Rafael menatap ragu pada rumah Kirei yang terlihat begitu sunyi, wajar baru jam 8 pagi jadi mungkin saja Kirei masih sibuk bersiap untuk berangkat ke café. Jujur saja selama sebulan terakhir ini kerjaan Rafael hanya mengamati Kirei. Menjaga Kirei meski hanya berani dari kejauhan. Dan rutin mengantarkan makanan untuk Kirei konsumsi. Makanan yang penting untuk pertumbuhan bayi mereka.
Meski sudah rutin datang ke rumah Kirei tapi Rafael masih merasa canggung, apalagi Kirei meski sudah mulai melunak tapi tetap belum bisa menerima dirinya seperti yang Rafael harapkan. Bahkan Reynard yang awalnya berniat membantu Rafael pun akhirnya menyerah saat menghadapi kekeraskepalaan Kirei. Apalagi banyak kasus klien yang harus diselesaikan membuat Reynard tidak bisa berlama-lama di Sydney.
Rafael melangkah dengan tegas dan mengernyit heran saat pintu rumah Kirei tidak tertutup rapat. Dirinya cukup was-was, takut terjadi sesuatu pada Kirei. Dengan berbagai macam pikiran negative
“Coba ulangi ucapan kamu barusan, Kirei!” tuntut Rafael dengan nada rendah yang terdengar begitu dingin dan berbahaya.Bulu kuduk Kirei meremang tanpa dapat dicegah, namun egonya membuat Kirei berusaha keras tidak terlihat gentar.“Aku bilang kalau aku bukan istrimu lagi dan aku tidak mau diatur sama kamu seperti dulu! Ini adalah hidupku, jadi aku bebas melakukan apapun! Ingat kalau kita tidak memiliki hubungan apapun, Rafa!” ulang Kirei.Perkataan Kirei membuat emosi Rafael semakin tersulut.“Kamu istriku, Kirei! Sampai kapanpun itu tidak akan pernah berubah!” desis Rafael.“Kita sudah bercerai, Rafa! Aku bukan lagi istri kamu!” bantah Kirei.Rafael menggeram kesal, tidak menyangka kalau Kirei akan sekeras kepala ini. Tidak bisakah wanita mungil ini jangan membuatnya emosi dengan statementnya barusan?“Secara status kita mungkin sudah bercerai, tapi aku tidak pernah ingin bercerai dari kamu, Kirei!”“Egois! Kamu tidak ingin bercerai tapi kamu juga tidak bisa melepaskan Alice! Dasar p
Regan berusaha memfokuskan pikirannya setelah tiba di café, namun sulit. Tanpa dapat dicegah rasa khawatir menjalar ke hatinya. Regan khawatir pada Kirei, terlebih lagi tadi Rafael tampak begitu kesal. Regan takut kalau Rafael lepas kendali dan menyakiti Kirei yang sedang hamil.Regan menatap ke sekeliling café yang masih belum terlalu ramai dan memutuskan kembali ke rumah Kirei.“Brenda, kamu tolong gantikan saya untuk jaga café. Saya harus pergi sebentar,” perintah Regan tergesa.“Okay!” jawab Brenda patuh.Regan bergegas melepas apron dan berjalan cepat hingga akhirnya tiba di depan rumah Kirei yang masih tampak begitu sunyi. Sama seperti saat Regan meninggalkannya tadi.“Kirei?” panggil Regan lirih, namun tidak terdengar jawaban sama sekali. Kaki Regan melangkah masuk semakin dalam dan telinganya menangkap suara samar. Penasaran, dirinya semakin mendekat kearah suara dan membeku. Terdengar jelas desahan dan juga erangan seorang pria. Seketika Regan mematung, terlebih saat suara se
Alice menjejakkan kaki di bandara, tangannya terjulur menyeret koper. Setibanya di dalam taksi, Alice menyebutkan nama hotel tujuan. Seulas senyum licik tersungging di wajahnya. Senyum yang menyimpan sejuta makna. Akhirnya setelah mencari tahu sekian lama, Alice bisa mendapatkan informasi mengenai Kirei. Itu juga dengan cara tidak terduga.Beruntung karena selama ini Alice tidak pernah melepaskan segala hal mengenai Rafael dari pantauannya hingga akhirnya Rafael sendiri yang menemukan Kirei. Alice merasa semesta akhirnya mendukung rencananya. Rencana untuk membuat Kirei tidak lagi mengganggu kehidupan Rafael. Atau hidupnya.‘Kali ini aku akan memastikan kalau kamu tidak akan menjadi pengganggu untuk hubunganku dengan Rafael,’ batin Alice.‘Kali ini aku akan membuat semua orang yang menghancurkan hidupku jadi ikut hancur berkeping-keping. Terutama kamu, Kirei. Karena kehadiran kamu, Rafael menolakku!’ lanjut Alice marah.Alice tiba di hotel dan bersiap menuju ke rumah Kirei. Lebih baik
Alice menatap puas kepergian pria asing yang tidak dikenalnya. Regan. Otak jahatnya berputar keras agar rencananya dapat berjalan dengan lancar. Hingga satu gagasan masuk ke dalam benaknya.Setelah yakin kalau rencananya akan berjalan lancar, Alice kembali ke hotel, bersiap untuk melaksanakan niat jahatnya pada Kirei.“Setelah ini kamu tidak akan bisa mempengaruhi Rafael lagi, Kirei! Setelah ini Rafael akan sepenuhnya menjadi milikku!” gumam Alice seperti seorang psikopat gila.Tepat jam 3 pagi, Alice menghubungi salah satu reparator yang bisa membantunya untuk membuka kunci pintu digital di rumah Kirei yang dilengkapi pin tersebut. Beruntung dengan segala kecanggihan internet membuat Alice dapat merencanakan hal ini dengan baik. Dan beruntung karena reparator itu buka 24 jam.Tentu saja Alice berbohong dengan mengatakan kalau dirinya lupa password sedangkan adiknya tidak ada di rumah dan tidak akan mungkin bisa dihubungi pada jam 3 pagi seperti ini. Dengan bodohnya reparator itu term
Alice mengumpat kasar. Rencananya gagal! Sial! Andai Rafael tidak datang sepagi itu, Kirei pasti sudah tinggal nama! Lagipula kenapa Rafael bisa datang di waktu yang tidak disangkanya begitu? Tepat waktu pula! Brengsek! Sekarang Alice terpaksa harus melarikan diri sebelum Rafael membalasnya. Alice harus pergi ke tempat yang tidak bisa dilacak. Dan sialnya Alice tidak bisa kembali ke Amerika, setidaknya jika kembali ke Amerika pun, Alice tidak bisa bekerja seperti biasa karena Rafael pasti akan dapat dengan mudah menemukannya!“Sial! Sial! Sial!” umpat Alice kasar berulang kali, merasa geram. Padahal tinggal sedikit lagi, namun rencananya buyar begitu saja!Tergesa, Alice menuju ke bandara. Lebih baik sementara ini bersembunyi di negara manapun, asalkan jangan Amerika. Dirinya tidak mungkin kembali ke Amerika dengan pertimbangan seperti tadi.Jadilah meski hari masih begitu pagi tapi Alice sudah berada di bandara, mencari rute penerbangan tercepat yang dapat membawanya pergi dari Syd
Alice memandang was-was ke sekelilingnya. Karena rencananya sudah gagal total akhirnya Alice memutuskan pergi ke London, kebetulan itu adalah salah satu rute penerbangan tercepat untuk melarikan diri. Meski ada beberapa negara pilihan lainnya tapi Alice takut tidak bisa menyesuaikan diri. Jadi London adalah pilihan terbaik untuk saat ini.Alice hanya bisa mendekam di dalam apartemen kecil yang disewanya secara mendadak. Untung dirinya masih memiliki uang yang cukup.“Wanita sialan!” maki Alice semakin kesal saat menyadari kalau kesulitan hidupnya kini bertambah, karena saat ini Alice tidak bisa leluasa bergerak. Dan itu semua karena Kirei! Sial! Jujur, Alice tidak bisa tenang. Takut Rafael menemukannya.Alice tidak tau apa tindakan Rafael nanti, tapi yang pasti dirinya harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk.Alice sadar karena rencananya yang gagal maka kariernya pun akan lepas dari genggamannya, tapi apa yang bisa dilakukannya se
Rafael mencoba menyeduh teh di dapur pasca pengusiran Kirei tadi. Berharap teh dapat membuat hatinya tenang, tapi apadaya meski sudah berusaha menyesap teh tersebut hingga tandas namun Rafael masih merasa gelisah.“Ahh, persetan!” maki Rafael tidak dapat menahan diri dan berderap ke ruang tamu, tidak bisa meninggalkan Kirei lebih lama lagi jika hanya berduaan dengan Regan, rivalnya. Dan pemandangan yang dilihatnya membuat Rafael geram, disana, Regan sedang mengusap pipi mulus Kirei.‘Pria sialan!’ batin Rafael marah, tidak rela kalau harus melihat Kirei disentuh oleh pria lain meski hanya di bagian pipi!“Lepaskan tangan sialanmu ini dari istriku!” geram Rafael marah sambil mencengkeram pergelangan tangan Regan kuat-kuat hingga pria itu meringis kesakitan. Kirei yang awalnya sempat tersentak kaget akhirnya sadar dan langsung memekik nyaring,“Lepasin Regan, Rafa! Astaga! Kamu mau bikin dia remuk?!” omel Kire
Reynard yang sedang pusing tujuh keliling jadi semakin pusing saat mendengar ocehan kakaknya. Bulan ini sudah harus selesai? Rafael pikir mengurus kasus Alice segampang itu? Dan Reynard semakin dongkol saat dirinya belum sempat menjawab namun Rafael sudah menutup sambungan telepon! Kurang ajar!Reynard melonggarkan dasi yang membuat lehernya begitu sesak. Memang penyelidikan dan juga materi yang memberatkan Alice sudah hampir selesai tapi tetap saja mereka tidak bisa gegabah kan? Reynard yakin kalau nanti Alice tidak akan tinggal diam dan akan menyewa pengacara untuk membantunya.Bukannya Reynard meragukan kemampuan dirinya sendiri ataupun teamnya tapi tetap saja Reynard harus berjaga-jaga. Lebih baik sedia payung sebelum hujan!“Ahh! Kalau bukan karena keluarga sendiri gue pasti udah kasih kasus lo ke pengacara lain! Kasus gue sendiri aja udah numpuk!” sungut Reynard, entah kepada siapa. Dirinya hanya bermonolog sendiri untuk meredakan kekesal