Share

119

last update Last Updated: 2022-07-07 10:56:04
119

POV INA

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamarku diketuk tiga kali. Padahal aku sedang enak-enaknya tertidur lelap. Namun, saat melihat jam dinding di atas pintu sana, ternyata sudah pukul enam belas sore. Astaga, ternyata sudah lama juga aku tidur siang.

Buru-buru aku membenarkan ikatan rambutku. Kubenarkan pula letak kerah dasterku yang agak melorot sebab pulas tertidur barusan. Bertanya-tanya benakku. Siapa gerangan yang mengetuk pintu di depan sana? Tidak bersuara pula. Hanya kedengaran bunyi ketukan di daun pintu saja.

“Sebentar!” ucapku seraya turun dari ranjang.

Kulap terlebih dahulu sisa iler di tepian bibir. Takutnya kentara sekali kalau aku habis tidur selama ini. Yah, namanya juga belum resmi menjadi nyonya rumah. Masih menjadi babu!

Kubuka kunci pintu kamar dan betapa kagetnya aku ketika melihat Nami telah berdiri di depan pintuku sambil tersenyum kecil.

“Nyonya,” panggilku sam
Meisya Jasmine

Komentar sebanyak-banyaknya, yuk.

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rohmah Hudati
ada orang sejahat ina emangnya, main dukun segala, semoga ina menuai apa yg ditanamnya, ingat ilmu hitam hanya menang sementara kemudian akan kembali ke pemiliknya
goodnovel comment avatar
ridut sari
gk ada rasa syukurnya ina tuh
goodnovel comment avatar
Kus Abrianti
jahat sekali Ina, manusianyg tak tahu berterima kasih, hati-hati Ina nanti nasibmu lebih buruk lagi dari sebelumnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Desah Di Kamar Sebelah   120

    120POV INA “Kami hanya bicara biasa saja, Nyonya. Terus, Mas Anwar juga bertanya tentang apakah aku rindu kepada Lia atau tidak? Aku jawab tentu saja aku sangat rindu. Aku ditawarkan untuk berziarah ke makamnya anakku besok, Nyonya. Kujawab, aku tidak enak kepada Nyonya Nami. Takut beliau keberatan.” Aku langsung memasang wajah sedih. Kepalaku pun menunduk sambil menarik napas dalam-dalam. Kuharap, gayaku yang menyedihkan ini akan membuat Nami semakin jatuh iba. Ayolah, Nami. Semakin terperosok kamu ke dalam lubang jebakanku. Aku tidak akan keberatan untuk membelenggumu dengan tali kelicikanku! “Oh, jelas aku tidak keberatan, Ina. Pergi saja. Tidak apa-apa. Itu adalah anakmu. Wajar jika kamu ingin ziarah ke makamnya. Lakukanlah,” ucap Nami penuh kelembutan. Dia merangkulku lagi. Mengusap-usap lenganku dengan penuh perhatian. Perempuan anggun ini memang mudah sekali kasihan sama orang, ya. Kenapa kok, dia bodoh sekali? Apa dalam hidupnya dia ti

    Last Updated : 2022-07-09
  • Desah Di Kamar Sebelah   121

    121POV NAMI “Mbak, sepertinya jampi-jampi Mbah Legi kali ini sangat topcer dan lebih manjur ketimbang dulu! Mas Anwar jadi semakin baik tingkahnya. Kalian sudah terima uang lima juta itu, kan?” “Masyaallah! Limang yuto (lima juta), In? Tenanan ora iki (betulan tidak ini), In?” “Tenan, Mbak! Sumpah demi Allah! Mas Anwar tadi pas makan siang berduaan denganku ngobrol banyak. Dia bilang mau kirimin kalian lima juta. Terus, gajiku akan dibayarkan per bulannya sepuluh juta! Besok aku diajak ziarah ke makam Lia juga. Pokoknya, sebagai mbakyuku yang baik, kamu harus terus dekati Mbah Legi, lho!” “Nggeh (iya), In! Aku pasti bakalan sowan ke Mbah Legi sering-sering. Uang lima juta banyak sekali, In? Kata Pak Anwar buat apa, In?” “Buat kuliah anaknya kalian. Sisanya ya terserah mbok gawe opo (mau kamu apakan). Ingat ya, Mbak, kalau sudah dapat duit terus menerus dariku, jangan lupakan aku yang ada di sini! Mbah Legi disamban

