Arga keluar dari dalam villa. Ia memilih duduk di kursi santai di tepi danau. Pria itu mengepalkan tangannya menahan rasa emosinya. Tidak sabar sekali Arga menunggu kiriman video dari Iswandi. Sedetik Saja terasa begitu lama untuknya. "Mengapa lama sekali?" Arga berkata dengan sangat kesal. Pria itu terus menatap layar ponselnya.
Dengan sangat cepat Arga membuka kirim Video dari Iswandi yang baru saja masuk di notif Whatsapp nya. "Hanya mengirimkan ini saja lama sekali." Arga berkata dengan sangat kesal.
Arga memandang Edwin yang duduk di ruangan VIP di sebuah coffee shop. Tidak lama pintu ruangan itu terbuka, ia melihat Lola masuk ke dalam ruangan tersebut. Darahnya mendidih ketika mendengar percakapan Edwin bersama dengan Lola. Ia mengepalkan tangannya guna melampiaskan rasa kekesalannya. Arga tidak tahu Apa alasan Edwin memerintahkan Lola untuk mengandung anaknya. Emosinya semakin memuncak ketika melihat seorang pria yang masuk ke d
Edwin masuk ke dalam mobilnya. Ia duduk dengan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil. Edwin begitu sangat pusing memikirkan apa langkah selanjutnya yang harus dilakukannya. "Apa kusingkirkan saja Arga?" Edwin memikirkan langkah tercepat untuk menyelesaikan permasalah yang sudah sekian lama terencana, namun tidak juga menunjukkan titik penyelesaian."Aku sudah tidak bisa lagi mengandalkan wanita itu. Dia hanya akan membuat rencanaku gagal. Tidak masalah bila Arga tidak memiliki keturunan. Bila aku menyingkirkannya aku akan meyakinkan Luna bahwa aku sangat mencintainya dan akan menjadi pelindungnya. Dengan cara seperti ini, seluruh harta yang dimiliki keluarga Raditya bisa aku kuasai. Sedangkan Andrea dia hanyalah butiran debu yang begitu sangat mudah disingkirkan." Edwin tersenyum penuh kemenangan ketika membayangkan apa yang sudah direncanakannya akan berhasil. Dirinya akan mendapatkan semuanya. Ia akan mendapatka
"Kenapa lewat jalan sini?" Lola bertanya ketika mobil yang dikemudikan oleh orang suruhan suaminya tidak mengarah ke bandara."Kita pakai jalan pintas nyonya, tuan Arga meminta agar anda secepatnya bisa sampai di bandara, ini adalah jalan pintasnya," jelas pria yang duduk di samping kemudi.Lola begitu sangat percaya ketika mendengar ucapan pria tersebut. Ia sangat tidak sabar ingin bertemu dengan Arga, sehingga dirinya tidak mempermasalahkan orang suruhan suaminya memilih Jalan pintas guna mempercepat dirinya sampai di bandara."Kena berhenti di sini?" Tanya Lola ketika mobil itu berhenti di depan rumah yang berpagar besi berwarna hitam."Saya baru mendapat pesan dari tuan Arga, katanya saya disuruh menjemput barang di sini," ucap pria itu."Kalau begitu cepatlah." Lola berkata dengan sangat tidak sabar.Mobil ters
"Apa kau masih bisa mengelak dengan apa yang telah kau lakukan kepada Almarhum tuan Thomas?" Tanya Iswandi.Edwin diam tanpa menjawab. Edwin kemudian mengangkat wajahnya dan tertawa lepas memandang wajah Iswandi. "Apa kau tahu bahwa bukan hanya Thomas yang sudah aku bunuh tapi juga sekretarisnya yang bodoh itu. Pria bodoh itu, begitu sangat suka membuat rencana aku berantakan. Seharusnya, aku sudah bisa menyelesaikan masalah ini sejak lama, namun si Riyan selalu menggagalkan rencana yang sudah aku buat. Dia memberi usul untuk mengamankan Arga dan Andrea ke Rusia." Edwin tertawa lepas. Apa yang dilakukannya sungguh memang ingin memancing emosi pria yang memiliki sifat tenang tersebut. Melihat watak dan kepribadian Iswandi begitu sangat mengingatkan Edwin terhadap Riyan. Sikap dan perilaku Iswandi sangat mirip dengan papanya. Tenang, santai namun begitu sangat cerdas.
