Raut wajah Doni berubah dingin, “Maksudmu adalah nenek Keluarga Handoyo, ‘kan? Laki-laki itu sudah menikah, apa yang kamu lakukan di sana?”“Kak, dia baru saja bercerai. Pada akhirnya, Kak Husein tidak meyukai perempuan itu sama sekali. Aku yakin selama tiga tahun, Kak Husein pasti menyadari siapa yang cocok untuknya.”Linda sedikit cemas, “Kak, operasi itu masalah kecil bagi Kak Ryan! Kamu bisa bantu aku untuk membujuk Kak Ryan, dia cuma mendengarkan perkataanmu.”Ini adalah senjata untuk menikahi Husein.“Tidak bisa.”Doni langsung menutup telepon. Meskipun Linda hanya diadopsi, tapi dia tidak akan membiarkan adik perempuannya menikahi pria berdarah dingin seperti Husein, selain itu Husein juga baru bercerai.Doni melirik grup keluarga besar. Ini adalah grup baru mereka, untuk sementara waktu dia tidak ingin Linda mengetahui tentang Sita yang telah ditemukan.Paling tidak mereka menunggu sampai bisa membujuk Sita.Doni kembali ke lobi, “Sita, malam ini mereka sampai. Mari kita makan
Sita mengacuhkan ejekan Sandi. Sandi selalu merendahkan Sita selama ini, dia sering mengatakan bahwa Sita bersedia menikahi Husein yang sekarat hanya karena uang.Sita selalu menahan diri selama ini, namun sekarang dia sudah bercerai dengan Husein, sehingga tidak perlu menahannya lagi.Sandi memandang Sita di depannya dengan bangga, “Apa yang masih membuatmu terdiam, cepat pergi ke dapur untuk memasak, ingatlah untuk memasak sup ayam, makanan favoritku.”Sita mengalihkan pandangannya dan membalasnya dengan tenang, “Nenek mengundang saya untuk makan malam, bukan untuk menjadi pelayan dan memasak.”“Sita, apa maksudmu? Kamu sangat berani sekarang, kamu bahkan tidak mau memasak, aku harus memberi tahu bibiku!”Sita mengabaikan Sandi yang ada di sampingnya. Dia berjalan ke ruang tamu, dan melihat dua orang duduk di sofa.Salah satunya adalah mantan ibu mertuanya, Nyonya besar Handoyo, dan yang lainnya adalah cinta pertama mantan suaminya, Linda.Sita tidak menyangka akan bertemu Linda saat
Linda masuk, “Sita, menurutmu apakah kamu bisa mencuri hati Nenek Handoyo hanya dengan membuat sup? Biar kuberitahu, kali ini aku mengundang seorang ahli bedah jantung terkenal untuk mengoperasi Nenek. Jika operasinya berhasil, Nenek tidak akan menghentikan pernikahanku dengan Husein.”Meskipun Doni dan Ryan belum setuju, Linda yakin bahwa Ryan akan setuju untuk mengoperasi Nenek Handoyo.Linda yakin, jika Rifan berhasil menyembuhkan Nenek Handoyo. Saat waktunya tiba, Linda tidak akan dilarang untuk menikahi Husein.Sita tahu bahwa Nenek Handoyo sudah lama memiliki masalah pada jantungnya. Tetapi dia tidak dapat menemukan orang yang tepat untuk melakukan operasi tersebut.Ada baiknya juga, setidaknya nenek bisa sembuh.Sita bangkit dari bangkunya, “Kalau begitu selamat atas kemandulanmu sehingga dapat mengadopsi anak, permisi.”Tatapan mata Linda berubah dingin, Sita berani membalas perkataannya? Linda meregangkan tangannya dan dengan sengaja menyenggol kompor kecil, sehingga membuat l
Dokter keluarga datang dengan tergesa-gesa.Husein melirik luka di punggung tangan Sita, dia menatapnya cermat, “Kenapa berdiri, duduk sini!”Sita berjalan sambil menunduk, tetapi didorong oleh ibu mertuanya, “Jangan merusak pemandangan di sini. Dokter Rudi, cepat periksa Linda! Jangan sampai Linda memiliki bekas luka.”Linda duduk di kursi dan melirik Sita dengan sombong.Sita hanya berdiri diam, seolah tidak peduli. Saat Husein tiba-tiba meliriknya, Sita pun hanya terdiam.Setelah Dokter Rudi meletakkan kotak medis, dia mulai memeriksa pergelangan tangan Linda. Tangan Linda hanya sedikit merah, bahkan kulitnya tidak melepuh. Dokter Rudi menatap dengan heran, “Aku tidak perlu memeriksa ini.”“Mengapa Anda tidak memeriksanya, bagaimana jika terjadi sesuatu karena Anda menunda untuk memeriksa kondisinya, apakah Anda mau bertanggung jawab?”Dokter Rudi melepas kacamatanya, “Karena setengah jam lagi, merah-merah ini akan hilang sendiri. Sita lebih membutuhkan perawatan, jika tangannya tid
Sita duduk di sofa ketika dokter Rudi memberinya obat, “Jangan terkena air selama beberapa hari, tunggu hingga lukanya sembuh.”“Sita, beri tahu nenek, bagaimana kamu bisa terluka?”Sita melirik Linda. Mata Linda sedikit ketakutan.Ibu mertua, Wulan langsung berbicara, “Sita, apa maksudmu? Jelas-jelas itu kecelakaan. Mungkinkah kamu masih ingin memfitnah Linda? Linda sudah baik untuk membantumu, bahkan dia juga terluka.”Nenek Handoyo berteriak dengan suara keras, “Diam, siapa yang menyuruhmu berbicara”Wulan langsung menutup mulutnya, tetapi raut wajahnya tidak terlalu senang. Nenek Hndoyo tidak pernah menyukai dirinya. Nenek hanya menyukai Sita, seorang wanita dari kampung.Sita akhirnya menjawab dengan nada tenang, “Nenek, itu hanya kecelakaan, aku teledor saat membuat sup.”Husein mendengar penjelasannya, tatapan matanya semakin dalam. Di depan nenek, dia tidak membuat masalah?“Bocah bodoh, ada begitu banyak pelayan di rumah, aku sudah lama memintamu untuk jangan memasak, tetapi k
Rambut serta pakaian Linda dan Sandi acak-acakan, ada juga luka akibat spatula di tubuh mereka, Linda berteriak, “Bibi akan membelaku.”“Tapi ini adalah rumah Nenek Handoyo, dan tuan rumahnya adalah Nenek Handoyo. Apakah menurutmu Nenek akan mempercayai kalian, atau justru dia mempercayaiku? Aku peringatkan kalian berdua, jangan memancingku. Jika tidak, lain kali tidak akan ku biarkan.”Sandi menelan ludah. Raut wajahnya panik, karena apa yang dikatakan Sita benar, nenek pasti akan mempercayai Sita, si jalang itu!Setelah Sita berkata dengan dingin, dia meninggalkan dapur tanpa menoleh ke belakang.Linda dan Sandi duduk di lantai dalam keadaan menyedihkan, mereka tidak dapat langsung mengungkapkan rasa sakitnya, Linda menggertakkan giginya dengan marah, “Aku tidak akan tinggal diam, kita lihat saja nanti!”Di sisi lain, Husein menyaksikan semua ini, dia mengangkat alisnya dan melihat ke arah mana Sita pergi, dia tidak menyangka wanita ini menang menghadapi dua orang bahkan saat dia ter
Husein menyela pertanyaan ibunya, “Kita makan dulu.”Nenek Handoyo memandang Sita sambil tersenyum, “Sudah dibuatkan sup favoritmu. Husein, cepat tuangkan semangkuk sup untuk istrimu.”Mata Sita terbelalak, dia ingin mengambil sendok itu sendiri, ternyata Husein jauh lebih cepat darinya. Tangan Husein yang panjang sudah mengambilkan semangkuk sup untuk Sita.Sita melihat sup ikan putih susu di depannya, namun dia tiba-tiba kehilangan nafsu makan.Ibu mertua, Wulan mendengus dingin, “Kenapa? Anakku sudah menyajikan sup untukmu, tetapi kamu malah terlihat tidak nafsu?”Nenek Handoyo memandangnya dengan bingung, “Sita, apakah kamu tidak menyukai supnya?”“Tidak nenek, aku menyukainya,”Sita mengambil mangkuk itu. Tatapan Husein memperhatikan, Sita mencium aroma sup ikan itu lalu tanpa sadar mengerutkan kening.Tetapi Sita masih memakannya sesuap, pada suapan kedua dia tidak bisa menelannya lagi.Detik berikutnya, Sita meletakkan mangkuk itu lalu muntah.Aneh, Sita dulu suka makan sup ikan
