Share

115

115

POV INA

“Mama sama Papa udah nunggu di ruang makan.” Nalendra berucap kepadaku. Sorot matanya terus terarah menatap wajahku. Semula agak dingin. Namun, lambat laun terbit senyuman manis di bibirnya yang kemerahan.

“Oke. Panggil aku Bu Ina. Mulai detik ini, sebut saja aku dengan panggilan itu. Kamu paham kan, Nalen?” tanyaku sambil mendekat ke arahnya. Kutepuk bahu tegap lelaki bertubuh tinggi tersebut.

“Baik, Bu Ina.” Nalen menyahut lembut. Kepalanya mengangguk patuh, sedangkan senyumannya tak kunjung padam dari kedua bibir merah itu.

Hebat, pikirku. Ternyata, seorang Ina memiliki kekuatan magis yang cukup sakti. Kalau begini ceritanya, aku akan semakin percaya diri untuk tinggal di rumah Mas Anwar. Hahaha! Sepertinya aku harus cepat-cepat mengirimi Mbak Rusmina uang agar mereka menyampaikan titip salamku ini kepada Mbah Legi. Ya, hitung-hitung supaya Mbah Legi tidak kapok menolongku terus-terusan.

“Ayo, kita ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status