Kirei membelai perutnya dengan sayang, mencoba merasakan kehadiran calon buah hatinya di dalam sana. Senyum bahagia terkembang lebar di bibirnya membuat aura kecantikan Kirei semakin menguat.“Kamu yang sehat ya di dalam sana. Mommy nggak sabar mau ketemu sama kamu,” lirih Kirei dengan rasa haru yang tiba-tiba saja hadir membuat tenggorokannya tercekat. Tanpa aba-aba ingatan Kirei tentang buah hatinya yang pertama muncul begitu saja.Penyesalan itu kembali muncul, andai saja dirinya tidak gagal dulu, pasti sekarang Kirei sedang menanti kelahiran anak keduanya dengan ditemani oleh anak pertamanya.“Tidak apa, Kirei. Anggap saja itu sebagai pelajaran berharga agar kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama,” monolog Kirei berusaha menghibur dirinya sendiri yang mendadak mellow.Kirei masih asyik dengan kesendiriannya saat bel rumahnya berbunyi. Perlahan, Kirei melangkah menuju pintu depan dan menemukan Rafael berdiri tegak di hadapannya. Kirei mengeluh dalam hati. Tidak bisakah Rafael me
Alice mengambil tiap helai bajunya yang berserakan di lantai. Para pria brengsek itu entah sudah pergi kemana. Meninggalkan dirinya begitu saja setelah merasa puas. Alice mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil sebuah kamera tersembunyi yang ada di pojok ruangan. Kamera yang sengaja dipasang secara tergesa tadi.Alice tersenyum sinis saat wajah para pria brengsek itu terlihat sangat jelas. Bahkan perbuatan mereka yang begitu brutal dan tanpa perasaan terhadap tubuhnya pun terekam dengan sangat jelas!‘Jika waktunya sudah tepat aku akan langsung menyebarkan video ini. Kalian bersiaplah bunuh diri bersamaku!’ batin Alice.Alice meletakkan kamera itu dengan hati-hati ke dalam tasnya. Tangan Alice terjulur untuk meraih ponselnya. Pesan mengenai informasi yang sudah dicarinya sejak lama. Senyum puas terukir di wajah cantiknya yang terlihat mengerikan. Senyum penuh dendam lebih tepatnya. Entah kepada siapa.“Aku tidak akan membiarkan kalia
Rafael menatap ragu pada rumah Kirei yang terlihat begitu sunyi, wajar baru jam 8 pagi jadi mungkin saja Kirei masih sibuk bersiap untuk berangkat ke café. Jujur saja selama sebulan terakhir ini kerjaan Rafael hanya mengamati Kirei. Menjaga Kirei meski hanya berani dari kejauhan. Dan rutin mengantarkan makanan untuk Kirei konsumsi. Makanan yang penting untuk pertumbuhan bayi mereka.Meski sudah rutin datang ke rumah Kirei tapi Rafael masih merasa canggung, apalagi Kirei meski sudah mulai melunak tapi tetap belum bisa menerima dirinya seperti yang Rafael harapkan. Bahkan Reynard yang awalnya berniat membantu Rafael pun akhirnya menyerah saat menghadapi kekeraskepalaan Kirei. Apalagi banyak kasus klien yang harus diselesaikan membuat Reynard tidak bisa berlama-lama di Sydney.Rafael melangkah dengan tegas dan mengernyit heran saat pintu rumah Kirei tidak tertutup rapat. Dirinya cukup was-was, takut terjadi sesuatu pada Kirei. Dengan berbagai macam pikiran negative
“Coba ulangi ucapan kamu barusan, Kirei!” tuntut Rafael dengan nada rendah yang terdengar begitu dingin dan berbahaya.Bulu kuduk Kirei meremang tanpa dapat dicegah, namun egonya membuat Kirei berusaha keras tidak terlihat gentar.“Aku bilang kalau aku bukan istrimu lagi dan aku tidak mau diatur sama kamu seperti dulu! Ini adalah hidupku, jadi aku bebas melakukan apapun! Ingat kalau kita tidak memiliki hubungan apapun, Rafa!” ulang Kirei.Perkataan Kirei membuat emosi Rafael semakin tersulut.“Kamu istriku, Kirei! Sampai kapanpun itu tidak akan pernah berubah!” desis Rafael.“Kita sudah bercerai, Rafa! Aku bukan lagi istri kamu!” bantah Kirei.Rafael menggeram kesal, tidak menyangka kalau Kirei akan sekeras kepala ini. Tidak bisakah wanita mungil ini jangan membuatnya emosi dengan statementnya barusan?“Secara status kita mungkin sudah bercerai, tapi aku tidak pernah ingin bercerai dari kamu, Kirei!”“Egois! Kamu tidak ingin bercerai tapi kamu juga tidak bisa melepaskan Alice! Dasar p