    Last Updated : 2022-10-04
  • Desah Di Kamar Sebelah   122. Mengawasi Gerak Geriknya

    122POV NamiMengawasi Gerak Geriknya Aku dan Nalen telah membuat sebuah kesepakatan bersama. Putra semata wayangku tersebut langsung mengiyakan segala ide-ide yang kucetuskan kepadanya. Dia yakin, bahwa apa yang sudah kami rencanakan akan berjalan dengan sukses. “Kita harus satukan kekuatan, Ma,” ucap Nalen sambil menggenggam jemariku. “Tentu, Len. Mama nggak mau kalau keluarga yang sudah susah payah kita bangun bersama ini, runtuh hancur seketika hanya gara-gara perempuan laknat itu.” Penuh semangat aku mengucapkan kalimat barusan. Kugenggam kembali tangan Nalen yang terasa sejuk. Pemuda itu pun mengangguk mantap sambil menatapku dalam. “Papa itu orang baik. Aku tahu sebenarnya dia hanya terpengaruh oleh dukun saja. Jadi, aku juga yakin kalau kemampuan dukun sialan itu bakalan luntur juga nantinya. Lihat saja,” desis Nalen. Mata Nalen kulihat menerawang jauh ke sana. Kutengok, dia begitu berapi-api u

    Last Updated : 2022-11-03
  • Desah Di Kamar Sebelah   123. Mendadak Jantungan

    Bab 123POV NamiMendadak Jantungan Aku tak membiarkan Rahima dan Ina berduaan di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sudah kapok dengan pertengkaran mereka. Apalagi, aku malah sempat terhasut dengan tipu daya muslihat dari Ina yang kentara sekali ingin menyingkirkan Rahima dari rumahku. Ina mungkin tak sampai otaknya untuk berpikir bahwa aku telah tahu semua yang dia rencanakan. Mulai dari dukun yang dia bawa untuk mengguna-gunai suamiku, hingga rencananya untuk menyingkirkan Rahima. Perempuan itu ingin berubah menjadi iblis, tetapi sayangnya kapasitas otak yang dia punya tak ubahnya seperti seekor cacing kecil di dalam tanah. Aku sibuk berkutat di dapur, meskipun waktu yang kumiliki untuk menyiapkan hidangan sangatlah mepet. Tidak peduli, pokoknya aku akan masak dengan tanganku sendiri. Mas Anwar harus kuperlakukan sebaik mungkin, walau aku tahu betul kesadaran pikirnya sedang dikendalikan oleh ilmu hitam. Sementara aku yang me

    Last Updated : 2022-11-03
  • Desah Di Kamar Sebelah   124. Ulah Ular Betina

    Bab 124POV NamiUlah Ular Betina Perlahan, bibir tipis Ina menyeringai hingga tampak geliginya. Aku terperanjat. Perempuan ini, makin lama makin menyeramkan saja. Kekakuan tubuhku akhirnya berakhir. Napasku langsung terengah. Anehnya, suara gemiricik air dari keran di wastafel pun terdengar kembali di telinga. Ya Allah, pertanda apakah seperti ini? Apakah kekuatan magis dari jampi-jampi yang dilakukan oleh dukunnya Ina semakin kuat bekerja pada tubuhku? Ya Rabbi, aku mohon lindungilah diriku! “Boleh,” sahutku pada Ina sambil terus menatapnya. Aku tak boleh terlihat lemah di hadapan perempuan ini. Sejatinya, ilmu hitam akan semakin kuat menguasai diri kita, apabil keimanan yang kita miliki lemah. Tanda-tanda iman yang lemah ialah mudah gentar dan takut kepada sesama makhluk. “Oke. Kita salat sama-sama kalau begitu, Nyonya. Aku permisi untuk siap-siap salat bersama Nyonya.” Ina menyahut de

    Last Updated : 2022-11-04
  • Desah Di Kamar Sebelah   125. Gertakan

    Bab 125POV NamiGertakan Aku dan Rahima sepakat berpisah sejenak untuk mempersiapkan salat Magrib berjamaah. Rahima masuk ke kamarnya dan aku pun juga mengayunkan kaki menuju kamarku di depan sana. Suasana rumah Mas Anwar tiba-tiba saja terasa begitu sepi, sunyi, dan sendu sekarang. Sebelum-sebelumnya, tak pernah aku merasakan aura yang seperti ini di rumah suamiku. Bangunan dua lantai yang padahal sudah banyak dirombak dari bentuk aslinya tersebut, meskipun kerap ditinggal para penghuninya untuk bekerja atau sekadar hang out, tetapi tak pernah menyisakan perasaan sunyi yang separah sekarang. Aku sempat merinding hebat lagi ketika melewati selasar di mana tangga menuju lantai dua berada. Kutengok ke atas tangga, tak ada siapa pun. Nalen tidak kunjung turun dari kamarnya. Namun, tiba-tiba saja mataku menangkap sebuah kelebat hitam. Terbang dari atas dan meresap ke dinding. “Astaghfirullah!” pekikku gentar. Kukucek m

    Last Updated : 2022-11-08
  • Desah Di Kamar Sebelah   126. Aku Sudah Tak Sabar!

    Bab 126POV NamiAku Sudah Tak Sabar! Mas Anwar lalu membuang mukanya dan bergerak mengeloyor pergi meninggalkanku yang masih mengandung geram di dalam hati. Dengan santainya, pria tinggi besar berkulit hitam itu masuk ke kamar mandi. Bunyi pintu toilet yang dia tutup dari dalam itu, terdengar cukup nyaring, membikin hatiku makin jengkel saja. “Huh! Mas Anwar, kamu sebentar lagi akan tahu bagaimana Ina yang sekarang! Dia masih seperti dulu, tidak pernah berubah menjadi baik sama sekali!” gerutuku sambil mengepalkan dua tinju kuat-kuat. Aku sudah terlalu banyak bersabar rasanya. Sayang beribu sayang, apa yang kusabarkan hanyalah berbuah busuk. Sepertinya, semua tak bisa lagi dipendam terlalu lama. Mas Anwar perlu tahu betapa bejatnya Ina. Dari dulu hingga sekarang, kehadiran wanita itu memang hanya untuk membuat suamiku hancurnya. Namun, anehnya, mengapa Mas Anwar tak bisa menyadari semuanya? Karena ilmu hitam? Sudah

    Last Updated : 2022-11-08
  • Desah Di Kamar Sebelah   127. Terpaksa Kuungkap Semua

    BAB 127POV NamiTerpaksa Kuungkap Semua “Kamu katanya mau salat sama aku? Sana, ambil wudumu!” perintah Mas Anwar padaku. Sayangnya, aku sudah kehabisan selera untuk berjamaah dengannya. Lebih tepatnya malas. Lebih baik aku salat sendiri saja, pikirku. “Ya, udah. Kamu aja salat duluan! Aku sendirian aja,” sahutku kesal setengah mati. Mas Anwar mendelik sekilas. Terdengar suara decak lidahnya. Lihatlah, aku yang seharusnya marah karena sikapnya yang terlalu membela Tika, Ina, Bayu, eh, sekarang malah dia yang lebih galak kepadaku. “Kamu ini aneh, Nami! Sedikit-sedikit merajuk. Ya, sudah, kalau begitu aku salat di mushala sama si Ina.” Kutelan liurku. Hatiku tentu saja langsung mendidih. Namun, kusembunyikan perasaan cemburu itu. Cepat aku bergerak menuju toilet tanpa menoleh pada Mas Anwar. Menyahutnya dengan sepatah kata pun aku telah enggan. Sekarang, terserah dia saja mau bagaimana!

