Perempuan paruh baya itu masuk ke toko dengan sombong, lalu melihat ke arah pelayan toko sambil berkata, “Tokomu harus menyaring pelanggan dengan hati-hati, terutama mereka yang terlihat seperti tidak bisa membelinya. Sebaiknya jangan biarkan mereka masuk, agar tidak menurunkan kelas Dior.”Wanita yang melakukan operasi plastik itu melanjutkan, “Tepat sekali. Jika mereka merusak pakaian di sini, mereka tidak akan mampu membayarnya seumur hidup.”Setelah mendengar hal itu, Sita menyeringai dan berkata, “Orang-orang seperti kalian yang selalu membeli barang palsu, dan dengan sengaja meniru barang asli yang seharusnya tidak boleh datang ke toko ini, agar tidak membuat orang lain berpikir toko ini menjual barang palsu.”Dia sengaja mengungkit saat terakhir kali Ibu dan anak itu membeli syal untuk Nenek Handoyo. Tetapi akhirnya ditampar kenyataan karena membeli barang palsu.Ekspresi Ibu dan anak itu menjadi sedikit malu. Wanita itu mendengus dingin, “Aku ditipu oleh temanku. Siapa sangka m
Kata terlambat yang diucapkan manajer toko itu benar-benar mengejutkan ibu dan anak yang melakukan operasi plastik itu.Perempuan yang melakukan operasi plastik itu langsung meninggikan suaranya, “Apa? Kamu mengatakan jika Sita adalah member VIP, apakah kamu bercanda? Dia adalah seorang yatim piatu, bahkan diusir oleh Keluarga Handoyo. Bagaimana mungkin dia bisa memiliki kartu member VIP? Apakah itu palsu?”Sita menatap manajer toko, “Apakah kartu memberku palsu?”Manajer toko segera menjawab, “Tidak.”Wanita yang operasi plastik itu melanjutkan dengan lantang, “Aku tahu, Sita pasti telah mencuri kartu itu dari Keluarga Handoyo.”*“Putriku, perkataanmu benar. Kartu itu pasti milik Keluarga Handoyo.Setelah mendengar hal itu, Sita tidak ingin banyak bicara kepada ibu dan anak perempuan itu. Dia langsung berbicara pada manajer toko, “Tolong kosongkan tempat ini. Aku tidak ingin melihat ibu dan anak ini di sini, karena mereka akan mempengaruhi suasana hatiku saat berbelanja, dan akan menu
Govi menghela napas, “Sita, setelah melihat ibu dan anak perempuannya yang melakukan operasi plastik tadi, aku bisa membayangkan bagaimana kamu menjalani kehidupan di Keluarga Handoyo selama tiga tahun terakhir. Tidak masalah tidak menikah dengan keluarga yang begitu kaya. Kali ini ketika kamu hadir di pesta makan malam Keluarga Handoyo, kamu harus berbicara dengan nada yang tegas.”Sita tersenyum, tetapi dia tidak menyangka jika Ibu Husein dan Sandi tidak mengatakan apa-apa. Namun, dia juga tidak peduli dengan itu.“Sita, ngomong-ngomong, Linda telah dibawa pergi sejak kegiatan di sekolah terakhir kali. Bagaimana keadaannya sekarang, dan bagaimana sikap kakak-kakakmu kepadanya?”“Linda sengaja melakukan pembunuhan dengan pisau dan pada saat itu melukai Husein, jadi Keluarga Handoyo juga akan menuntut. Bagaimanapun, ini adalah Surabaya, jadi kakak-kakakku berencana membiarkan Linda tinggal di sini dan tidak akan membiarkannya kembali ke Manado.”“Baguslah jika seperti itu, jadi wanita
Sita langsung teringat setelah dia melihat wajah perempuan itu.Pada saat itu, pihak sekolah tiba-tiba memintanya untuk menyerahkan suatu dokumen, sehingga dia pergi ke ruang kerja Husein dan menggunakan komputer Husein untuk membuat dokumen.Saat itulah, dia menemukan ada dokumen terpisah di komputer Husein.Semua yang di dalamnya adalah foto perempuan itu. Kemudian, dia bertanya siapa perempuan di dalam foto itu, tetapi Husein sangat marah, dia dengan tegas melarang Sita memasuki ruang kerjanya.Sita diam-diam mencoba bertanya pada Sandi, tetapi Sandi tidak mengetahui siapa wanita itu.Dia menduga bahwa perempuan ini adalah perempuan yang Husein sukai.Kemudian, setelah Linda muncul, dia tidak pernah menebak lagi siapa perempuan di foto itu. Sita tidak akan ikut campur karena karena dia tidak peduli siapa wanita itu.Sita tidak menyangka jika suatu hari akan melihat perempuan itu dengan mata kepalanya sendiri. Perempuan itu berdiri di samping Husein dengan tatapan yang penuh cinta d
Bibi mengangguk dengan mata memerah, “Terima kasih.”Tatapan Doni menunjukkan rasa terima kasih, “Kami yang harusnya berterima kasih pada Bibi, dan terima kasih juga telah bersedia tinggal bersama kami di kota Manado, sehingga Sita tidak akan begitu kesepian di Manado.”Sita melirik keenam kakak laki-lakinya, sudut mulutnya terangkat menunjukkan senyum bahagia.Keesokan harinya, Sita diajak keluar oleh Anggi setelah selesai sarapan.“Sita, aku sudah membuat janji dengan penata rias Dior. Kamu pasti jadi yang tercantik malam ini.”Sita tidak punya pilihan, “Kak, aku hanya akan pergi merayakan keberhasilan operasi Nenek Handoyo, bukan untuk pergi ke kontes kecantikan.”“Kamu tidak boleh bilang seperti itu. Bagaimanapun juga, hari ini kamu secara resmi akan pergi ke pesta makan malam Keluarga Handoyo sebagai putri Keluarga Syailendra. Kamu harus membuat mereka yang dulunya merendahkanmu menyesal.”Doni juga mengangguk, “Kakak iparmu benar.”Sita dengan patuh mengikuti keluarganya ke lanta
Sita bersikap kasar dan tidak memberikan sedikit pun rasa hormat pada Sandi.Sandi berdiri di tempatnya dengan raut kesal, melihat bayangan punggung Sita dan rombongannya menjauh. Dia juga ditemani oleh dua pria yang sangat tampan.Pengikut Sandi berkata dengan wajah iri, “Sandi, aku iri dengan Sita karena dia memiliki kakak laki-laki yang tampan dan protektif. Aku cukup punya satu, sedangkan dia punya enam!”“Diam!”Sandi sangat marah sampai menghentakkan kakinya. Tidak disangka Sita tidak memberinya rasa hormat sedikit pun.Apa hebatnya? Sita hanya ditemukan oleh orang tua yang kebetulan kaya. Dia juga putri dari Keluarga Handoyo. Entah apa yang Sita sombongkan?Jika bukan karena ketertarikannya kepada beberapa kakak laki-laki dari Keluarga Syailendra, dia tidak akan memedulikan Sita!Setelah Sandi dipermalukan, dia sedikit tidak terima, jadi dia juga mengikutinya ke toko Dior untuk menata rias. Di sana, setelah Sita tiba, manajer toko sudah menunggu di sampingnya, “Nona Sita, sila
Langkah kaki Sita terhenti, dia menoleh menatap pelayan toko di sebelahnya, “Keluarkan gelang termahal di tokomu, aku ingin melihatnya.”Wanita pelayan toko itu menunjukkan ekspresi terkejut, “Baik, tidak masalah. Ini perhiasan terbaru dan edisi terbatas dari toko kami, anda bisa melihatnya. Ini adalah satu-satunya di kota Surabaya.”“Boleh juga.”Setelah Sita menjawab, dia berbalik untuk melirik Sandi, “Aku lihat kamu tidak memiliki perhiasan yang layak. Apakah kamu ingin aku meminta mereka untuk meminjamkan satu set untukmu juga?”Sandi seketika langsung marah, “Sita, aku adalah putri Keluarga Handoyo. Aku memiliki segalanya yang aku inginkan, apa gunanya kamu meminjamkannya?”“Benarkah? Tapi aku ingat kartu kreditmu dibekukan, dan kamu hanyalah anak perempuan yang bergantung pada Keluarga Handoyo untuk menafkahimu, dan hanya sedikit uang saku dalam satu bulan. Apakah kamu bisa membeli perhiasan ini?”Sita sengaja mengatakan itu untuk mengompori Sandi.Bagaimanapun, setelah menghabis
Ketika Sita mendengar bahwa perhiasan itu telah dipesan, dia sebenarnya sedikit terkejut, tetapi dia berpikir tidak ada yang salah. Lagi pula, dia tadi memang sengaja mengatakan itu untuk didengarkan Sandi.Tapi Anggi tampak jauh lebih kesal darinya. Dia memandang manajer toko dan berkata, “Jelas-jelas aku baru mengatakannya tadi, mengapa bisa terjual begitu cepat?”Ekspresi Boni dingin, “Siapa yang memesannya?”Manajer toko ragu-ragu untuk sesaat lalu berkata, “Tuan Husein yang memesannya. Saya benar-benar minta maaf.”Yoga sedikit tidak terima, “Husein?”Manajer toko mengangguk canggung, “Saya benar-benar minta maaf.”Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Husein secara khusus menghubungi dan memesan perhiasan itu, jadi manajer toko tidak berani menolaknya.Mata Sita mencibir setelah mengetahui Husein yang memesan perhiasan itu. Sekilas, dia bisa menebak untuk siapa pria anjing itu memesannya.Tentu saja, perempuan yang ada di file komputernya. Dia memang berbeda bagi Husein.Anggi sedik
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka