Share

Bab 81.

Penulis: silvia0507
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ivan sepertinya adalah tipe pria keras kepala dan suka berbelit belit, selama dalam pemeriksaan. Lelaki itu tidak ada seriusnya sama sekali, setiap di tanya siapa yang menyuruhnya.

Maka jawabannya selalu sama, yaitu tidak tau, namun setelah beberapa menit di tanya lagi. Jawabannya berubah, katanya yang menyuruhnya adalah bos besar.

Melihat tidak ada kata serius dari Ivan, membuat Dafa geram, apalagi Tito yang memang memiliki kesabaran tipis dan mudah emosian.

Jika saja tidak di kantor polisi, Ivan sudah babak belur, di tangannya, atau bahkan sudah tidak memiliki nyawa.

"Jawab yang jujur!" hardik polisi begitu tegas.

"Lho, gimana sih Pak. Saya sudah jujur."

BUGH!

Satu pukulan telak mengenai rahangnya, dan tonjokan itu berasal dari tangan Dafa, pria itu pun sama seperti Tito yang sudah tidak bisa bersabar lagi.

"Sabar Pak, jangan main hakim sendiri." hardik petugas kepolisian itu.

"Saya bukan main hakim sendiri, Pak. Tapi saya sudah kesal karena dia nggak mau jujur!" tuding Dafa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Destiny About Me   Bab 82.

    "Tadi katanya ada yang marah-marah," goda Dafa ketika pria itu masuk kamar, dan melihat istrinya tengah duduk di kursi menghadap kearah luar jendela. Perempuan itu menoleh, senyumannya terbit begitu cerah mengetahui jika suaminya sudah pulang, ia berlari kecil lalu memeluk bergelanyut manja di dada bidang Dafa. "Kenapa nggak kasih tau aku, kalau kamu mau makan Pancake, sayang?" Aya sedikit menjauh lalu menggerakkan tangannya. "Aku pengin coba masak sendiri, di bantu Ibu. Tapi ternyata rasanya nggak seenaknya buatan Mas Dafa, aku kesal sama diri aku sendiri. Padahal takaran dan bahan-bahannya sama, tapi kenapa rasanya beda." ucap Aya berbahasa isyarat, wajahnya pun tertekuk lesu. Hal itu mengundang tawa dari Dafa, istrinya ini kenapa selalu membuatnya gemas. "Nggak boleh nyalahin diri sendiri gitu Ah! setiap orang-orang kan beda, aku tadi sudah makan pancake buatan kamu kok, dan rasanya enak. Siapa bilang nggak enak? Ehmm." Dafa mencolek ujung hidung Aya. "Aku buatin lagi ya?" Aya

  • Destiny About Me   Bab 83.

    Tak ingin melihat Syifa bersedih, Tito berusaha menghibur gadis itu, entah ucapan ataupun tindakan. Padahal tanpa dia sadari, hal itu semakin membuat Syifa berdebar dan salah tingkah, seperti saat ini. Pria itu belum mau mengajak Syifa pulang, mereka mampir ke kesai es krim yang cukup terkenal di kota Jakarta, tentu Syifa senang. Siapa yang tidak senang, datang ke tempat makanan favoritnya, ia paling hobi makan es krim dengan rasa coklat ataupun tiramisu. Tapi ada satu hal yang membuat Syifa kesal, yaitu. Banyak anak remaja atau pun perempuan yang cukup berumur menatap kagum pada Tito, ada juga yang terang-terangan minta di goda oleh pria tersebut, siapa juga yang tidak terpesona dengan penampilan Tito. Pria itu menggunakan kemeja hitam yang di gulung sampai siku, dengan satu kancing bagian atas terbuka, di tambah aksen rambut sedikit berantakan. "Kenapa sih? Mas ajak kesini masih di tekuk gitu mukanya?" goda Tito mencolek dagu gadis itu. "Mas lihat kita jadi pusat perhatian pen

  • Destiny About Me   Bab 84.

    Ada rasa sesal yang di rasakan Tito terhadap Syifa, sebab. Usai mengatakan jika dirinya sayang kepada gadis itu, Syifa berubah diam. Ia tidak tau, Syifa diam karena tidak suka, atau bagaimana. "Fa," pria itu memegang pergelangan tangan Syifa, mencegah agar gadis itu tidak turun dari mobil. "Kenapa Mas?" tanya Syifa setenang mungkin. "Kamu kenapa? marah sama Mas? perkataan Mas tadi ada yang nyakitin hati kamu?" ujar Tito serius namun begitu lembut. Syifa mengedarkan pandangan kearah mana pun, saat ini ia sedang gugup. Apalagi Tito menatap wajahnya dengan intes. "Syifa_" panggil Tito dengan suara dalamnya. "Eh iya Mas, maaf aku jadi ngalamun." Tito menghela napas, menyandarkan tubuhnya di jok mobil, menatap kearah depan. "Kamu kepikiran soal omongan Mas, di kedai tadi? ehm." jeda sejenak. "Kalau iya, kamu nggak salah dengar kok. Mas memang sayang sama kamu, lebih dari seorang Kakak," mencoba menoleh, respon gadis itu tak banyak. Syifa masih bergeming menatap kedepan. "Mas juga n

  • Destiny About Me   Bab 85.

    Dafa menelusuri area di perumahan-nya, dia berharap bisa bertemu dengan pria yang membuat hidupnya tak tenang. Namun sudah berkeliling menggunakan mobil, ia tak menemukan apapun, suasana sepi, hanya ada beberapa warga yang lewat di sepanjang perumahan tersebut. "Apa dia sudah pergi ya?" monolog Dafa, ia menepikan mobilnya terlebih dahulu. Dafa sampai keluar dari mobil, ia bediri di badan mobil sambil melipat tangannya di dada, matanya pun awas memperhatikan sekitaran. Tak menemukan apa apa Dafa pun masuk kedalam mobil dan kembali ke rumahnya. Saat masuk, Ia di sambut oleh sang istri berwajah panik, Tentu hal itu membuatnya ikut panik. "Kenapa sayang?"Aya tak lantas menjawab, perempuan itu justru memeluk erat tubuh suaminya. Dafa bisa merasakan tubuh Aya bergetar hebat, tangan pun sangat terasa dingin. "Bu sebenarnya ada apa?" Bu Hasniah baru kembali dari halaman belakang, wajahnya pun tak kalah berbeda dari Aya. "Tadi ada orang di luar pagar, Ibu nggak tau siapa. orang itu mau

  • Destiny About Me   Bab 86.

    Asyik dengan ponselnya gadis berkuncir kuda, hampir saja tersungkur ke lantai, jika saja tidak ada seseorang yang menangkapnya. Syifa yang syok mencengkram kuat lengan kejar dan keras, milik seorang pria dengan wangi yang gadis itu kenal, mereka saling pandang, menyelami begitu dalam. Hingga suara berat dan dalam dari pria tersebut, menyadarkan Syifa. "Kalau jalan lihat-lihat," katanya sangat lembut di telinga Syifa. Ia buru buru menegakkan tubuhnya, tersenyum kamu, lantaran malu. "Hehe_ Maaf Mas," kikuknya."Kok minta maaf?" "Oh iya ya, ngapain minta maaf." Tito tak bisa menahan tawanya mendengar monolog dari gadis itu. "Harusnya makasih dong, ya." lanjut gadis itu tersenyum tipis. "Sama-sama, lain kali. Jangan main HP sambil jalan," pesan pria berkemeja hitam tersebut. Syifa mengangguk berulang kali, seperti boneka angguk. "Kemana Mas?" seketika Tito menghentikan langkah kakinya, lalu berbalik badan menatap Syifa jail."Kekamar mandi, kenapa. mau ikut?" Syifa membulatkan ma

  • Destiny About Me   Bab 87.

    Entah bagaimana caranya, atau memang Rama cerdas. Saat ini pria itu, sedang duduk di balik kemudi mobil, menatap tajam kearah rumah Dafa, Rama berhasil membohongi, satpam penjaga komplek perumahan di tempat Dafa tinggal yang membuatnya berhasil masuk di kawasan tersebut,, dan tujuannya saat ini adalah, Membawa kabur Aya, dan dia tidak boleh gagal lagi hari ini.Melepas sabuk pengamannya ia berniat memasuki rumah itu, namun Rama menghentikan pergerakannya, saat melihat objek yang membuat hatinya panas. Di depan teras rumah Dafa, ia melihat wanita yang selama ini dia cari kini berdiri dengan wajah berseri, Hati Rama bergemuruh, ada sesuatu yang rasanya ingin meledak.Antara senang atau marah, karena Aya semakin cantik, tapi ada perasaan marah, melihat mereka begitu mesra, keduanya saling pandang penuh cinta. Aya juga terlihat mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu, entah apa yang di bicara Dafa, namun mampu membuat Aya tertawa lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang Dafa.

  • Destiny About Me   Bab 88.

    "Eghm!" suara deheman dari arah belakang Tito membuat Tito dan Syifa yang masih saling pandang, terlonjak. sangking terkejutnya Syifa hampir saja terjatuh kebelakang, beruntung ada tangan kokoh melingkar di perutnya. Sehingga menyelamatkan Syifa dari rasa sakit. "Heh!? mulai berani pegang-pegang ya lo!" marah Dafa meskipun hanya pura-pura, saat Tito melingkarkan tangannya di perut Syifa. entah bagaimana bisa ada Dafa, padahal beberapa menit yang lalu pria itu masih berada di kamar bersama istrinya. Tapi sekarang malah sudah di sini, mengganggu adik dan sahabatnya. "Adik lo mau jatuh, masa iya gue biarin." jawab Tito tak kalah ngegas."Halah, modus kan lo?""Serah!" membantu Syifa berdiri, Tito mengamati keadaan gadis itu. "Kamu nggak apa-apa kan?" Syifa hanya menggeleng, ia masih malu dengan kejadian hari ini. habis mengutarakan perasaannya, malah kepergok kakaknya berduaan dengan jarak begitu dekat. Tito yang sadar masih ada Dafa di sana pun menoleh. "Ngapain lo di situ?" sar

  • Destiny About Me   Bab 89.

    Semenjak Tito tau jika Syifa juga memiliki perasaan yang sama, pria itu kini jauh lebih perhatian dengan Syifa, sekarang Tito lebih rajin antar jemput. Meskipun sebelum juga melakukan hal yang sama, tapi kali ini, ia tidak pernah absen sesibuk apapun Tito. Dia akan meluangkan waktunya untuk gadis itu. Padahal Syifa tidak pernah meminta untuk di antar jemput, gadis itu paham dan tau bagaimana sibuknya Tito. Belum lagi jika masalah Kakaknya tentang mantan suami dari Kakak iparnya itu datang, Tito ikut sibuk membantu. Ketampanan yang Tito miliki cukup membuat anak gadis di kampus Syifa menjerit histeris, bagaimana tidak. Dengan mobil mewah setelan jas, atau kadang kemeja yang di gulung sampai siku, sudah mampu membuat terpesona. Hal itu cukup mengganggu dan membuatnya kesal, alasan itu juga Syifa menyuruh Tito tetap di dalam mobil. Tapi sayangnya Tito tidak mengindahkan permintaan gadis itu, ia tetap keluar dengan kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Kekesalan Syifa kia

Bab terbaru

  • Destiny About Me   Bab 126.

    Di tengah malam sekitar pukul 00:30 seorang gadis cantik, terlihat gelisah di atas kasur. Sedari tadi tubuhnya terus bergerak kesana kemari, gadis tersebut adalah Syifa, yang sedang bingung untuk mengambil keputusan apa tentang Tito. Hatinya tengah bimbang, antara masih ragu, takut dan tidak percaya. Syifa ragu jika harus menikah di usia muda, namun dia juga takut kehilangan Tito kalau sampai dirinya menolak, di sisi lain Syifa tidak percaya jika Tito merubah keputusannya menjadi menikahi dirinya, bukan untuk melamarnya. Jujur Syifa takut jika dia menikah sekarang, dirinya tak bisa membahagiakan pria tersebut, selama ini Tito begitu tulus mencintainya. Dirinya takut kalau nanti akan mengecewakan pria yang begitu dia cintai. Menghembuskan napas berulang kali, Syifa pun bermonolog. "Mungkin ini jalan terbaik, semoga apa yang sudah aku putuskan. Nggak akan salah dan merugikan semuanya." mengepalkan tangannya gadis tersebut menguatkan dirinya sendiri. "Syifa! ayo kamu pasti bisa. N

  • Destiny About Me   Bab 125.

    "Maksud Mas gimana? bukannya kita kesana baru mau membicarakan tentang hubungan kita ke Bapak?"Tito merubah posisinya, ia memegang setir dengan dua tangannya. "Mereka tetap mau menjodohkan aku dengan perempuan itu, kecuali aku sudah menikah. Maka mereka akan menghentikan perjodohan dan merelakan aku nikah sama kamu," "Tapi Mas, aku masih kuliah, memangnya Mas nggak masalah punya istri yang berstatus mahasiswa?""Memang kenapa? Mas nggak masalah. Menurut Mas lebih cepat lebih baik, atau kamu yang belum siap?" "Aku nggak tau? Aku cuma nggak mau jadi istri yang nggak baik,""Kenapa bisa mikir gitu, banyak kok di luar sana. Istrinya yang masih berstatus pelajar, dan mereka bisa menjalani itu dengan baik." lanjut Tito tak mau kalah. "Kasih aku waktu untuk mikir," putus Syifa memohon pada Tito agar pria itu mengerti dirinya juga berhak mengambil keputusan. Menarik napas panjangnya, Tito hanya bisa mengangguk pelan, menghargai keinginan gadisnya yang ingin memikirkan lebih dulu tentang

  • Destiny About Me   Bab 124.

    Hari demi hari telah di lalui oleh Aya begitu cepat, tidak terasa kandungannya sudah memasuki bulan ketujuh, dan sesuai rencana. Acara tujuh bulanannya akan di adakan dikota semarang, sesuai permintaan wanita itu, tentu Dafa dengan senang hati, mempersiapkan semuanya. Dan rencananya esok lusa, mereka akan berangkat ke sana, lalu untuk masalah syifa. Dafa waktu itu turun tangan menemui orang tua Tito. Memberitahu jika putra mereka sudah memiliki pendamping, tak perlu menjodohkan karena Tito sudah memiliki wanita yang sudah pria itu pilih. Dafa sempat adu mulut dengan orang tua Tito, mereka tidak setuju jika putranya menikah dengan wanita yang bukan pilihan dari orang tuanya. Namun Dafa tidak ingin membuat sahabatnya menderita lagi oleh kelakuan orang tuanya, maka ia memberanikan diri untuk melawan ucapan kedua orang tua tersebut. "Sayang, sudah dong kamu jangan gerak kesana sini, aku nggak mau ya. Kamu kecapean," Aya mengulas senyum. Menghampiri suaminya yang berdiri sembari mel

  • Destiny About Me   Bab 123.

    Sudah berada di parkiran mobil, Aya diam berpegangan pada badan mobil lebih dulu. "Sayang, kita kerumah sakit ya?" ajak Dafa yang tak tega dan juga melihat wajah pucat kesakitan istrinya. Aya menggeleng pelan. "Nggak usah Mas, aku nggak apa-apa. Kita pulang aja.""Nggak apa-apa gimana? kamu kesakitan gini. Kita tetap kerumah sakit, oke."Dafa tidak mau terjadi sesuatu kepada calon anaknya, tapi Aya kekeuh tak ingin pergi. "Nggak usah Mas, aku mau pulang. Aku mau istirahat, aku yakin buat istirahat sudah hilang. Jadi kita pulang aja ya," mohon Aya matanya menatap sendu kepada suaminya. Dafa menghela napas panjangnya, ia paling lemah jika Aya sudah memohon seperti itu. "Oke kita pulang aja," membantu Aya masuk ke mobil dan juga memasangkan sabuk pengaman. Setelah menutup pintu ia berniat segera memutari mobilnya, namun saat berbalik badan Dafa cukup terkejut ada Pak Suryo dan Bu Sarah. "Ada apa lagi?" ucap Dafa datar. "Maaf saya harus segera pulang.""Kami ingin mengucapkan terima

  • Destiny About Me   Bab 122.

    Sudah berada di depan tempat Rama berada, Ayana meminta untuk tidak keluar terlebih dahulu, ia mengatur dirinya sendiri, agar tidak takut, tidak gugup dan yang paling harus tetap tenang. Dengan setia Dafa di sampingnya, menggengam tangan Aya yang terasa dingin dan berkeringat, sembari terus memandang sang istri dari samping, ia juga memberi kecupan di punggung tangan wanita itu. "Sebentar ya Mas," izin Aya saat menoleh mendapati sang suami menatap teduh kepadanya. "Iya sayang, aku tenangin diri dan persiapkan semuanya, aku di sini selalu jagain kamu." mengangguk pelan Aya kembali melihat kedepan, yang di mana ia sudah melihat ada Pak Suryo dan Bu Sarah sedang menunggu dirinya. Mereka tidak datang kearahnya, karena Dafa sudah memberitahu kepada mereka untuk sabar dan menunggu terlebih dahulu. Memejamkan matanya Aya seperti melafalkan doa, Dafa menepuk puncak kepala istrinya dengan sayang. Membuka matanya Aya menggerakkan tangannya. "Yuk Mas," ajak Aya yang sudah yakin. "Sudah si

  • Destiny About Me   Bab 121.

    "Sayang, bisa nggak? nggak usah dandan. Biasa aja gitu, bajunya emang nggak ada yang lain?" keluh Dafa saat melihat istrinya yang sedang memoleskan bedak ke wajahnya. Aya memutar bola matanya jengah, ini sudah yang keberapa kalinya, Dafa mengatakan hal yang sama. "Ini sudah biasa aja Mas, aku bahkan nggak pakai lipstik. Baju ini juga baju rumahan," kata Aya dengan tatapan sebalnya. "Ck_ kamu tuh terlalu cantik, Ay_ aku nggak suka,""Terus aku harus gimana? aku udah biasa aja lho. Kalau Mas terus kayak gini, mending nggak usah pergi!" ujar Aya menggunakan bahasa isyarat. "Oke, lebih baik memang seperti itu. Kita nggak usah pergi!" saut Dafa. Aya mengangguk, lalu berjalan merebahkan tubuhnya di atas kasur, melihat itu Dafa melongo tak percaya, padahal ia tidak serius. "Lho sayang, kok kamu malah tidur sih? kan kita mau ke lapa?" bangun lagi dari rebahannya, Aya kian menatap Dafa kesal. "Tadi siapa yang nyuruh nggak jadi pergi? ya udah mending aku tidur!" jawab Aya matanya pun mel

  • Destiny About Me   Bab 120.

    Brak!! Suara gebrakan terdengar begitu keras di salah satu tempat kecil dan sedikit gelap. Di sana ada satu perempuan tengah duduk di kursi tangan dalam keadaan terikat di belakang tubuhhya. Tangisan pun terdengar lirih di sela keheningan yang ada, perempuan itu tidak sendiri, ada dua laki-laki berjas hitam. "Maksud kamu apa datang ke toilet ketika sepi, dan ingin melabrak pacar saya?!" ujar suara bariton di hadapan perempuan itu, dan suara pria tersebut tak lain adalah Tito. Ia menyuruh anak buahnya untuk menculik Felly dan membawanya di salah satu gedung kosong, Tito hanya ingin sedikit memberi pelajaran kepada wanita yang sudah membuat sang kekasih ketakutan. "Kamu mau celakai Syifa? IYA?!" Felly terlonjak kaget mendengar bentakan dari Tito. "Kamu nggak tau berhadapan dengan siapa? kamu pikir saya diam aja, ketika ada orang yang mau menyakiti pacar saya."Tubuh Felly menegang, ia begitu ketakutan melihat raut wajah Tito, yang biasanya ia lihat begitu tampan, kini berubah men

  • Destiny About Me   Bab 119.

    "Syifa. Kamu nggak apa-apa kan dek?" tiba di rumah Syifa langsung di lihat kondisinya oleh sang Kakak. Tadi Dafa mendapatkan kabar dari Tito, Syifa di ganggu oleh salah satu mahasiswi di sana, tentu Dafa langsung kalang kabut bahkan ia ingin menyusul Syifa ke kampus. Namun urung, saat Tito mengatakan jika masalah ini biar dia yang mengurus. "Aku nggak apa-apa, Mas. Tadi aku telepon pihak keamanan di kampus, jadi alhamdulillah sebelum aku kenapa-napa, satpam sudah datang dan tolongin aku. Lagian tadi juga ada teman aku yang bantuin, kalau nggak ada siapa-siapa, ya aku nggak tau nasib aku." ujar Syifa. "Alhamdulillah, Mas khawatir banget sama kamu dek.""Tenang aja, Daf. Syifa aman kalau sama gue." timpal Tito. "Tolong ya ngaca. Lo ya sumber dari masalah ini," sungut Dafa kesal. "Lah kok gue?'" Iyalah, coba lo nggak caper ke mereka. Nggak ada yang bakal ganggu adek gue!""Astagfirullah_ siapa yang caper coba?!" jawab Tito tak terima. "Halah sok-sokan. Nggak mau ngaku lagi," Tito

  • Destiny About Me   Bab 118.

    Syifa berada di kamar mandi bersama satu gadis bernama Weni, dia adalah teman satu bangku dengang Syifa, keduanya terlihat asyik bercanda hingga suara bantingan pintu terdengar cukup keras membuat dua gadis itu terlonjak kaget. "Kalian apa-apaan sih! mau ngapain Hah?!" bentak Weni yang begitu berani. Syifa membulatkan matanya melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam kearahnya. Gadis itu mundur beberapa langkah, ingat pesan dari sang kekasih Syifa buru-buru masuk kedalam satu bilik kamar mandi dan menguncinya dari dalam. "Jangan sembunyi lo! keluar." bentak seorang gadis. "Kenapa, lo takut! dasar cupu." Syifa tak memperdulikan teriakan yang tak lain adalah Felly. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, Syifa menelpon nomer keamanan kampus, beruntung pihak kampus bisa memberi nomer jika terjadi sesuatu pada mahasiswa atau mahasiswinya. "Hai! mau ngapain kalian di sini. Kalian ke kampus untuk belajar, bukan sok jadi pahlawan seperti ini!" bentak pak Rahmat, m

DMCA.com Protection Status