10Edwin duduk dengan tubuh yang terasa amat lemah. Ia menahan rasa sakit yang luar biasa. "Di saat aku melakukan hal yang begitu sangat kejam terhadap orang-orang yang setia Thomas, aku tidak pernah memikirkan bahwa aku akan mengalami hal yang sama. Aku tidak pernah percaya dengan yang namanya hukum karma. Namun ternyata hukum karma itu ada." Edwin berkata di dalam hatinya. Penyiksaan yang dulu dilakukannya terhadap Thomas dan orang-orang kepercayaan Thomas, kini dirasakannya. Edwin hanya duduk di kursi penyiksaannya dengan kepala yang terkulai lemas dan tertunduk. Dirinya tidak bisa membayangkan seperti apa bencinya Luna terhadapnya. Bukan mati yang ditakuti Edwin tapi kebencian dari wanita yang begitu sangat dicintainya. Bagaimana Luna yang begitu sangat kecewa dan juga marah terhadapnya. Membayangkan ini semua membuat dirinya semakin tak berdaya.Berbagai macam pikiran yang ada di benak kepalanya kini buyar sudah ketika mendengar suara tapak sep
Edwin hanya diam merasakan perih di hatinya. Selama ini, dirinya selalu berharap bisa merebut hati Luna. Ia begitu sangat sabar mendapatkan cinta wanita itu. Namun saat ini, Edwin benar-benar menyadari, bahwa cinta wanita itu hanya untuk sahabatnya."Tidak ada gunanya lagi yang membuat aku bertahan untuk hidup. Aku tidak akan sanggup menghadapi kebenciannya terhadap ku." Edwin berkata di dalam hatinya.Edwin mengangkat kepalanya, ia berusaha memandang Arga yang berdiri di depannya. "Aku yakin kau pasti lebih puas bila aku mati," Dirinya berharap harga mau mencabut nyawanya. Karena hidupnya yang sudah tidak berarti.Arga menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin kau mati dengan enaknya. Aku tahu, kau menginginkan hal itu kan? Aku ingin kau membayar semua p
"Kenapa pulangnya mendadak?" Luna bertanya kepada putranya. Saat ini Luna sedang berada di perusahaan milik?" putranya."Ada urusan yang sangat penting ma," jawab Arga. Ia berbicara dengan raut wajah yang sangat serius. Ia sengaja meminta mamanya untuk datang ke perusahaannya karena dirinya tidak ingin membahas masalah ini di rumahnya. Arga tidak ingin Nadira mengetahui tentang hal ini."Jadi masalah pertemuan dengan investor yang dari Jepang bagaimana?" tanya Luna."Aku sudah kirim orang kita untuk menyelesaikan urusan di Jepang," jawab Arga."Oh begitu." Luna menganggukkan kepalanya."Iya ma." Arga menatap sendu wajah cantik mamanya."Nadira gimana apa Nadira nggak marah?Apa dia tidak kecewa, sudah berharap sampai ke Jepang, eh malah di bawa pulang lagi ke Jakarta." Luna bisa merasakan perasaan menantunya tersebut.&nb
Nadira diam ketika memandang layar televisi. Saat ini video dirinya bersama dengan suaminya di bandara sudah tersebar di berita selebritis.Sosok dirinya yang terekam oleh kamera yang ada di bandara menjadi pertanyaan para media. Bagaimana mungkin seorang Arga Raditya memiliki dua orang istri. Pertanyaan itu selalu muncul di pemberitaan media. Banyak yang memberikan kata simpati untuk artis cantik yang sedang naik daun tersebut. Yang mana di dalam pemberitaan dikabarkan, bahwa artis cantik itu sudah dikhianati suaminya sendiri.Meskipun Nadira merasa berita yang didengarnya begitu sangat menyalahkan suaminya namun ia tetap fokus mendengarkan berita tersebut hingga berita itu selesai. "Berita tentang aku sudah tersebar luas, lalu apa yang harus aku lakukan bila istri pertama hubby datang ke rumah ini dan menyerang aku." Membayangkan ini semua, membuat dirinya merasa sangat takut, ia memegang perutnya. Walau bagaimana
Arga duduk di kursi kerjanya. Setelah mendengar apa yang disampaikan oleh istrinya pria itu menyalakan televisi yang ada di dalam ruangannya. Arga tersenyum tipis ketika mendengar pemberitaan yang sedang menghebohkan jagat hiburan tersebut."Dia memang begitu sangat cantik." Arga tersenyum memandang istrinya yang ada di dalam layar televisi. Saat ini ia hanya fokus dengan istrinya bukan dengan pemberitaan tentang dirinya, bahkan ia tidak menghiraukan pemberitaan tersebut."Permisi tuan Iswandi berkata ketika dirinya membuka pintu ruangan bosnya."Iya, masuk. Duduklah, ada apa?" tanya Arga."Saat ini wartawan begitu sangat ingin bertemu dengan anda?" Iswandi berkata ketika pria itu sudah duduk di kursi yang ada di depan bosnya.Arga menganggukkan kepalanya. "Tolak semua wartawan yang ingin berjumpa denganku. Katakan kepada wartawan itu aku akan melakukan klarif