    Last Updated : 2022-12-28

Latest chapter

  • Desah Di Kamar Sebelah   147. Akhir Berbahagia

    147Akhir BerbahagiaSetahun Kemudian Hidup rumah tangga Nami dan Anwar kini semakin bahagia setelah dibuangnya Ina ke Pasar Pinang Merah. Ina alias perempuan yang bersekutu dengan iblis itu akhirnya meninggal dunia pada dini hari di lantai pasar yang lembab dan kotor. Jenazahnya tak diidentifikasi oleh pihak kepolisian, sebab adanya kong kalikong antara Anwar dan para penegak hukum tersebut. Tentu saja, banyak dana yang harus Anwar gelontorkan agar jenazah Ina tak diperiksa. Mayat Ina pun lalu dikirimkan ke kampung halamannya, disambut dengan isak tangis Suwito dan Rusmina. Sungguh tragis kehidupannya Ina. Dia tak mendapatkan satu pun cita-citanya di saat-saat menjelang kematiannya. Hidup Ina sama tragisnya dengan Lia, anak semata wayangnya tersebut. Nyawa mereka sama-sama melayang di tangan para lelaki yang sempat mereka cintai habis-habisan. Cinta yang salah telah membuat mereka mati dalam sebuah kepiluan. Nami, Nalen, dan Anw

  • Desah Di Kamar Sebelah   145. Kemesraan Atau Sebuah Dusta?

    145Kemesraan Atau Sebuah Dusta? Azan Subuh berkumandang syahdu. Suaranya sayup-sayup terdengar hingga ke dalam kamar milik Nami dan Anwar. Si nyonya pun kebetulan telah selesai berpakaian lengkap. Buru-buru Nami mengambil wudu. Coba dia tepis segala perasaan gundah di dada. Cukup lama dia merenung di depan cermin meja riasnya setelah berpakaian tadi. Usai perenungan, Nami bertekad untuk tetap menabahkan hati, meski sepertinya akan banyak rintangan yang datang pada hari-hari besok. Perempuan yang sudah wangi semerbak sekujur tubuhnya itu pun membentangkan sajadah di tengah-tengah ruang kamar yang memang sangat luas. Maklum, kamarnya orang kaya. Sudah diisi lemari pakaian dan ranjang sebesar gaban pun, masih tersisa cukup banyak space untuk Nami salat, bahkan berjamaah dengan sang suami pun sangat memungkinkan. Di tengah dengkuran Anwar yang lumayan kencang, Nami mendirikan dua rakaat sunnah sebelum Subuh alias salat Fajar dan dil

  • Desah Di Kamar Sebelah   144. Igauan Suamiku

    Pagi-pagi sekali Nami bangun dengan penuh perasaan semangat yang menggebu dalam dadanya. Betapa tidak, hari ini adalah hari di mana tanah dan rumah yang mereka tempati, akan segera dihibahkan kepada Nami. Begitu janji dari Anwar, suami yang sangat dicintai oleh perempuan cantik tersebut. Hati-hati sekali Nami turun dari tempat tidurnya. Bahkan dia sampai jalan berjinjit, demi tak membuat suara ribut. Maklum saja, sang suami baru tertidur pada pukul satu dini hari tadi. Nami bukannya tak sadar jika sang suami tidur sangat larut malam. Alasan Anwar karena dia ingin mengerjakan sesuatu di kamar kerjanya. Karena mengantuk, Nami memutuskan tidur lebih duluan, dan menyadari bahwa sang suami baru saja masuk ke kamar setelah pukul satu di jam weker yang dia letakkan di atas nakas. Sebenarnya, Nami ingin banyak bertanya pada Anwar tentang alasan mengapa suaminya tidur sampai selarut itu. Namun, perempuan berambut hitam tebal tersebut cepat mengurungkan