Regan berusaha memfokuskan pikirannya setelah tiba di café, namun sulit. Tanpa dapat dicegah rasa khawatir menjalar ke hatinya. Regan khawatir pada Kirei, terlebih lagi tadi Rafael tampak begitu kesal. Regan takut kalau Rafael lepas kendali dan menyakiti Kirei yang sedang hamil.Regan menatap ke sekeliling café yang masih belum terlalu ramai dan memutuskan kembali ke rumah Kirei.“Brenda, kamu tolong gantikan saya untuk jaga café. Saya harus pergi sebentar,” perintah Regan tergesa.“Okay!” jawab Brenda patuh.Regan bergegas melepas apron dan berjalan cepat hingga akhirnya tiba di depan rumah Kirei yang masih tampak begitu sunyi. Sama seperti saat Regan meninggalkannya tadi.“Kirei?” panggil Regan lirih, namun tidak terdengar jawaban sama sekali. Kaki Regan melangkah masuk semakin dalam dan telinganya menangkap suara samar. Penasaran, dirinya semakin mendekat kearah suara dan membeku. Terdengar jelas desahan dan juga erangan seorang pria. Seketika Regan mematung, terlebih saat suara se
Alice menjejakkan kaki di bandara, tangannya terjulur menyeret koper. Setibanya di dalam taksi, Alice menyebutkan nama hotel tujuan. Seulas senyum licik tersungging di wajahnya. Senyum yang menyimpan sejuta makna. Akhirnya setelah mencari tahu sekian lama, Alice bisa mendapatkan informasi mengenai Kirei. Itu juga dengan cara tidak terduga.Beruntung karena selama ini Alice tidak pernah melepaskan segala hal mengenai Rafael dari pantauannya hingga akhirnya Rafael sendiri yang menemukan Kirei. Alice merasa semesta akhirnya mendukung rencananya. Rencana untuk membuat Kirei tidak lagi mengganggu kehidupan Rafael. Atau hidupnya.‘Kali ini aku akan memastikan kalau kamu tidak akan menjadi pengganggu untuk hubunganku dengan Rafael,’ batin Alice.‘Kali ini aku akan membuat semua orang yang menghancurkan hidupku jadi ikut hancur berkeping-keping. Terutama kamu, Kirei. Karena kehadiran kamu, Rafael menolakku!’ lanjut Alice marah.Alice tiba di hotel dan bersiap menuju ke rumah Kirei. Lebih baik
Alice menatap puas kepergian pria asing yang tidak dikenalnya. Regan. Otak jahatnya berputar keras agar rencananya dapat berjalan dengan lancar. Hingga satu gagasan masuk ke dalam benaknya.Setelah yakin kalau rencananya akan berjalan lancar, Alice kembali ke hotel, bersiap untuk melaksanakan niat jahatnya pada Kirei.“Setelah ini kamu tidak akan bisa mempengaruhi Rafael lagi, Kirei! Setelah ini Rafael akan sepenuhnya menjadi milikku!” gumam Alice seperti seorang psikopat gila.Tepat jam 3 pagi, Alice menghubungi salah satu reparator yang bisa membantunya untuk membuka kunci pintu digital di rumah Kirei yang dilengkapi pin tersebut. Beruntung dengan segala kecanggihan internet membuat Alice dapat merencanakan hal ini dengan baik. Dan beruntung karena reparator itu buka 24 jam.Tentu saja Alice berbohong dengan mengatakan kalau dirinya lupa password sedangkan adiknya tidak ada di rumah dan tidak akan mungkin bisa dihubungi pada jam 3 pagi seperti ini. Dengan bodohnya reparator itu term
Alice mengumpat kasar. Rencananya gagal! Sial! Andai Rafael tidak datang sepagi itu, Kirei pasti sudah tinggal nama! Lagipula kenapa Rafael bisa datang di waktu yang tidak disangkanya begitu? Tepat waktu pula! Brengsek! Sekarang Alice terpaksa harus melarikan diri sebelum Rafael membalasnya. Alice harus pergi ke tempat yang tidak bisa dilacak. Dan sialnya Alice tidak bisa kembali ke Amerika, setidaknya jika kembali ke Amerika pun, Alice tidak bisa bekerja seperti biasa karena Rafael pasti akan dapat dengan mudah menemukannya!“Sial! Sial! Sial!” umpat Alice kasar berulang kali, merasa geram. Padahal tinggal sedikit lagi, namun rencananya buyar begitu saja!Tergesa, Alice menuju ke bandara. Lebih baik sementara ini bersembunyi di negara manapun, asalkan jangan Amerika. Dirinya tidak mungkin kembali ke Amerika dengan pertimbangan seperti tadi.Jadilah meski hari masih begitu pagi tapi Alice sudah berada di bandara, mencari rute penerbangan tercepat yang dapat membawanya pergi dari Syd
