parpum terus baju serapih ini. Biasakan kamu pakai seragam di keluarkan?" "Ah tante kenapa seteliti itu sih, aku memang udah dari rumah temen iya dia perempuan. Aku hanya ingin bertanggung jawab saja, karena dia tertabrak olehku dan kaki dia terluka lalu aku menebus obat dan mengantarkan untuknya." "Bagus! Kamu sudah tahu apa itu tanggung jawab! Jadilah orang yang berguna dan bertanggung jawab. Jangan terlalu di pikirkan ke mana perginya ayahmu. Yang pasti
Akhirnya Caramel sudah selesai mandi dan badan dia terasa segar, hanya saja masih ada rasa sakit sedikit yang ada di kakinya. Karena kaki Caramel belum sepenuhnya sembuh, hal itu membuat Devano menjadi perhatian lebih kepada Caramel. Caramel yang begitu di perhatikan oleh Devano hanya tersenyum dan senang, karena dia tidak menyangka kutub es bisa mencair seperti ini. Dia tidak banyak berbicara hanya saja, dia tidak ingin Devano mengetahui jika dirinya begitu bahagia ketika berada di dekatnya. Caramel langsung saja terlihat cuek saat di pandangi Devano, dia hanya percaya diri saja. Namun kepercayaan dirinya itu berakhir memalukan karena Caramel memakai baju yang kebalik. Hal itu di sadarkan oleh ayahnya Caramel sendiri, alih-alih wajah Caramel begitu memerah dan sangat malu. Akhirnya Caramel langsung pergi ke kamarnya dengan berlari kecil, karena kaki nya masih sakit. Devano hanya tertawa kecil pada saat, melihat wajah Caramel yang tiba-tiba memerah dan
2 minggu kemudian badan Devano sudah sehat, namun dia masih tidak ingin pergi. 1 minggu yang lalu Caramel sudah sadar dan Caramel sekarang sudah di pindahkan ke ruang pemulihan, Caramel mengkhawatirkan Devano meski Dokter sudah menyampaikan amanatnya jangan khawatir. Dan saat ini Anton baru saja sembuh dari komanya, Anton berniatan untuk kembali ke Britania Raya karena merindukan Caramel. Saat di kantor Anton mendapatkan kabar jika mansion Devano hancur di bom oleh Dareen kabar itu di berikan oleh William. "Apakah Caramel masih di rumah sakit?" "Mengapa kamu tahu jika Caramel di rawat?" "Saat aku koma aku bertemu dengannya namun aku tidak tahu penyebabnya dia koma, namun yang pasti iktan batin aku dan dia kuat." Anton langsung saja menjenguk Caramel, saat Caramel melihat Anton wajah Caramel begitu berseri di sana mereka saling berpelukan. 2 hari kemudian Devano datang menemui Caramel dan mengajaknya pulang ke rumah pamannya Alexs. Devano menyuruh Alexs serta keluarga untuk datan
Devano membawa Jordan dan Dareen ke hutan yang sepi di sana Devano menyimpannya di sebuah rumah yang baru saja selesai di bangun, rumah tersebut ialah milik ayahnya Devano yaitu Lauder tujuannya untuk tempat tinggal sementara jika ada musuh yang menyerang. Namun Devano jadikan rumah itu untuk tempat tinggal Dareen dan Jordan. Di tengah-tengah perjalanan Devano memberikan kabar kepada seseorang lewat hp Jordan, Devano memberikan pesan setelah urusannya sudah selesai Devano langsung saja melanjutkan perjalannya. Di tengah-tengah hutan yang sepi dan angker Devano terus fokus saja mengendarai mobilnya, karena Devano harus cepat-cepat sampai ditakutkan Dareen dan Jordan sadar sehingga mau tidak mau jika itu terjadi Devano harus menguras tenaganya lagi. Setelah sekian lama di perjalanan Devano sudah sampai di rumah kecil namun nyaman, di sana langsung saja kedua orang tersebut Devano bawa dan Devano baringkan di kasur yang sudah di sediakan kedua kakinya Jordan dan Dareen dia ikat mengguna
"Aku akan mengizinkanmu untuk melihatnya saja, namun tidak untuk berkomunikasi ataupun bertatapan." "Baik aku paham, biar aku saja yang menahan rasa rindu ini. Bagaimana tidak sejak usia aku menginjak 4 tahun ibuku pergi entah kemana, sekarang usiaku hampir 26 tahun tidak terbayang bagaimana aku rindu kepada dia 22 tahun tidak bersamanya." "Lihatlah ibumu sedang berkomunikasi dengan gadis bernama Clare." "Iya seperti ibu mertua dan menantunya bukan?" "Apa?" "Ahh tidak lupakan, melihat dari kejauhan saja aku sudah lega dan aku sangat-sangat bersemangat untuk melawan seseorang." "Aku tahu orang itu adalah Dareen bukan?" "Mengapa kamu tahu?" "Ah tidak usah tahu dari mana, seharusnya kamu itu bersaing dengan anaknya namun tidak karena anaknya saja dia tembak." "Apa? Anton di tembak? Pantas saja dia tidak terlihat di Britania Raya, pasti Anton meminta agar ayahnya berdamai." "Ya memang seperti itu, dan dia sekarang koma." "Apakah itu ikatan cinta? Caramel orang yang dia sayang ju
"Apa?" "Sewaktu tuan Devano memanjat jendela untuk keluar, aku tidak sengaja mendengar obrolan Jesica dengan Dareen. Aku mendengar bahwa sekeliling mansion ini di kelilingi oleh bom, dan ada 2 sabuk untuk menambah durasi waktu sebelum bom itu meledak, mereka kira Devano dan Lauder akan berkorban demi menyelamatkan kalian. Namun aku yakin kedua majikan aku tidak akan menyerah begitu saja, setelah itu aku berlari ke arah pinggir jalan tikus untuk keluar terlebih dahulu. Aku tidak jadi berdiam diri di ruang bawah tanah. Aku turut berduka cita atas kepergiannya nona Nana, semoga tuan Emillio bisa mengikhlaskannya. Meski ikhlas itu bohong yang ada terpaksa lalu terbiasa." ucap maid Poppy, ternyata itu adalah ucapan terakhirnya. Pada saat Emillio mengambil Brayn dari gendongannya Poppy, tiba-tiba suara tembakan terdengar begitu nyaring yang pada akhirnya peluru tersebut mengarah kepada Poppy. Poppy di tembak dengan sengajanya oleh Dareen, karena Dareen membenci orang yang sudah berkhianat.
Charllate, Mayang, dan Onexs sudah di bawa ke mansion Lauder untuk di kuburkan dengan layak. Miya tidak bisa lagi menahan air matanya, dia melihat sekaligus menyaksikan bagaimana 3 orang tersebut meninggal dengan bidikan pistol. Apalagi Charllate yang seluruh tubuhnya berwarna hijau karena racunnya sudah menyebar ke seluruh tubuhnya, dia sangat sedih sudah membunuh kakaknya sendiri. Namun dia tidak menyesal, dia akan menyesal jika kakaknya menembak Devano. Jadi lebih baik Kakaknya saja yang meninggal, Miya tidak ingin Kakaknya menanggung dosa lebih banyak lagi. Akhirnya Miya berpikir lebih baik berbagi dosa, entah apa yang ada dalam pikiran Miya pada saat itu. Aurora datang karena mendapatkan kabar dari Devano, bahwa Mayang dan Onexs meninggal bisa di sebut patnernya Aurora pada saat masih tinggal di mansion Lauder. Aurora sudah mengetahui penyebab kematiannya mereka, Aurora menangis dan memeluk Miya. Dengan begitu Aurora juga menyampaikan berita dukanya. "Setelah kepergian kak Maxs,
"Kalian apakah sudah siap dengan apa yang akan kita lakukan, untuk melawan keluarga Lauder?" "Ya aku siap, alasan aku ingin melawan bukan karena Lauder. Tapi karena Emillio! Aku benci kepada Emillio, dia memperlakukanku seperti sampah." ucap Jesica. "Sedangkan aku? Aku hanya mengikuti kalian saja." ucap Charllate. "Bodoh, tidak punya pendirian." umpat Jesica. "Bukan, aku hanya terlanjur saja. Jika aku balik ke keluarga Lauder yang ada aku akan di maki-maki oleh orang sana, terutama dengan adikku sendiri." "Aku jadi merasa bersalah kepadamu, kamu orang yang menolong aku dari siksaan Aurora! Waktu itu aku di suruh Emillio untuk mengawasi keluarga Lauder ternyata ah sudahlah, malah aku yang tertembak dan apesnya di siksa oleh Aurora." "Ya aku tahu, aku bodoh malah menyelamatimu dan berkhianat kepada keluarga Lauder, dan lebih parahnya aku meninggalkan adik semata wayangku." "Sudah tidak guna menyesali, perbaiki saja." tegas Jordan suami dari Jesica. Saat mereka semua sedang berbin
Tanpa di sadari Anton dan Caramel saat ini sedang diambang kematian, keadannya yang begitu kritis mereka berdua mengalami koma. Saat ini yang menemani Anton ialah ibunya dan adik perempuannya. Sedangkan Caramel di tunggu oleh orang-orang Devano, terkadang Devano juga menjenguk Caramel ketika pekerjaannya sudah selesai. Keesokan paginya Devano berinisiatif untuk pergi ke taman, tempat di mana Caramel tertembak oleh sosok pria yang sudah maju tua. Devano tidak melihat jelas karena dia langsung panik, dan langsung membawa Caramel ke rumah sakit. Saat Devano pergi ke taman, dia mengamati ternyata tempat pada saat dia memparkirkan mobil ternyata ada kamera CCTV, dengan cepat Devano langsung menghampiri penjaga taman itu untuk mengecek keadaan saat Caramel tertembak. "Pak maaf, bolehkah saya melihat CCTV pada saat kejadian seorang perempuan yang tertembak? Dia adalah teman saya, kondisinya saat ini dia koma." "Ah iya sebenarnya saya sedang mencari Anda. Saya ingin melaporkan orang itu, ka
"Ayah ibu, Caramel pergi ya." "Hati-hati, ibu akan selalu merindukanmu." "See you." "Kenapa see you, nanti juga bakal bertemu lagi." ucap Devano. "Biarin aku maunya see you." "Ya sudah hati-hati saja." ucap orang tuanya Caramel. Saat di perjalanan, "Devan setelah sekian lama baru kali ini lagi aku berduaan denganmu." "Ha ha ha, iya. Mungkin aturan waktunya sekarang kita di pertemukan kembali." "Memang unik ya, pertemuan kita tidak direncanakan dan perpisahan kita dulu juga tidak direncanakan, itu semua sudah menjadi bagian dari alur cerita kita." ucap Caramel. "Kita sebagai makhluk sosial hanya bisa menjalani, menikmati, dan bertahan dengan semua yang menjadi catatan takdir ini." "Benar sekali, Caramel yang sedang saat ini bersama denganku Caramel versi dewasa. Tidak seperti dulu, Caramel suka caper, marah-marah tidak jelas. Dan akhirnya kamu yang mengajarkanku bagaimana berteman dengan baik, kamu yang sudah mengubah semua perilaku dan sikapku yang dulunya dingin." "Tidak, b
Maksud dari Devano mengajak Emillio, dan Jack ke pegunungan bukan hanya untuk menjenguk Lauder namun Devano akan memberikan informasi yang sudah Caramel berikan kepadanya. Saat itu juga Devano berterimakasih banyak kepada Caramel, karena informasi tersebut sangat penting dan berarti. "Devano tumben sekali kamu mengajak kami ke pegunungan menemui ayahmu." "Jika kalian nanti berdua mengetahui apa maksud aku membawa kalian kemari, kalian harus berjanji akan mengikuti arahanku apapun yang terjadi harus kalian ingat!" "Baik-baik Devano, kami akan menurutinya." "Bagus-bagus sekali, paman-pamanku kompak sekali, HAHA." "Ya" ucap singkat. Akhirnya mereka berdua sudah samapi di pegunungan, dan mereka langsung saja masuk ke rumahnya Lauder. Namun saat mereka masuk Lauder tidak ada di ruang tamu, kamar, atau di halaman belakang tempat favoritenya juga tidak, ada. "Lhaa ayahku kemana?" tanya Devano. "Mungkin lagi sibuk Vano," ucap Jack. "Sibuk apaan, ayahku udah lama sekali tidak punya pek