  • Desah Di Kamar Sebelah   143. Ritual Yang Terhenti

    BAB 143Ritual Yang Terhenti “Pak, piye iki (gimana ini)? Mosok sih (masa sih), kita ke rumahnya Mbah Legi meneh (lagi)? Aku kok, wedhi (takut) yo, Pak?” Rusmina mengeluh kepada Suwito usai ditelepon oleh adiknya, Ina alias Rustina. Kedua pasutri berusia paruh abad itu tampak sama-sama tertekan dengan permintaan adik mereka. Di satu sisi, Rusmina senang ketika sang adik berhasil disembuhkan dan dapat kembali bersatu dengan mantan suaminya, meskipun mereka belum menikah kembali. Namun, di satu sisi lain, sebagai seorang muslim yang ‘setengah taat’, sedikit banyak Rusmina takut apabila terus menerus main dukun. Baik Rusmina maupun Suwito, mereka sama-sama tahu bila bekerja sama dengan dukun adalah sebuah tindakan syirik yang tak akan diampuni oleh Tuhan. Usia mereka sama-sama memasuki angka senja, bukan tak mungkin besok atau lusa, usia mereka habis dan berakhir di liang lahat. Itulah hal yang sangat Rusmina dan Suwito takutkan, yakni mati sebel

  • Desah Di Kamar Sebelah   142. Dustanya Anwar

    BAB 142Dustanya Anwar Betapa leganya hati Nami ketika mendapati suara bel yang dipencet dari arah luar sana terdengar hingga ke lorong kamarnya. Nami dan Rahima pun gegas keluar dari kamar untuk menyambut kedatangan sang tuan besar. Saat kunci rumah dibukakan oleh Nami, dia semakin bahagia karena wajah Anwarlah yang Nami lihat untuk pertama kalinya. “Papa!” seru Nami mesra kepada sang suami. “Iya, Ma. Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Mari kita masuk,” ucap Anwar sambil menebar senyuman semanis madunya. Anwar langsung merangkul tubuh molek milik istrinya. Sementara itu, Rahima masih menunggu di pintu, untuk menyambut Nalen yang masih memarkirkan mobil papanya. Setelah Nalen memasuki pintu, Rahima pun menjalankan tugasnya untuk mengunci pintu kembali. Rahima ikut senang saat melihat tuan besar dan tuan mudanya sudah tiba ke rumah. Apalagi, mata Rahima tak perlu memandangi sosok nenek sihir yang tak lain dan tak bu

  • Desah Di Kamar Sebelah   141. Pergi Jauh

    BAB 141Pergi Jauh Tubuh Ina pun digotong oleh Andang dan Dedi untuk masuk ke dalam minibus putih milik Anwar. Perempuan pucat dengan rambut awut-awutan itu masih saja terkulai lemah dengan kedua mata yang tertutup. Sesekali bibir birunya berkedut, seperti hendak mengerang kesakitan. Melihat kondisi Ina semengenaskan itu, tentu membuat jantung Dedi dan Andang kompak ketar ketir. Banyak tugas berat yang Anwar berikan kepada mereka. Namun, membawa manusia setengah sekarat begini, baru sekali Dedi dan Andang jalani. Setelah diposisikan dengan baik di bangku penumpang tepat di samping sang sopir, Ina pun dibiarkan duduk dengan kepala terkulai. Sabuk pengaman telah Andang pasangkan untuk perempuan malang tersebut. Andang pun duduk di bangku belakang bersama dua tas milik Ina yang terisi penuh dengan pakaian-pakaian. Minibus putih itu pun berjalan dengan kecepatan sedang. Sebagai seorang sopir handal, Dedi berusaha untuk tetap tenang m

  • Desah Di Kamar Sebelah   140. Setengah Beres

    BAB 140Setengah Beres Suasana jadi tegang lagi setelah Nalen men-skak mat Anwar dengan kata-kata pamungkasnya. Meskipun Anwar enggan menyahut demi menghindari pertikaian lebih lanjut, sesungguhnya terdapat bara api murka yang terpendam di dalam dadanya. Betapa tidak, Nalen yang dia anggap sebagai bocah kemarin sore, berani-beraninya menjawab dengan kalimat yang sangat menohok. Anwar diam. Jali dan Ina pun bungkam. Apalagi Nalen, pemuda itu memilih untuk menekuni ponselnya, demi mengusir rasa jenuh yang mendera. Sekitar hampir empat puluh menit lamanya mereka berempat menunggu di dalam mobil mewah milik Anwar. Ina beberapa kali mencoba untuk membuka kelopak matanya selama penantian di kabin mobil yang remang. Namun, sialnya rasa pening berputar langsung menyergap pemandangan Ina tatkala mata tuanya hendak membuka separuh. Azab. Itulah yang tengah Ina alami sekarang. Baru saja dia merasa di atas angin sebab jampi-jampi Mbah Legi y

  • Desah Di Kamar Sebelah   139. Was-Was

    BAB 139Was-Was Susah payah Jali membawa Ina hingga masuk ke dalam mobil kembali. Sekuat apa pun tenaganya sebagai seorang pria yang berprofesi sebagai satpam, tetap saja terasa sangat melelahkan ketika Jali harus bolak balik mengangkat tubuh perempuan sial itu. Lagi-lagi Jali hanya bisa memendam rasa capek dan muaknya kepada Anwar. Ina sudah didudukkan kembali ke kursi penumpang di belakang. Kepalanya tak bisa berada pada posisi tegak, saking lemahnya. Ina sendiri bingung, mengapa tubuh dia bisa selemah ini. Ke mana kekuatan para jin yang membantu Ina? Sudah tak manjurkah jampi-jampinya Mbah Legi? Begitulah rentetan pertanyaan di kepala Ina yang kini mengganggu ketenangan batinnya. Mata Ina pun masih cukup berat untuk sekadar membuka. Kepalanya sangat pening. Ina ragu akankah dia segera pulih dari rasa sakit yang menghantam kepalanya ini atau tidak. “Merepotkan,” gumam Jali sangat pelan ketika dia masuk ke mobil da

  • Desah Di Kamar Sebelah   138. Benih Kecewa

    BAB 138Benih Kecewa “Ded, sibuk apa? Aku bisa minta tolong nggak?” Anwar bicara terburu-buru pada salah satu anak buahnya yang bekerja di peternakan, yakni Dedi. Dedi adalah karyawan yang multifungsi. Selain bertindak sebagai sopir peternakan, dia juga diberikan kepercayaan untuk menjaga kawasan yang memiliki luas satu setengah hektar tersebut. Dedi memang tidak bekerja sendirian di peternakan. Masih ada lima belas karyawan lainnya, tetapi Dedilah yang memegang peranan penting karena dia dijadikan tangan kanan oleh Anwar berkat kesetiaannya dalam bekerja. “Halo, Bos. Ini lagi keliling aja. Mantau lampu-lampu, takut ada yang korslet kaya tempo lalu,” jawab Dedi penuh wibawa. Dedi selalu merasa bangga jika ditelepon oleh si bos di saat dirinya tengah menjalankan tugas. Harap pria 37 tahun itu, bosnya yang agak galak tersebut akan menambah gajinya meskipun terkadang keuntungan di peternakan ayam ini sering naik turun. Pada kenyataa

DMCA.com Protection Status