Mata Kirei membola terkejut, otaknya mulai memahami apa yang terjadi. “Kalian berdua udah jadian?” tanya Kirei memastikan kepada Vanya. Regan mengernyit, tidak memahami arti ucapan Kirei membuat mommy muda itu tersadar dan kembali memperbaiki pertanyaannya. “Yes, we are officially dating!” jawab Regan, jawaban yang membuat pekik kebahagiaan Kirei muncul begitu saja. Sesaat Kirei lupa kalau dirinya baru melahirkan! Dan saat merasakan sentakan rasa nyeri di bagian sensitifnya, barulah Kirei meringis membuat Rafael khawatir. “Astaga, kamu jangan bergerak mendadak seperti itu, Kirei! Gimana kalau jahitan kamu terbuka lagi?” omel Rafael setengah hati dengan raut cemas. “Sorry! Aku kaget, nggak nyangka akhirnya kedua sahabatku ini resmi berubah status menjadi sepasang kekasih!” ucap Kirei dengan wajah berbinar. Tampak jelas Kirei begitu tulus saat mengucapkan kalimat itu. Regan tersenyum kecil dan mengangguk. “Aku bersyukur karena Tuhan mempertemukanku dengan Vanya di hari pernikahan k
Tiga bulan kemudian….Kirei mengernyit saat perutnya terasa diremas, sudah sejak siang tadi Kirei merasakan hal ini tapi biasanya akan mereda dengan sendirinya dan dokter Reni juga sudah memberitahu Kirei kalau itu dinamakan dengan kontraksi palsu, tapi entah kenapa kali ini Kirei merasa remasan yang dirasakannya semakin kuat.Kirei menggigit bibir, tangannya refleks terjulur, berusaha membangunkan Rafael yang asyik tertidur pulas tanpa menyadari kalau sang istri sedang begitu kewalahan merasa desakan rasa sakit pada perutnya.“Rafa, bangun!” ucap Kirei berusaha mengguncang lengan Rafael, tidak peduli meski nanti pria itu terbangun dengan kepala pusing karena Kirei membangunkannya dengan tiba-tiba dan tergesa seperti ini. Disaat rasa mulas yang sudah begitu hebat mana iya Kirei memikirkan hal seperti itu lagi!Rafael yang merasakan guncangan pada lengannya langsung bangun dengan kaget, panik ia memandang sekeliling dan menemukan Kirei s
Kirei menebah dadanya dengan kaget, tidak menduga akan mendengar berita yang begitu tragis tentang Alice malam ini.“Ya Tuhan! Kenapa Alice senekat itu, Rafa?” tanya Kirei tidak percaya.“Kita tidak akan pernah tau jalan pikiran setiap orang, Kirei. Mungkin saja Alice sudah lelah dengan hidupnya. Kamu sendiri juga sudah tau kan apa yang terjadi pada dirinya? Apa yang dilakukan oleh agencynya selama ini?”Kirei mengangguk, paham dengan apa yang dimaksud oleh Rafael. Ya, Kirei melihat semua majalah, koran dan berita online membahas mengenai kasus Alice dan juga agencynya. Kirei tidak menyangka kalau kehidupan seorang model bisa separah itu, lebih baik dirinya dulu meski harus bekerja mati-matian tapi tidak tersiksa lahir batin seperti Alice!“Apa aku boleh memberi peristirahatan terakhir yang layak untuk Alice?” tanya Rafael ragu, takut Kirei tidak setuju.“Astaga! Tentu saja boleh, Rafa! Aku juga tidak tega
Wajah Rafael memerah saat mendengar ucapan adiknya, tidak menyangka kalau aktifitas ranjangnya tertangkah basah oleh keluarganya! Apalagi tadi dirinya memang begitu buas pada Kirei! Bagaimana tidak buas kalau pada akhirnya setelah sekian lama akhirnya Kirei mengijinkan Rafael untuk menyentuhnya tanpa paksaan!“Nggak usah malu gitu. Gue nggak bakal ngomong apapun sama Kirei! Janji!”“Awas kalau ingkar!” ancam Rafael.“Iya! Tapi gue masih nggak habis pikir, kasihan Kirei ya? Udah badannya kecil mungil, lagi hamil besar dan masih digempur abis-abisan sama lo!” kekeh Reynard.“Berisik!” sungut Rafael dengan wajah malu, tidak tau harus menjawab apalagi jika Reynard berbicara mengenai keganasannya saat bercinta dengan Kirei.“Tapi apa Kirei udah setuju buat menikah sama lo lagi?”“Of course! Gue akan langsung urus pernikahan gue sama Kirei secepatnya.”“Wow, congr
Rafael membelai rambut Kirei yang basah akibat keringat. Bukti kalau wanitanya lelah setelah percintaan mereka yang begitu menggebu-gebu. Saat ini Kirei masih asyik bersandar nyaman pada dada bidang Rafael, hal yang sudah begitu lama tidak pernah dilakukannya. Jujur, Kirei sangat merindukan moment ini.“Kita menikah ya?” tanya Rafael membuat Kirei mendongak kaget.Bagaimana tidak kaget? Selesai bercinta dan Rafael langsung mengajaknya menikah? Seperti mimpi! Jika benar mimpi, Kirei tidak ingin bangun! Rasanya terlalu indah. Dan juga tidak bosankah pria itu setelah Kirei menolaknya berulang kali? Sungguh, saat ini Kirei begitu mengagumi kegigihan Rafael!“Kenapa kamu tidak menjawabnya, Kirei?” tanya Rafael was-was, karena meski Kirei sudah mengakui isi hatinya tapi belum tentu wanita itu bersedia menikah lagi dengannya. Mungkin saja kan? Makanya tidak heran kalau Rafael merasa begitu khawatir kalau Kirei akan kembali menolaknya!&ld
“Apa maksud dari ucapan kamu barusan, Rafa?” tanya Kirei bingung. “Mommy sudah membebaskanku untuk memilih. Beliau memang pernah memaksaku untuk menikahimu karena kesalahpahaman, Kirei, tapi hanya di awal. Setelah itu beliau tidak pernah lagi memaksa atau mendesakku, bahkan Mommy sudah tidak pernah lagi mengancam untuk mencoretku dari KK, jauh sebelum aku resmi menikahi kamu. Tapi justru setelah Mommy memberi aku kebebasan untuk memilih pasangan hidupku sendiri, aku malah tetap bersikeras ingin menikah denganmu tanpa menyadari perasaanku sendiri! Betapa bodohnya aku kan?” aku Rafael dengan nada penuh penyesalah. Pengakuan Rafael membuat Kirei terkejut, tidak menyangka kalau itulah yang sebenarnya terjadi. “Apa benar kalau Mommy sudah tidak pernah memaksa atau mengancam untuk mencoret nama kamu dari KK?” tanya Kirei dengan suara bergetar. “Benar! Kamu bisa tanya langsung pada Mommy! Bahkan Mommy sempat heran dan bertanya berulang kali mengenai keputusa
Alice hanya bisa memaki kesal saat dirinya digelandang begitu saja. Alice tidak menyangka kalau pada akhirnya dirinya akan ditemukan. Dan kini dirinya harus berada di dalam satu rumah yang tidak dikenalnya.Alice memicingkan mata saat pintu terbuka, sinar matahari yang masuk membuatnya silau dan terpaksa memejamkan mata.“Long time no see, Alice!” sapa Reynard dengan senyum licik.“Ternyata lo! Kenapa lo bawa gue kesini?”“Masih perlu lo tanya? Tentu aja buat bayar semua perbuatan lo sama Kirei!”“Gue heran kenapa lo begitu perhatian sama Kirei? Lo cinta sama dia? Mantan kakak ipar lo?” tuduh Alice.“Otak gue nggak sekotor lo!” balas Reynard tenang.“Gue datang cuma mau kasih tau kalau sebentar lagi akan ada polisi yang datang kesini. Gue udah laporin semua kejahatan lo sama Kirei.”“Lo nggak bisa hukum gue di Indonesia, Rey,” balas Alice puas.
Kirei merasa hatinya sesak, akhirnya setelah tiga tahun lebih dirinya kembali ke Jakarta, kembali ke negara kelahirannya. Kirei pikir dirinya tidak akan pernah kembali kesini tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Kirei mengikuti langkah Rafael tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masih terhanyut dengan perasaannya sendiri.“Kirei,” panggil Rafael lembut, sadar kalau wanita itu masih sibuk dengan perasaannya yang pasti campur aduk.“Ya?” tanya Kirei dengan suara serak menahan tangis yang hampir tumpah.Sejak dulu perasaan Kirei selalu menjadi lebih sensitive jika hamil dan sekarang juga sama! Kirei merasa emosinya seperti roller coaster membuat airmata Kirei sudah menggenang di pelupuk matanya tanpa sadar!“Jangan nangis, Kirei. Sejak dulu aku nggak pernah sanggup melihat kamu menangis, rasanya seperti ada tangan yang tak kasat mata sedang meremas jantungku hingga terasa begitu menyakitkan,” aku Rafael lirih.“Sorry, aku hanya tidak menyangka akan kembali ke Jakarta,” desah Kirei.“Aku p
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal