Alice memutuskan datang ke rumah Rafael saat pria itu sudah berangkat ke rumah sakit, tujuannya saat ini adalah untuk menemui Kirei.
“Nyonya, ada yang datang mencari nyonya di bawah.”
“Siapa?”
“Namanya Alice.”
Kirei tidak menyangka kalau Alice akan datang ke rumah ini.
“Saya akan kesana sebentar lagi.”
“Baik.”
Kirei melangkah perlahan menuju ruang tamu. Alice menunggu dengan gayanya yang anggun dan angkuh.
“Alice? Ada apa?”
“Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu.”
“Apa mengenai Rafael?”
“Memangnya ada hal lain selain itu?”
Kirei berusaha tersenyum mendengar nada ketus dari wanita di depannya.
“Kenapa kamu tidak ingin melepas Rafael?”
“Aku sudah melepas Rafael dan hanya tinggal menunggu surat cerai darinya. Jika Rafael sudah memberiku surat cerai, aku pasti aka
Pagi ini semenjak baru bangun tidur Kirei merasa perutnya sedikit tidak nyaman. Tidak sakit. Tidak kram. Hanya tidak nyaman saja. Entah kenapa. Kirei pun tidak bisa menjelaskannya. Setelah Rafael berangkat ke rumah sakit, Kirei berusaha duduk di ruang keluarga dan menarik nafas dalam-dalam.Berusaha menenangkan diri. Berharap dengan begitu kondisinya menjadi lebih baik. Tidak berhasil! Kirei masih merasa tidak nyaman membuatnya cemas sendiri, takut bayinya kenapa-napa, karena selama beberapa hari ini memang pikiran Kirei sedang begitu kacau jadi takut berdampak buruk pada bayinya.Terpaksa Kirei meminta bantuan supir untuk mengantarnya ke rumah sakit dan disana tanpa diduga Kirei bertemu dengan mamanya yang mengenakan pakaian pasien dan sedang didorong di kursi roda oleh seorang suster. Tampak begitu lemah dan pucat. Sangat jauh berbeda dengan yang Kirei temui kemarin saat makan siang.“Ma!”“Kirei! Kamu kenapa kesini, Nak?” tanya mama Inara panik, karena pada akhirnya usaha untuk men
Kirei memaksakan diri turun dari ranjang. Dirinya ingin menemui mamanya. Tidak peduli meski tubuhnya masih begitu lemah. Kirei begitu khawatir dengan kesehatan mamanya yang tampak jelas kurang baik. Kirei berusaha menyangga tubuhnya di tiang infus yang mengikuti langkahnya.“Nyonya, anda mau kemana? Anda harus banyak istirahat,” tegur suster jaga khawatir. Bagaimana tidak khawatir kalau istri dari anak dokter si pemilik rumah sakit tempatnya bekerja berkeliaran begitu saja dengan tubuh lemah? Nanti dirinya pasti akan disalahkan kalau terjadi sesuatu!“Saya harus menemui Mama saya, Sus. Dimana kamar pasien atas nama ibu Inara?”Suster masih berusaha membujuk Kirei yang diabaikan oleh wanita itu. Tidak peduli apapun bujukan suster, Kirei tetap bersikeras hendak menemui mamanya.“Ibu Inara ditempatkan di ruang VIP Tulip,” jawab suster jaga pada akhirnya karena dirinya tidak juga berhasil membujuk Kirei.“Terima kasih.”Kirei melangkah perlahan, meski tidak terlalu jauh tapi tetap saja me
Alice menggigit kukunya dengan gelisah, dirinya tidak menyangka kalau tindakannya menyebabkan kejadian sampai separah ini. Sekarang harus bagaimana? Tapi bukankah bagus jika Kirei keguguran? Karena dengan begitu Rafael tidak akan ragu lagi untuk kembali padanya!Rasa takut Alice sirna begitu saja saat menyadari kemungkinan itu. Ya, seharusnya sekarang akan menjadi lebih mudah baginya untuk kembali merebut Rafael.Dua hari kemudian…..Kirei merapikan pakaiannya, hari ini dirinya sudah bisa keluar dari rumah sakit. Kirei memutuskan untuk langsung kembali ke rumah mamanya. Rasanya sudah tidak perlu lagi kembali ke rumah Rafael. Penghubung dirinya dengan Rafael pun sudah kembali ke pangkuan PenciptaNya. Meski sedih tapi Kirei berusaha menerima dan mengikhlaskannya.Kirei tidak bisa berbuat apapun kalau memang itu sudah menjadi kehendakNya bukan? Kirei mengusap airmata yang masih sering mengalir turun begitu saja saat mengingat bayinya. Pintu kamarnya terbuka dan tampak wajah Reynard. Masi