“Tuan Husein, aku dulu memang bilang aku menyukaimu, tapi aku tidak bilang akan menyukaimu sepanjang waktu.”“Sita!”Husein mencubit dagu Sita erat-erat, dia menundukkan kepala dan menatap Sita lekat-lekat. Husein tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak dapat memahami Sita dengan baik.Dulu Sita selalu berada di sisinya, mengurus segala kebutuhannya, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang dia pikirkan. Sita dapat meyadarinya dari pertama dan langsung bereaksi.Tatapan matanya juga penuh pengertian dan penuh cinta.Tapi tiba-tiba, tatapan itu hilang.Lubuk hati Husein sangat tidak senang, memikirkan Sita melakukan hal yang sama dengan pria lain, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memukuli orang. Terutama pria semalam di hotel, Husein ingin memukulinya.Sita tidak bergeming sedikit pun, keduanya begitu dekat hingga ujung hidung mereka hampir bersentuhan.Napas mereka saling bertukar, hingga membuat suasananya menjadi sedikit aneh.“Astaga, apa yang kalian berdua lakukan di sini? Sita
Setelah mendengar perkataan itu, mata Vina menunjukkan ekspresi kecewa. Mengapa perawat itu tidak membuang sumsum tulangnya? Pasti sangat seru jika seandainya sumsum tulang itu dibuang.Nyonya Handoyo segera berkata, “Nak, kamu lihat, sumsum tulang itu baik-baik saja. Aku hanya ingin berjaga-jaga. Tapi lihatlah, Sisi telah membuatku dan Vina sampai seperti ini, dia harus bertanggung jawab untuk perbuatannya dan harus minta maaf kepada kami.”Sisi yang berdiri di ambang pintu mendengar percakapan kedua perempuan itu, matanya mencibir. Mereka bahkan masih ingin dia meminta maaf, sungguh konyol.Namun, Sisi tidak bersuara, hanya memandang pria yang membelakanginya, ingin mengetahui bagaimana pria itu menangani ini.Suara Husein sangat dingin, “Ibu, apakah kalian tidak tahu apa konsekuensi dari tindakan kalian kali ini? Lagipula, dia bukan lagi Sita yang lemah seperti dulu, dia adalah putri Keluarga Syailendra.”Nada bicara Nyonya Handoyo agak cemas, “Meskipun dia adalah putri Keluarga Sy
Sisi mendengar perkataannya dan menoleh menatap Husein. Tatapan pria itu sedalam tinta.Apa lagi yang ingin dia katakan?Suara pria itu tenang, “Ibuku masih di rumah itu.”“Aku hampir melupakan hal itu jika kamu tidak mengatakannya. Aku belum menyelesaikan masalah itu, bagaimana bisa aku pergi begitu saja?”Sisi tadi sibuk mengatur pengiriman sumsum tulang itu kembali, dan dirinya merasa seperti melupakan sesuatu. Sekarang, kebetulan Husein mengingatkannya.“Jadi bagaimana caramu menangani masalah ini?”“Kamu akan tahu begitu sampai di sana, beberapa hal harus ditangani secara langsung. Kebetulan, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada Vina.”Sisi berbalik dan menatap sekretarisnya, “Kamu urus dulu pengiriman sumsum tulang ke bandara terlebih dahulu, aku akan segera ke sana setelah menyelesaikan urusan di sini.”Husein dan Sisi meninggalkan rumah sakit bersama.Sisi duduk di dalam mobil dan melihat helikopter lepas landas dari rooftop rumah sakit. Barulah dia mengalihkan pandangan
Keduanya saling menegang untuk beberapa saat.Akhirnya, Husein berkata dengan suara rendah, “Aku tidak akan menghentikanmu untuk mengirim sumsum tulang itu kembali ke Manado.”“Itu adalah pilihan yang terbaik.”Setelah mendengar Husein menyetujui, Sisi tidak menunda lebih lama lagi.Dia memberi perintah kepada dokter penanggung jawab yang menunggu di luar, “Persiapkan segala sesuatunya untuk pengiriman sumsum tulang kembali ke Manado.”Sisi bertanya kepada asistennya, “Apakah helikopter sudah siap?”Asisten mengangguk, “Sudah, sekarang sedang menunggu di rooftop. Begitu sumsum tulang dibawa naik, kami akan segera lepas landas. Kami akan memantau seluruh proses dengan pengawasan ketat, kali ini kami pastikan tidak ada masalah.”“Baguslah, terima kasih atas kerja keras kalian. Ingat untuk tetap berkomunikasi selama perjalanan.”Selama sumsum tulang belum sampai ke Manado, Sisi tidak bisa benar-benar merasa tenang.Pada saat ini, Sisi menerima telepon dari Zidan, dan terdengar suara berat
Husein melihat ekspresi waspada Sisi, “Bisakah kita bicara empat mata?”Sisi mengangguk, dan langsung meminta dokter yang bertanggung jawab serta pengawal untuk keluar.Bagaimanapun, ini adalah Surabaya. Jika sekarang dia langsung bertengkar dengan Husein, maka urusan selanjutnya akan menjadi sulit.Dia tidak ingin ada kesalahan pada saat genting seperti ini!Tak lama kemudian, hanya tersisa mereka berdua di ruangan, namun suasananya sangat tegang.Sisi langsung berkata kepada Husein, “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Tadi, Husein bahkan menghentikan dokter untuk mengatur pengiriman sumsum tulang ke Manado. Apakah dia sekarang berubah pikiran?Husein berkata, “Dengan semua yang telah terjadi, menurutku lebih baik pengobatan terakhir dilakukan di Surabaya. Bagaimana menurutmu?”Sisi terkejut, ternyata tebakannya benar.Dia sudah menduga bahwa pria anjing ini akan membuat permintaan seperti itu.Sisi menjawab dengan tenang, “Aku tidak merasa begitu.”Husein mengerutkan kening, “Jika masal
Husein menatapnya dengan serius, tenggorokannya sedikit bergerak-gerak, “Bahkan jika Taufan adalah anakku, apakah kamu masih tidak peduli?”“Apa yang perlu dipedulikan? Lagipula kita sudah bercerai, entah dengan siapa pun kamu memiliki anak, itu tidak ada hubungannya denganku.”Sisi menjawab dengan nada yang sangat tenang dan tidak peduli.Melihat sikap dingin Sisi, Husein langsung menarik dasinya dengan kesal. Meskipun secara hukum memang benar, mendengar kata-kata itu membuatnya merasa sedikit tertekan.Kemudian, sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara, dan kendaraan bergegas menuju rumah sakit dengan kecepatan tertinggi.Dalam perjalanan, Sisi sudah menyuruh orang untuk pergi ke rumah sakit menemukan perawat yang disebutkan oleh Vina, untuk mencegah perawat itu melarikan diri setelah mengetahui berita tersebut.Sisi dan Husein tiba di rumah sakit dan akhirnya bertemu dengan perawat tersebut.Pada saat ini, perawat itu sudah gemetar ketakutan. Dia baru saja ditangkap dan d
Vina tiba-tiba merasa sedikit gelisah karena dia tidak bisa memastikan apakah perawat itu benar-benar menyimpan sumsum tulangnya. Jika tidak, bukankah Sisi akan benar-benar melukai putranya?Bagaimanapun, putranya masih di tangan Sisi sekarang!Vina hanya bisa dengan cemas memohon kepada Husein, “Kak Husein, kamu sudah berjanji padaku bahwa kamu akan melindungi Taufan selama hidupmu. Kamu tidak bisa mengingkari janjimu.”Nada bicara Husein dingin, “Aku bahkan tidak bisa melindungi putriku, apalagi putra orang lain.”Vina melihat sikap tegas Husein, sehingga membuat hatinya hancur, “Bibi Handoyo, kamu sangat menyayangi Taufan!”Nyonya Handoyo terkejut dan berkata, “Nak, apakah maksudmu Taufan bukan anakmu? Apa yang terjadi?”Vina segera menyela, “Taufan adalah anak dari Keluarga Handoyo. Husein bilang dia ingin memperlakukan Taufan seperti anaknya sendiri! Apa bedanya dengan anak kandung?”Nyonya Handoyo benar-benar tercengang. Dia tidak pernah menyangka bahwa Taufan bukanlah putra Huse
“Jika ingin mendapatkan sumsum tulang itu, sangat sederhana! Minta Sisi berlutut di hadapanku dan meminta maaf, lalu membawa anak beban itu dan jangan pernah kembali ke Surabaya seumur hidupnya, maka aku akan memberikan sumsum tulangnya.”Sisi berbicara dingin, “Sepertinya kamu belum mengetahui akibatnya.”Dia melirik pengawal, kemudian mengambil ponselnya dan langsung terhubung ke panggilan video.Sisi memperlihatkan ponselnya ke Vina dan berkata, “Apakah kamu lihat siapa orang di dalam video ini?”Ada seorang anak laki-laki dengan tangan dan kaki diikat, serta mulutnya ditutup di dalam video tersebut.Anak laki-laki itu adalah Taufan.Ketika Vina melihat putranya diculik, dia langsung panik, “Dasar wanita jahat, apa yang kamu lakukan pada putraku?”“Aku tidak akan melakukan apa pun pada putramu. Berikan saja sumsum tulang itu, dan putramu akan aman.”Vina segera menatap Husein, “Kak Husein, kamu lihat dia memperlakukan Taufan seperti ini. Bagaimana jika Taufan terluka? Kamu berjanji
Situasinya menemui titik buntu.Husein menatapnya, “Aku akan menemukan sumsum tulang itu, aku janji.”“Jaminan apa yang kamu beri? Jika aku tidak bisa menemukan sumsum tulang itu hari ini, aku tidak akan melepaskan mereka berdua. Husein, jika kamu berani, langkahi mayatku!”Sisi berdiri di depannya, dengan dingin dan sombong.Husein tiba-tiba merasa putus asa. Dia melihat ibunya dan berkata, “Bu, Dela adalah putriku. Bagaimana mungkin kamu menyembunyikan sumsum tulang itu? Dia adalah cucu kandungmu!”Nyonya Handoyo terdiam sejenak, lalu berkata dengan ragu-ragu, “Nak, jangan katakan itu untuk menipuku. Bagaimana mungkin anak dari perempuan ini adalah cucuku?”Apakah perempuan ini benar-benar Sita?“Bu, dia adalah Sita. Saat dia pergi, dia sudah hamil, dan anak di dalam perutnya adalah anakku.”“Nak, kamu bilang dia Sita? Tapi bukankah sebelumnya kamu bilang bahwa mereka hanya mirip?”“Bu, aku tidak punya alasan untuk berbohong padamu tentang masalah ini. Dia memang Sita. Awalnya, aku h
“Bukankah kamu bilang bahwa kamu putri Keluarga Syailendra? Kamu sangat mampu, jadi cari sendiri.”Sisi mencengkeram leher Vina dan berkata, “Aku hitung sampai tiga. Jika kamu tidak mengatakannya, maka wajahmu akan hancur. Biar aku lihat wajahmu. Haruskah aku merusak wajahmu?”Vina berkata dengan dingin, “Beraninya kamu!”Sisi berkata dengan tenang, “Tiga, dua ….”Pada detik terakhir, Nyonya Handoyo tidak tahan melihatnya, sehingga dia berteriak, “Aku tahu di mana sumsum tulangnya, jangan lukai dia lagi.”Sisi menatap Nyonya Handoyo dengan dingin, “Sangat bijaksana, selama kamu memberikan sumsum tulangnya, aku akan melepaskan kalian hari ini.”Hanya hari ini!Ketika Nyonya Handoyo hendak berbicara, gerombolan orang tiba-tiba masuk dari gerbang rumah.Husein berjalan maju dan langsung menuju ke ruang makan. Setelah melihat keadaan yang begitu menyedihkan di dalam, wajahnya sedikit berubah!Dia tidak menyangka Sita benar-benar mengambil tindakan.Vina menatapnya dengan penuh harapan, “Ka