Suatu ketika Paman memberiku sebuah kalung yang sangat indah. Sebuah kalung berbentuk Naga yang terbuat dari emas. Itu bukanlah kalung biasa, tapi warisan turun temurun dari leluhur kami. Seharusnya kalung itu diberikan pada Pangeran Putra Mahkota, tapi aku tidak tau kenapa Paman memberikannya padaku.
***
Pernah kucoba untuk menolaknya, karna bagaimanapun juga sepupuku jauh lebih berhak mendapatkan kalung pusaka itu. Tetap saja Paman bersikeras untuk memberikan kalung itu padaku. Meski begitu aku bisa merasakan kalau sepupuku Aden tidak suka dengan cara Paman memperlakukanku.
Meski Aden tidak begitu suka padaku, tapi tidak begitu dengan adik perempuannya. Agwen, Putri dari Kerajaan Dragon yang tak kalah hebat dari Ayahnya. Pemikirannya yang sangat jenius sering kali menggeser tugas Perdana Mentri.
Tapi bagiku, dia adalah mentariku. Senyumnya mampu menghangatkan jiwaku, tatapan matanya membuatku seolah terhipnotis. Wajah cantiknya yang seperti rembulan mem
Kembali kulajukan kuda putih menuju sungai dan berharap semoga kali ini aku masih bisa menyelamatkan Putri. Aku merasa lega, Putri Agwen ternyata memang ada di sana. Dengan berlinang air mata ia menghambur padaku dan menceritakan ulah Kakaknya yang sudah tidak waras itu.***Tapi seketika pandangan matanya mulai menjelajah ke segala arah. Aku tau ada seseorang yang ingin ia lihat dengan mata sendunya. Hingga ketika melihat kuda putih kesayangan sang Panglima, Putri Agwen menatapku penuh tanya.Ia pun semakin terpukul setelah kukatakan kalau Panglima Dragori telah tewas dalam pertempuran itu. Dan ia memintaku untuk membawa Putri pergi meninggalkan Kerajaan Dragon. Sayangnya Putri Agwen menolak untuk pergi bersamaku.Ia bersikeras untuk tetap berada di sana. Tapi keesokkan harinya, tanpa kuduga Putri Agwen berniat bunuh diri dengan melompat dari atas air terjun. Samar-samar kudengar ia berguman, ‘Aku akan menagih janji yang kau buat, meski aku h
“Okay! Kita taruhan. Kalau aku benar, maka kau harus melakukan semua perintahku. Tapi kalau kau yang benar...”“Kita akan bercinta semalaman! Deal!”***“Apa!!! Ini tidak adil. Jangan mengambil kesempatan!” kata Gwen dengan mata yang mulai melotot.Aku pun terkekeh dan aku sangat terhibur dengan tingkah Gwen itu. Dan segera saja kuangkat panggilan dari Albert, tak lupa kukeraskan suaranya karna itu adalah bagian dari taruhan ini. Aku sangat percaya diri kalau aku pasti akan menang taruhan.“Ya. Ada apa?” sapaku pada Albert.“Aku tau kau akan menggerutu dan memakiku. Tapi aku harus menghubungimu karna pekerjaan sudah menantimu,”“Aku tau. Cepat katakan apa yang terjadi!”“Apa kau sudah baca surat kabar pagi ini? Seantero London mulai heboh dengan berita pencurian mayat-mayat di pemakaman. Karna itu, Kepolisian London ingin agar kau mengurus masalah ini
Suara wanita itu sangat mengganggu telingaku hingga akhirnya aku pun bangkit dan mencoba mencari tau. Ternyata, seorang wanita muda yang lumayan cantik dan seksi sedang memaki seorang pria. Tapi ini terlihat aneh karna pria yang dimaki adalah pria berkaca mata tebal yang sepertinya sangat lugu.***Pria berkaca mata itu hanya menunduk ketakutan menghadapi cercaan wanita itu. Aku tidak habis pikir melihat pemandangan yang ada di hadapanku. Kenapa wanita itu sampai memaki seorang pria yang sepertinya bahkan tidak akan sanggup membunuh lalat sekalipun.Tapi aku tidak bisa mendapatkan informasi apapun tentang kebisingan itu jika hanya duduk di sini. Lagipula, wanita itu sudah menghancurkan istirahatku ini. Akhirnya aku pun terpaksa bangkit dari dudukku dan pergi menghampiri mereka.“Maaf, ada apa ini?” tanyaku.“Bagus kau datang, Tuan! Apa kau tau? Pria ini adalah orang yang kurang ajar! Dia sengaja mendekatiku dan dengan santainya ia
“Apanya yang kenapa?! Dia meremas tanganku Drag! Apa kau tidak merasa kalau dia itu Predator!”***“Ya. Sebenarnya aku juga merasa sedikit aneh dengannya. Tapi mungkin juga dia melakukan hal itu karna terlalu gugup?” kataku pada Gwen.“Mana ada orang yang gugup lalu meremas tangan wanita?! Kulihat dia tidak melakaukan itu padamu!”“Baiklah, Sayang. Anggap saja pria itu bersalah dan akhiri perdebatan ini, okay? Ngomong-ngomong...apakah kau sudah selesai dengan belanjaan ini?”“Belum. Masih ada yang belum kubeli. Jadi, ayo cepat dorong keranjangnya dan jangan menabrak orang lagi!” kata Gwen.Astaga! Aku benar-benar akan menjadi Suami takut Istri kalau begini. Lain kali aku menyerah kalah saja dari pada berkahir buruk seperti ini.Apa boleh buat, karna sekarang aku sedang kalah taruhan maka kulakukan semua yang diperintahkan oleh Gwen. Sudah hampir dua jam kami berada di Superma
Kupaksakan untuk semakin masuk ke dalam gang karna rumah Edi ada ujung gang itu. Tapi semakin lama, aroma aneh semakin tercium oleh indera penciumanku. Sulit untuk menjelaskan bau ini. Seperti bau busuk, tapi sedikit anyir juga. Tapi ada aroma wangi yang sangat berbeda juga di sana.***Aku memang belum pernah memasuki kawasan kumuh sebelumnya, tapi kurasa seharusnya tidak ada bau yang aneh seperti ini bukan? Lagipula, bau apa yang aromanya menjijikkan begini?Meski begitu, anehnya aku malah semakin penasaran. Tanpa ragu aku pun terus melangkahkan kakiku memasuki dalamnya gang sempit berpenerangan minim itu. Sepanjang yang kulalui, kurasa tidak ada rumah lain di sana. Itu artinya, rumah Edi adalah satu-satunya rumah yang ada di dalam gang ini.Benar saja, pintu rumah Edi pun mulai terlihat. Aku pun memberanikan diriku mendekat ke sana. Dan sebuah pemandangan yang sangat luar biasa. Ini adalah definisi jorok yang sesungguhnya. Bagaimana tidak? Di depan rum
Jika diingat, sepanjang karirku sebagi Detektif. Albert tidak pernah membiarkanku hidup dengan tenang. Dia memang Polisi yang sangat menyebalkan!***Tapi anehnya kenapa ia selalu berhasil membuatku melakukan apa yang ia inginkan. Tidak dipungkiri aku memang kesal, tapi sejujurnya aku juga penasaran. Siapa orang kurang kerjaan yang suka mencuri mayat?Sengaja kuparkirkan mobilku di tempat yang sedikit tersembunyi. Ketika sampai di pemakaman, kulihat masih pukul sembilan malam. Dan ya, tidak ada siapapun atau terjadi hal yang aneh. Suasana pemakaman masih sangat sepi seperti terakhir kutinggalkan tadi siang.Mataku mulai terasa berat. Bahkan aku sudah beberapa kali menguap karna mengantuk. Untung saja, tadi aku sempat membeli kopi di jalan. Kuseruput kopi panas yang tadi kubeli dan memang benar. Aku pun sedikit merasa segar.Tapi bukan berarti kantukku ini akan hilang. Benar saja, beberapa menit bahkan setelah kuteguk kopi hitam di tanganku. Mataku
Tapi entah kenapa aku kembali teringat dengan bau yang adalam botol yang kutemukan. Aku lupa, tapi kurasa...aku pernah mencium bau seperti itu. Masalahnya aku tidak bisa mengingat di mana aku pernah mencium bau itu.***Keesokkan harinya, Albert kembali menghubungiku dan memintaku untuk datang ke Kantornya. Ternyata, hari ini ia sudah mendapatkan laporan dari Tim Forensik yang bertugas memeriksa keadaan makam.“Well. Apa kabar dari Tim Forensik?” tanyaku.Albert pun kemudian menyerahkan berkas laporan dari Tim Forensik padaku. Dari yang tertulis di sana, ternyata kondisi mayat dalam keadaan baik dan utuh. Itu artinya semalam aku berhasil menggagalkan rencana orang sinting itu untuk mencuri mayat.Tapi dalam laporan itu juga disebutkan, terdapat kandungan sebuah zat kimia yang tercecer di sekitar tanah makam. Dan kandungan zat kimia itu tidak lain adalah adalah sejenis bahan yang dipakai untuk mengawetkan mayat agar tidak busuk.K
Edi pun tersenyum meski aku tau kalau senyumnya itu adalah senyum yang ia paksakan. Lalu ia menyodorkan sebotol parfum dan berkata, “Tidak masalah. Kuberikan sebotol parfum untuk sample. Ya...mungkin, nanti kau akan suka,”***Akhirnya aku dan Gwen pun pergi meninggalkan Pameran itu. Tapi karna sudah waktunya makan siang, kami pun memutuskan untuk pergi ke gerai fast food yang tidak jauh dari sana. Seperti biasa, Gwen memesan salad dan aku pun memesan sebuah burger keju dengan porsi jumbo ditambah soft drink.Kami duduk di meja yang letaknya tak jauh dari jendela. Setidaknya kami bisa menikmati hiruk pikuk jalanan London sembari menikmati makan siang kami. Dan tentu saja, Gwen juga mulai mengomel karna ia pikir aku sengaja membuatnya bertemu Edi.“Mana kutau, Sayang! Aku saja tidak menyangka kalau dia ada di Pameran itu. Bahkan sebenarnya, ada banyak pertanyaan di kepalaku sekarang!” kataku.“Kenapa? Apa kau baru melih