Alice memulas lipstick merah di bibirnya hingga tampak begitu menggoda. Setelah resmi bercerai dari wanita sialan itu, Alice malah merasa kalau Rafael semakin menjauh darinya membuat dirinya kesal.Apalagi yang harus dilakukannya sekarang? Menggoda Rafael? Bukankah biasanya pria mudah tergoda oleh kemolekan tubuh seorang wanita? Ya, itulah yang akan Alice lakukan hari ini! Alice yakin kalau malam ini Rafael tidak akan pernah bisa menolak dirinya lagi! Alice akan berusaha agar Rafael kembali kedalam pelukannya. Apalagi pria itu sudah resmi menjadi duda!Alice melangkah anggun menuju ruangan Rafael, melewati asisten Rafael begitu saja, tidak peduli meski dilarang masuk. Rafael mengeluh kesal saat melihat Alice kembali muncul, apakah ucapannya kemarin kurang jelas hingga Alice masih tetap datang kepadanya berulang kali?“Untuk apa lagi kamu kesini, Alice? Apa kamu belum puas menghancurkan rumah tanggaku dengan Kirei? Aku mohon tolong jangan ganggu aku lagi!&r
“Vanya!”Rafael memanggil nama Vanya, mencari perhatian gadis itu.“Tolong temani Kirei dulu untuk beberapa waktu terakhir ini.”“Emang dokter mau kemana?”“Kamu pasti belum tau. Saya dan Kirei udah pisah.”“Pisah? Maksudnya?”“Cerai. Divorce. Saya duda dan Kirei janda. Jelas?” jawab Rafael lelah.“Kok bisa?”“Banyak hal yang terjadi beberapa waktu terakhir.”“Pantas Kirei gak bisa saya hubungi beberapa minggu kemarin! Ternyata lagi ada masalah! Terus gimana dengan bayi kalian?”“Kirei keguguran,” lirih Rafael namun tetap bisa mengagetkan Vanya hingga gadis muda itu ternganga kaget.“Hah? Dokter lagi bercanda?”“Kamu pikir saya bakal bercanda untuk hal kayak gitu?”“Bener juga! Sorry. Saya turut berduka cita, Dok.”“Tolong jang
Kirei terbangun dengan mata bengkak. Semangat hidupnya seolah meredup begitu saja. Kirei menatap pantulan dirinya yang tampak begitu kacau. Apalagi yang tersisa dari hidupnya sekarang? Kirei sudah kehilangan semuanya. Suaminya. Anaknya. Mamanya. Tidak ada lagi yang tersisa.Kirei membersihkan diri dan mulai merapikan barang peninggalan mamanya yang sudah tertata rapi, tidak heran karena mama Inara memang tipikal orang rapi dan suka kebersihan. Kirei mengambil koper miliknya. Satu-satunya koper usang yang dimilikinya. Dan memilah beberapa baju.Kirei harus pergi dari rumah ini. Bukan karena ingin melupakan mamanya tapi karena Kirei ingin memulai lembaran baru. Memulai hidup baru yang semoga saja bisa menjadi lebih baik. Selesai membereskan baju dan beberapa barang penting yang harus selalu dibawanya, Kirei memutuskan keluar rumah dan mencari ATM terdekat.Kirei membeliak kaget saat melihat nominal saldo di ATM nya. Kenapa bisa begitu banyak? Ada berapa digit? 11 digit? Gak salah? Apa ba
Tapi harapan Rafael sia-sia karena ternyata wanita itu masih dengan tidak tahu malu datang mengunjunginya. Tidak merasa bersalah sama sekali karena telah membuat Kirei keguguran. Karena telah membuat Rafael kehilangan buah hatinya tanpa sempat melihatnya hadir ke dunia ini.Inikah wanita yang disukainya dulu? Yang membuat Rafael mengabaikan nasihat orangtuanya sendiri? Benar ucapan Reynard dulu kalau Rafael memang sudah dibutakan oleh cinta yang sangat tidak masuk akal! Untung dirinya masih memiliki kesempatan untuk mengetahui keburukan Alice! Meski harus mengorbankan istri dan calon buah hatinya!“Bukankah aku sudah bilang kalau kita sudah putus dan aku tidak ingin melihatmu lagi, Alice? Tapi sekarang apa yang kamu lakukan disini?” tanya Rafael dengan nada dingin.“Apa kamu benar-benar tidak bisa memaafkan dan kembali padaku? Bukankah kamu sudah bercerai dan juga anak kalian sudah tidak adalagi! Apa yang membuatmu tidak mau kembali padaku? Ken
Sydney…. Kirei mengeluh frustasi saat usahanya untuk mencari pekerjaan selalu nihil! Padahal Kirei tau diri dengan hanya mencari pekerjaan di restoran seperti waitress atau cleaning service karena sadar dirinya tidak memiliki pendidikan yang tinggi! Tapi tetap saja sulit! Bagaimana ini? Uangnya memang masih cukup untuk bertahan hidup tapi tetap saja tidak mungkin mengandalkan uang itu seterusnya! Apa yang bisa dilakukannya untuk dapat menghasilkan uang? Sepertinya dirinya tidak memiliki skill apapun! Hanya skill bertahan hidup yang Kirei miliki! Kirei memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, pusing memikirkan kelanjutan hidupnya sekarang. “Ma, Kirei harus ngapain sekarang? Kirei bingung, Ma,” keluh Kirei meski sadar kalau mamanya tidak mungkin lagi memberinya jawaban. Kirei memejamkan mata, sudah beberapa hari ini dirinya kurang istirahat. Banyak hal yang dipikirkannya. Bayinya. Mamanya. Vanya. Rumahnya. Dan Rafael. Meski berusaha keras melupakan pria itu tapi Kirei tidak bisa mel