Reynard dan Kirei menoleh kaget, terlebih saat mendengar ucapan Regan.“Regan?” lirih Kirei, tidak menyangka kalau pria itu akan berucap seperti tadi, apa lagi Kirei cukup heran bagaimana bisa Regan memahami arti pembicaraannya dengan Reynard karena sejak tadi Kirei menggunakan bahasa Indonesia.“Anda siapa?” tanya Reynard heran karena tidak ada angin, tidak ada hujan kenapa bisa ada pria asing yang berucap akan menikahi Kirei?“Oh, kenalin ini namanya Regan, Rey,” ucap Kirei sadar diri dan langsung memperkenalkan mereka berdua.“Dan ada hubungan apa antara kamu dengan Regan?” selidik Reynard curiga, apalagi setelah mendengar ucapan Regan barusan!“Regan adalah pemilik café tempat aku bekerja,” jelas Kirei, tidak ingin ada kesalahpahaman.Reynard mengangguk paham dan pandangannya kembali beralih pada Regan.“Boleh tolong dijelaskan maksud dari ucapan anda sebelumnya?”“Apakah tidak cukup jelas? Saya bilang anda tidak perlu khawatir karena saya akan menikahi Kirei agar bayi itu tetap m
Kirei membelai perutnya dengan sayang, mencoba merasakan kehadiran calon buah hatinya di dalam sana. Senyum bahagia terkembang lebar di bibirnya membuat aura kecantikan Kirei semakin menguat.“Kamu yang sehat ya di dalam sana. Mommy nggak sabar mau ketemu sama kamu,” lirih Kirei dengan rasa haru yang tiba-tiba saja hadir membuat tenggorokannya tercekat. Tanpa aba-aba ingatan Kirei tentang buah hatinya yang pertama muncul begitu saja.Penyesalan itu kembali muncul, andai saja dirinya tidak gagal dulu, pasti sekarang Kirei sedang menanti kelahiran anak keduanya dengan ditemani oleh anak pertamanya.“Tidak apa, Kirei. Anggap saja itu sebagai pelajaran berharga agar kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama,” monolog Kirei berusaha menghibur dirinya sendiri yang mendadak mellow.Kirei masih asyik dengan kesendiriannya saat bel rumahnya berbunyi. Perlahan, Kirei melangkah menuju pintu depan dan menemukan Rafael berdiri tegak di hadapannya. Kirei mengeluh dalam hati. Tidak bisakah Rafael me
Alice mengambil tiap helai bajunya yang berserakan di lantai. Para pria brengsek itu entah sudah pergi kemana. Meninggalkan dirinya begitu saja setelah merasa puas. Alice mengenakan kembali pakaiannya dan mengambil sebuah kamera tersembunyi yang ada di pojok ruangan. Kamera yang sengaja dipasang secara tergesa tadi.Alice tersenyum sinis saat wajah para pria brengsek itu terlihat sangat jelas. Bahkan perbuatan mereka yang begitu brutal dan tanpa perasaan terhadap tubuhnya pun terekam dengan sangat jelas!‘Jika waktunya sudah tepat aku akan langsung menyebarkan video ini. Kalian bersiaplah bunuh diri bersamaku!’ batin Alice.Alice meletakkan kamera itu dengan hati-hati ke dalam tasnya. Tangan Alice terjulur untuk meraih ponselnya. Pesan mengenai informasi yang sudah dicarinya sejak lama. Senyum puas terukir di wajah cantiknya yang terlihat mengerikan. Senyum penuh dendam lebih tepatnya. Entah kepada siapa.“Aku tidak akan membiarkan kalia
Rafael menatap ragu pada rumah Kirei yang terlihat begitu sunyi, wajar baru jam 8 pagi jadi mungkin saja Kirei masih sibuk bersiap untuk berangkat ke café. Jujur saja selama sebulan terakhir ini kerjaan Rafael hanya mengamati Kirei. Menjaga Kirei meski hanya berani dari kejauhan. Dan rutin mengantarkan makanan untuk Kirei konsumsi. Makanan yang penting untuk pertumbuhan bayi mereka.Meski sudah rutin datang ke rumah Kirei tapi Rafael masih merasa canggung, apalagi Kirei meski sudah mulai melunak tapi tetap belum bisa menerima dirinya seperti yang Rafael harapkan. Bahkan Reynard yang awalnya berniat membantu Rafael pun akhirnya menyerah saat menghadapi kekeraskepalaan Kirei. Apalagi banyak kasus klien yang harus diselesaikan membuat Reynard tidak bisa berlama-lama di Sydney.Rafael melangkah dengan tegas dan mengernyit heran saat pintu rumah Kirei tidak tertutup rapat. Dirinya cukup was-was, takut terjadi sesuatu pada Kirei. Dengan berbagai macam pikiran negative
“Coba ulangi ucapan kamu barusan, Kirei!” tuntut Rafael dengan nada rendah yang terdengar begitu dingin dan berbahaya.Bulu kuduk Kirei meremang tanpa dapat dicegah, namun egonya membuat Kirei berusaha keras tidak terlihat gentar.“Aku bilang kalau aku bukan istrimu lagi dan aku tidak mau diatur sama kamu seperti dulu! Ini adalah hidupku, jadi aku bebas melakukan apapun! Ingat kalau kita tidak memiliki hubungan apapun, Rafa!” ulang Kirei.Perkataan Kirei membuat emosi Rafael semakin tersulut.“Kamu istriku, Kirei! Sampai kapanpun itu tidak akan pernah berubah!” desis Rafael.“Kita sudah bercerai, Rafa! Aku bukan lagi istri kamu!” bantah Kirei.Rafael menggeram kesal, tidak menyangka kalau Kirei akan sekeras kepala ini. Tidak bisakah wanita mungil ini jangan membuatnya emosi dengan statementnya barusan?“Secara status kita mungkin sudah bercerai, tapi aku tidak pernah ingin bercerai dari kamu, Kirei!”“Egois! Kamu tidak ingin bercerai tapi kamu juga tidak bisa melepaskan Alice! Dasar p
Regan berusaha memfokuskan pikirannya setelah tiba di café, namun sulit. Tanpa dapat dicegah rasa khawatir menjalar ke hatinya. Regan khawatir pada Kirei, terlebih lagi tadi Rafael tampak begitu kesal. Regan takut kalau Rafael lepas kendali dan menyakiti Kirei yang sedang hamil.Regan menatap ke sekeliling café yang masih belum terlalu ramai dan memutuskan kembali ke rumah Kirei.“Brenda, kamu tolong gantikan saya untuk jaga café. Saya harus pergi sebentar,” perintah Regan tergesa.“Okay!” jawab Brenda patuh.Regan bergegas melepas apron dan berjalan cepat hingga akhirnya tiba di depan rumah Kirei yang masih tampak begitu sunyi. Sama seperti saat Regan meninggalkannya tadi.“Kirei?” panggil Regan lirih, namun tidak terdengar jawaban sama sekali. Kaki Regan melangkah masuk semakin dalam dan telinganya menangkap suara samar. Penasaran, dirinya semakin mendekat kearah suara dan membeku. Terdengar jelas desahan dan juga erangan seorang pria. Seketika Regan mematung, terlebih saat suara se
Alice menjejakkan kaki di bandara, tangannya terjulur menyeret koper. Setibanya di dalam taksi, Alice menyebutkan nama hotel tujuan. Seulas senyum licik tersungging di wajahnya. Senyum yang menyimpan sejuta makna. Akhirnya setelah mencari tahu sekian lama, Alice bisa mendapatkan informasi mengenai Kirei. Itu juga dengan cara tidak terduga.Beruntung karena selama ini Alice tidak pernah melepaskan segala hal mengenai Rafael dari pantauannya hingga akhirnya Rafael sendiri yang menemukan Kirei. Alice merasa semesta akhirnya mendukung rencananya. Rencana untuk membuat Kirei tidak lagi mengganggu kehidupan Rafael. Atau hidupnya.‘Kali ini aku akan memastikan kalau kamu tidak akan menjadi pengganggu untuk hubunganku dengan Rafael,’ batin Alice.‘Kali ini aku akan membuat semua orang yang menghancurkan hidupku jadi ikut hancur berkeping-keping. Terutama kamu, Kirei. Karena kehadiran kamu, Rafael menolakku!’ lanjut Alice marah.Alice tiba di hotel dan bersiap menuju ke rumah Kirei. Lebih baik
Alice menatap puas kepergian pria asing yang tidak dikenalnya. Regan. Otak jahatnya berputar keras agar rencananya dapat berjalan dengan lancar. Hingga satu gagasan masuk ke dalam benaknya.Setelah yakin kalau rencananya akan berjalan lancar, Alice kembali ke hotel, bersiap untuk melaksanakan niat jahatnya pada Kirei.“Setelah ini kamu tidak akan bisa mempengaruhi Rafael lagi, Kirei! Setelah ini Rafael akan sepenuhnya menjadi milikku!” gumam Alice seperti seorang psikopat gila.Tepat jam 3 pagi, Alice menghubungi salah satu reparator yang bisa membantunya untuk membuka kunci pintu digital di rumah Kirei yang dilengkapi pin tersebut. Beruntung dengan segala kecanggihan internet membuat Alice dapat merencanakan hal ini dengan baik. Dan beruntung karena reparator itu buka 24 jam.Tentu saja Alice berbohong dengan mengatakan kalau dirinya lupa password sedangkan adiknya tidak ada di rumah dan tidak akan mungkin bisa dihubungi pada jam 3 pagi seperti ini. Dengan bodohnya reparator itu term