Share

26

Penulis: Meisya Jasmine
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-11 10:18:05

BAGIAN 26        

POV RISTI

              “Pasiennya akan kami dorong ke ruang perawatan, Pak.” Seseorang berucap dari arah depan bilik sana. Aku yang masih megap-megap dan sedikit terbatuk akibat cekikan Mas Bayu, memutuskan untuk menjalankan aksi selanjutnya.

              Tangan dan kakiku segera memberontak. Aku menjerit dengan suara yang parau. Berulang kali menolak untuk dibawa ke ruang perawatan, sesuai dengan permintaan si dokter tadi.

              “Lepas! Lepaskan aku!” kataku berontak. Kedua mataku tetapi masih tertutup rapat.

              “Apa-apaan, ini? Dokter! Kenapa istriku masih memberontak juga? Obat penen

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
siti alawiyah
Risti kalo ngomong harus disaring ya jgn gegabah, kayak ngomong pasang cctv katanya mau mergokin si Bayu sama si Lia lewat cctv...tp malah bilang ke si Bayu Lia kalo kamu pasang cctv di kamar si Lia.... semoga berhasil bisa kabur
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
ya, Allah sedihnya jd risti..
goodnovel comment avatar
Masrianti MamaKinan Rifqireefa
moga aja Risti gk gegabah lg dlm brtindak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Desah Di Kamar Sebelah   27

    BAGIAN 27 Suara derap langkah kemudian terdengar di telingaku. Seperti tergesa. Bunyi kenop pintu yang ditarik kencang pun beradu dengan derit engsel pintu yang kurang diminyaki. Brak! Kemudian bantingan daun pintu yang menggelegar sontak membuat dadaku bergidik kaget. Lelaki biadab itu sudah pergi, pikirku. Semoga dia mendapatkan bala di jalan sana, kalau perlu mati sekalian digilas mobil! “Astaga, bapak-bapak itu kenapa, sih?” Suara keluhan itu kuidentifikasi berasal dari perawat bernama Tito. “Tauk, tuh! Dari tadi di IGD lagaknya udah kaya yang punya rumah sakit,” timpal rekannya, Indra.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-12
  • Desah Di Kamar Sebelah   28

    BAGIAN 28POV AUTHORPERNIKAHAN PETAKA II “T-tapi, T-tuan ….” Suara Ina tercekat. Bulir air matanya hampir-hampir jatuh membasahi pipi. “Tapi kenapa?” Anwar bertanya sambil memicingkan mata. Lelaki matang itu lalu bangkit dari duduknya. Langkahnya semakin mendekat ke arah si pengasuh. Tanpa bisa Ina tolak, dua tangan berbulu milik pria berkulit gelap itu lalu hinggap di kedua bahu kurusnya. “Kamu tidak mau sama aku? Karena aku tua?” tanya Anwar dengan perasaan yang sedikit tersinggung. Ina menangis.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-12
  • Desah Di Kamar Sebelah   29

    BAGIAN 29POV ANWARSESAL “Kurang ajar memang perempuan itu! Semakin tua bukannya semakin sadar diri. Selalu saja bertingkah yang tidak-tidak. Emosi aku!” Aku mengomel sepanjang perjalanan dari kamar ke ruang kerjaku yang letaknya hanya bersebelahan saja. Rasa kesal tiba-tiba saja semakin bertumpuk di ujung kepala. Kalau ingat dengan kebodohanku yang puluhan tahun lalu tersihir akan kecantikan Ina, rasanya menyesal luar biasa. Tolol sekali aku yang dulu. Bisa-bisanya mau menikahi perempuan tersebut hanya karena melihat casing luarnya saja. Kupikir, sikap menenangkannya itu awet sampai tua. Eh, lama kelamaan, sifat aslinya keluar juga. Kurang ajar! Aku membuka pintu ruang kerjaku dengan kasar dan membantingnya kencang-kencang. Sekarang, beban pikiranku jadi bertambah lagi. Tak hanya memiki

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • Desah Di Kamar Sebelah   30

    BAGIAN 30POV RISTI “Kamu orangnya terlalu panikan. Dengan menunjukkan sikap yang begitu, akan membuat orang-orang semakin yakin bahwa kamu memiliki gangguan mental,” ucapan dokter Savero terdengar lirih sekaligus dingin. Embusan napasnya yang terasa hangat di pipiku, sontak membuatku semakin gemetar. Kuberanikan diri untuk membuka mata. Kulihat, sebelah tangannya tengan membekap mulutku, lalu yang sebelahnya lagi memegang pipiku. Jadi, yang lembab dan sejuk itu adalah telapaknya? Aku mengangguk pelan dengan mata yang berkaca. Lelaki itu lalu melepaskan tangannya dari bibir dan pipiku. Dia kembali duduk dan menatapku dengan datar. Sementara aku, masih ketakutan luar biasa. “Jadi, kamu benar-

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • Desah Di Kamar Sebelah   31

    BAGIAN 31POV ANWARGILA “Apa? Ulangi kata-katamu! Kupingku tidak salah dengar?!” tanyaku ngotot. Hampir copot rasanya kedua bola matku saking melotot. Apa anaknya si Ina sudah gila? “Bercanda. Aku hanya bergurau. Kenapa Papa terlalu serius?” Jawaban Lia membuatku meradang. Apa dia pikir, lucu bercanda seperti itu? “Lucu bercandamu?” Aku masih juga belum bisa menghilangkan kesal. Bagiku, sekecil apa pun kesalahan Lia, akan menjadi sebuah bara yang mudah meledak dalam waktu singkat. Entah mengapa. Mungkin, sebab sejak dia lahir, aku tak merasakan sedikit pun ikatan cinta antara bapak pada anaknya. Bagiku semua hambar bila tentangnya. Sekuat apa pun aku berusaha untuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • Desah Di Kamar Sebelah   32

    BAGIAN 32POV RISTI “Bagaimana? Kamu tidak jadi ingin kubantu keluar dari sini?” tanya dokter Savero dengan suaranya yang berubah angkuh lagi. Cepat aku menggelengkan kepala. Perlahan kubuka mata dan kutatap dirinya yang sedang duduk sambil menatapku dingin. Aku pun langsung berkata, “Tidak. Aku tetap ingin keluar dari sini.” Dokter itu tersenyum. Dia lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana. Lekas dia menempelkan ponsel tersebut ke telinga dan berujar, “Mbak Nia, dinas nggak?” Suara dokter Savero berubah manis kembali. Aku heran bukan main dibuatnya. Dokter ini mudah sekali b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • Desah Di Kamar Sebelah   33

    BAGIAN 33POV RISTIMENCEKAM “Harus berapa kali kukatakan bahwa aku tidak ragu?” tanyaku dengan nada yang agak jengkel. “Begitu? Tapi matamu tidak bisa berbohong padaku.” Dokter Savero menjawab dengan agak tajam. Pria itu lalu menyendoki nasi dan bersama sedikit sayur oseng. Dia lalu menyodorkan ke depan mulutku. “Jangan sok tahu menilai mataku, Dokter. Mataku memang begini. Bohong atau tidak, memang seperti ini,” sahutku benar-benar malas. Dokter itu meringis. Dia terli

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-18
  • Desah Di Kamar Sebelah   34

    BAGIAN 34POV ANWAR Berulang kali Risti kuhubungi, hasilnya tetap saja. Nihil! Kecemasanku kini semakin meningkat. Entah mengapa, rasa curigaku kepada Lia dan Ina kini bertambah-tambah. Adakah sesuatu yang sedang mereka rancang di belakang? Namun, apa itu? Mereka ingin melengserkan Risti dari kehidupan Bayu? “Tidak bisa kubiarkan!” desisku geram seraya meremas ponsel di genggaman. Debaran di dada beriringan dengan rasa naik pitam yang kini mendesak di kepala. Semakin kusadari, bahwa Ina ternyata bukanlah wanita baik-baik seperti dugaanku puluhan tahun lalu. Di balik sikap lembut dan baiknya, perempuan itu menyimp

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23

Bab terbaru

  • Desah Di Kamar Sebelah   147. Akhir Berbahagia

    147Akhir BerbahagiaSetahun Kemudian Hidup rumah tangga Nami dan Anwar kini semakin bahagia setelah dibuangnya Ina ke Pasar Pinang Merah. Ina alias perempuan yang bersekutu dengan iblis itu akhirnya meninggal dunia pada dini hari di lantai pasar yang lembab dan kotor. Jenazahnya tak diidentifikasi oleh pihak kepolisian, sebab adanya kong kalikong antara Anwar dan para penegak hukum tersebut. Tentu saja, banyak dana yang harus Anwar gelontorkan agar jenazah Ina tak diperiksa. Mayat Ina pun lalu dikirimkan ke kampung halamannya, disambut dengan isak tangis Suwito dan Rusmina. Sungguh tragis kehidupannya Ina. Dia tak mendapatkan satu pun cita-citanya di saat-saat menjelang kematiannya. Hidup Ina sama tragisnya dengan Lia, anak semata wayangnya tersebut. Nyawa mereka sama-sama melayang di tangan para lelaki yang sempat mereka cintai habis-habisan. Cinta yang salah telah membuat mereka mati dalam sebuah kepiluan. Nami, Nalen, dan Anw

  • Desah Di Kamar Sebelah   145. Kemesraan Atau Sebuah Dusta?

    145Kemesraan Atau Sebuah Dusta? Azan Subuh berkumandang syahdu. Suaranya sayup-sayup terdengar hingga ke dalam kamar milik Nami dan Anwar. Si nyonya pun kebetulan telah selesai berpakaian lengkap. Buru-buru Nami mengambil wudu. Coba dia tepis segala perasaan gundah di dada. Cukup lama dia merenung di depan cermin meja riasnya setelah berpakaian tadi. Usai perenungan, Nami bertekad untuk tetap menabahkan hati, meski sepertinya akan banyak rintangan yang datang pada hari-hari besok. Perempuan yang sudah wangi semerbak sekujur tubuhnya itu pun membentangkan sajadah di tengah-tengah ruang kamar yang memang sangat luas. Maklum, kamarnya orang kaya. Sudah diisi lemari pakaian dan ranjang sebesar gaban pun, masih tersisa cukup banyak space untuk Nami salat, bahkan berjamaah dengan sang suami pun sangat memungkinkan. Di tengah dengkuran Anwar yang lumayan kencang, Nami mendirikan dua rakaat sunnah sebelum Subuh alias salat Fajar dan dil

  • Desah Di Kamar Sebelah   144. Igauan Suamiku

    Pagi-pagi sekali Nami bangun dengan penuh perasaan semangat yang menggebu dalam dadanya. Betapa tidak, hari ini adalah hari di mana tanah dan rumah yang mereka tempati, akan segera dihibahkan kepada Nami. Begitu janji dari Anwar, suami yang sangat dicintai oleh perempuan cantik tersebut. Hati-hati sekali Nami turun dari tempat tidurnya. Bahkan dia sampai jalan berjinjit, demi tak membuat suara ribut. Maklum saja, sang suami baru tertidur pada pukul satu dini hari tadi. Nami bukannya tak sadar jika sang suami tidur sangat larut malam. Alasan Anwar karena dia ingin mengerjakan sesuatu di kamar kerjanya. Karena mengantuk, Nami memutuskan tidur lebih duluan, dan menyadari bahwa sang suami baru saja masuk ke kamar setelah pukul satu di jam weker yang dia letakkan di atas nakas. Sebenarnya, Nami ingin banyak bertanya pada Anwar tentang alasan mengapa suaminya tidur sampai selarut itu. Namun, perempuan berambut hitam tebal tersebut cepat mengurungkan

  • Desah Di Kamar Sebelah   143. Ritual Yang Terhenti

    BAB 143Ritual Yang Terhenti “Pak, piye iki (gimana ini)? Mosok sih (masa sih), kita ke rumahnya Mbah Legi meneh (lagi)? Aku kok, wedhi (takut) yo, Pak?” Rusmina mengeluh kepada Suwito usai ditelepon oleh adiknya, Ina alias Rustina. Kedua pasutri berusia paruh abad itu tampak sama-sama tertekan dengan permintaan adik mereka. Di satu sisi, Rusmina senang ketika sang adik berhasil disembuhkan dan dapat kembali bersatu dengan mantan suaminya, meskipun mereka belum menikah kembali. Namun, di satu sisi lain, sebagai seorang muslim yang ‘setengah taat’, sedikit banyak Rusmina takut apabila terus menerus main dukun. Baik Rusmina maupun Suwito, mereka sama-sama tahu bila bekerja sama dengan dukun adalah sebuah tindakan syirik yang tak akan diampuni oleh Tuhan. Usia mereka sama-sama memasuki angka senja, bukan tak mungkin besok atau lusa, usia mereka habis dan berakhir di liang lahat. Itulah hal yang sangat Rusmina dan Suwito takutkan, yakni mati sebel

  • Desah Di Kamar Sebelah   142. Dustanya Anwar

    BAB 142Dustanya Anwar Betapa leganya hati Nami ketika mendapati suara bel yang dipencet dari arah luar sana terdengar hingga ke lorong kamarnya. Nami dan Rahima pun gegas keluar dari kamar untuk menyambut kedatangan sang tuan besar. Saat kunci rumah dibukakan oleh Nami, dia semakin bahagia karena wajah Anwarlah yang Nami lihat untuk pertama kalinya. “Papa!” seru Nami mesra kepada sang suami. “Iya, Ma. Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Mari kita masuk,” ucap Anwar sambil menebar senyuman semanis madunya. Anwar langsung merangkul tubuh molek milik istrinya. Sementara itu, Rahima masih menunggu di pintu, untuk menyambut Nalen yang masih memarkirkan mobil papanya. Setelah Nalen memasuki pintu, Rahima pun menjalankan tugasnya untuk mengunci pintu kembali. Rahima ikut senang saat melihat tuan besar dan tuan mudanya sudah tiba ke rumah. Apalagi, mata Rahima tak perlu memandangi sosok nenek sihir yang tak lain dan tak bu

  • Desah Di Kamar Sebelah   141. Pergi Jauh

    BAB 141Pergi Jauh Tubuh Ina pun digotong oleh Andang dan Dedi untuk masuk ke dalam minibus putih milik Anwar. Perempuan pucat dengan rambut awut-awutan itu masih saja terkulai lemah dengan kedua mata yang tertutup. Sesekali bibir birunya berkedut, seperti hendak mengerang kesakitan. Melihat kondisi Ina semengenaskan itu, tentu membuat jantung Dedi dan Andang kompak ketar ketir. Banyak tugas berat yang Anwar berikan kepada mereka. Namun, membawa manusia setengah sekarat begini, baru sekali Dedi dan Andang jalani. Setelah diposisikan dengan baik di bangku penumpang tepat di samping sang sopir, Ina pun dibiarkan duduk dengan kepala terkulai. Sabuk pengaman telah Andang pasangkan untuk perempuan malang tersebut. Andang pun duduk di bangku belakang bersama dua tas milik Ina yang terisi penuh dengan pakaian-pakaian. Minibus putih itu pun berjalan dengan kecepatan sedang. Sebagai seorang sopir handal, Dedi berusaha untuk tetap tenang m

  • Desah Di Kamar Sebelah   140. Setengah Beres

    BAB 140Setengah Beres Suasana jadi tegang lagi setelah Nalen men-skak mat Anwar dengan kata-kata pamungkasnya. Meskipun Anwar enggan menyahut demi menghindari pertikaian lebih lanjut, sesungguhnya terdapat bara api murka yang terpendam di dalam dadanya. Betapa tidak, Nalen yang dia anggap sebagai bocah kemarin sore, berani-beraninya menjawab dengan kalimat yang sangat menohok. Anwar diam. Jali dan Ina pun bungkam. Apalagi Nalen, pemuda itu memilih untuk menekuni ponselnya, demi mengusir rasa jenuh yang mendera. Sekitar hampir empat puluh menit lamanya mereka berempat menunggu di dalam mobil mewah milik Anwar. Ina beberapa kali mencoba untuk membuka kelopak matanya selama penantian di kabin mobil yang remang. Namun, sialnya rasa pening berputar langsung menyergap pemandangan Ina tatkala mata tuanya hendak membuka separuh. Azab. Itulah yang tengah Ina alami sekarang. Baru saja dia merasa di atas angin sebab jampi-jampi Mbah Legi y

  • Desah Di Kamar Sebelah   139. Was-Was

    BAB 139Was-Was Susah payah Jali membawa Ina hingga masuk ke dalam mobil kembali. Sekuat apa pun tenaganya sebagai seorang pria yang berprofesi sebagai satpam, tetap saja terasa sangat melelahkan ketika Jali harus bolak balik mengangkat tubuh perempuan sial itu. Lagi-lagi Jali hanya bisa memendam rasa capek dan muaknya kepada Anwar. Ina sudah didudukkan kembali ke kursi penumpang di belakang. Kepalanya tak bisa berada pada posisi tegak, saking lemahnya. Ina sendiri bingung, mengapa tubuh dia bisa selemah ini. Ke mana kekuatan para jin yang membantu Ina? Sudah tak manjurkah jampi-jampinya Mbah Legi? Begitulah rentetan pertanyaan di kepala Ina yang kini mengganggu ketenangan batinnya. Mata Ina pun masih cukup berat untuk sekadar membuka. Kepalanya sangat pening. Ina ragu akankah dia segera pulih dari rasa sakit yang menghantam kepalanya ini atau tidak. “Merepotkan,” gumam Jali sangat pelan ketika dia masuk ke mobil da

  • Desah Di Kamar Sebelah   138. Benih Kecewa

    BAB 138Benih Kecewa “Ded, sibuk apa? Aku bisa minta tolong nggak?” Anwar bicara terburu-buru pada salah satu anak buahnya yang bekerja di peternakan, yakni Dedi. Dedi adalah karyawan yang multifungsi. Selain bertindak sebagai sopir peternakan, dia juga diberikan kepercayaan untuk menjaga kawasan yang memiliki luas satu setengah hektar tersebut. Dedi memang tidak bekerja sendirian di peternakan. Masih ada lima belas karyawan lainnya, tetapi Dedilah yang memegang peranan penting karena dia dijadikan tangan kanan oleh Anwar berkat kesetiaannya dalam bekerja. “Halo, Bos. Ini lagi keliling aja. Mantau lampu-lampu, takut ada yang korslet kaya tempo lalu,” jawab Dedi penuh wibawa. Dedi selalu merasa bangga jika ditelepon oleh si bos di saat dirinya tengah menjalankan tugas. Harap pria 37 tahun itu, bosnya yang agak galak tersebut akan menambah gajinya meskipun terkadang keuntungan di peternakan ayam ini sering naik turun. Pada kenyataa

DMCA.com Protection Status