Setelah mobil yang dikemudikan Bayu hilang dari pandangan mata Rania, baru Rania masuk kedalam rumahnya.
"Cepat pulang Ran, tidak jadi nontonnya ?" tanya ibunya, yang sedang mengerjakan pesanan roti yang dipesan oleh para tetangganya.
"Mas Bayu, harus kembali kekantor Bu, ada pekerjaan mendadak yang harus ditangani oleh mas Bayu dengan segera," kata Rania.
"Oh..ibu kira kalian bertengkar." Ibunya kembali melanjutkan pekerjaannya kembali, Yaitu menyelesaikan pesanan roti dari tetangganya.
Rania masuk kedalam kamar, dan kembali keluar sudah berganti baju rumah.
"Apa ada yang bisa Rania bantu Bu ?" Tanya Rania dan duduk disamping ibunya.
"Tidak ada, semua sudah selesai," ucap ibunya.
"Enak Bu ." Rania mencomot roti yang dibuat oleh ibunya, dan memasukkan kedalam mulutnya.
"Sudah tentu enak, kalau tidak enak. Tetangga tidak mau pesan dengan ibu dan toko roti kita tidak berjalan sampai sekarang ," ujar ibunya.
"Hihh
Alex pulang kerumahnya, diikuti oleh Leo. Yang ingin menjenguk Arumi. Alex turun dari dalam mobilnya, dan Leo juga turun dari dalam mobilnya. "Ayo, apa yang kau lihat? Rumah ini masih sama seperti yang dulu, hanya satu yang berubah. Yaitu tidak terdengar suara Arumi yang berteriak, begitu dia pulang dari bepergian," kata Alex dengan ekspresi wajah yang terlihat sedih. Mata Leo mengitari sekitar rumah Alex, sudah hampir lima bulan Dia tidak datang kerumah Alex. Sejak Arumi kecelakaan dan Alex sibuk dengan mengurus Arumi, Leo yang selalu ditugaskan Alex untuk tugas keluar kota. Untuk memantau proyek pembangunan yang ditangani oleh perusahaan Alex. "Kenapa?" tanya Alex/Bayu, saat dilihatnya. Leo melihat kesekitar rumah saat mau masuk kedalam rumah. "Aku sudah lama tidak datang kesini," kata Leo. "Ya, kau berhenti datang. Saat tahu Arumi sudah punya pacar. Kau patah hati ." ledek Alex kepada Leo, dan sedikit m
Alex dan Leo berbicara dengan Arumi, seakan-akan Arumi mengerti apa yang mereka katakan. "Arumi, ayo bangun. Katanya Arumi ingin pergi melihat komodo, mas akan menemani Arumi kesana" kata Leo kepada Arumi, seolah-olah Arumi dapat mendengar apa yang dikatakannya. "Apa! Kau ingin menemani Arumi kesana," kata Alex kepada Leo. "Ya, aku akan menemaninya kesana. Kau waktu itu menolak untuk menemani Arumi," kata Leo. "Ya, aku tidak mengizinkannya pergi kesana. Bagaimana jika nanti komodo menyerang Arumi, Arumi adekku satu-satunya. Adekku ini tidak tergantikan," kata Alex seraya mengusap pipi Arumi yang tirus. "Lex, kau kira pengamanan disana tidak ketat. Ada jarak dari tempat kita melihat hewan itu, bukan asal masuk saja," kata Leo. "Bagaimana, kalau kau saja yang duluan kesana. Jika kau tidak pulang lagi, mungkin saja kau sudah menjadi santapan makan siang atau makan malam binatang purba itu," kata Alex kepada Leo sembari tertawa kecil.
"Aku akan berangkat ke Bali ," ucap Alex tiba-tiba. "Untuk apa,?" tanya Leo. "Aku akan buat perhitungan dengan laki-laki itu, kenapa Dia menghilang. Dia tidak menjenguk Arumi sekalipun ke rumah sakit ," ucap Alex dengan emosi. Tangan Alex terkepal, rahangnya mengeras. Jika orang yang dicarinya ada didepannya saat ini, kemungkinan besar. Orang itu akan kehilangan nyawanya. "Biar aku yang kesana Lex, kalau kau yang menemuinya. Aku takut nanti, anak itu akan kehilangan nyawanya ditanganmu. Dan kau menjadi penghuni penjara," kata Leo. "Tidak bisa, aku harus berhadapan sendiri dengan bocah itu!" Alex meremas kedua tangannya dengan perasaan yang geram. "Tapi besok ada client yang ingin bertemu dengan dirimu," ujar Leo. "Kau wakilkan aku" kata Alex yang tetap Keukeh ingin menghadapi Andre secara langsung. "What..! Orang itu ingin bertemu dengan dirimu langsung. Kau itu pimpinan perusahaan, bukan aku!" Kata Leo.
Rania dan Jesi, masih disibukkan dengan tugas-tugas yang diberikan Dosen. Tapi hanya Jesi yang sibuk mencari bahan-bahan yang harus diketiknya, sedangkan Rania melamun jauh. Entah apa yang ada dalam benaknya, yang pasti hanya Rania yang tahu."Aduh ! banyak sekali tugas ini, sepertinya didalam kepala Pak Danil. Hanya ada tugas-tugas terus, dikiranya kita hanya mengambil mata kuliahnya saja ." Jesi ngedumel, sembari mengetik tugas yang besok sudah harus diserahkan kepada Dosen. Tangannya sesekali dipijat-pijatnya dan dikibas-kibaskannya.Sedangkan Rania, masih asik dengan lamunannya. Sehingga Dia tidak tahu apa yang dikatakan oleh Jesi."Hei Rania, kau dengar tidak. Apa yang kukatakan ?" Tanya Jesi, sembari menyikut lengan temannya tersebut. Membuat lamunan Rania buyar seketika."Apa ?" Rania kaget, dan melihat Jesi yang duduk disisinya."Kau tidak menyimak apa yang kukatakan, sudah sampai mana hayalanmu itu ?" Tanya Jesi."Sorry ," jawab Ran
Rania duduk termenung dikantin, tatapan matanya kosong. Dia tidak menyadari Jesi sudah duduk didepannya.'ini minum, jangan bengong saja. Mungkin Mas Bayu sedang sibuk, jangan pikirkan yang tidak-tidak ," kata Jesi sembari meletakkan minuman dan makanan yang dibawanya.'kenapa ponselnya juga tidak aktif?""Kau lupa, kau juga yang katakan. Jika Mas Bayu keluar kota tidak pernah menghubungimu ," ucap Jesi untuk menenangkan hati dan pikiran Rania."Mungkin signal sulit ya, ditempatkan ia berada .""Mungkin, sudahlah. Jangan berprasangka buruk dulu. Makan kita dulu, aku sudah lapar. Tadi pagi aku telat bangun, sehingga tidak ada waktu untuk sarapan." Jesi mulai menyantap makanannya."Aku tidak lapar," ucap Rania, mendorong makanan yang dipesankan Jesi untuk dirinya."Makanlah Ran, jangan nanti begitu Bayu melihat mu kaget. Karena kau kurus tinggal tulang dan kulit," kata Jesi dan mendorong roti tersebut kembali kehadapan Rania."Aku tidak
Setelah beristirahat sejenak di Hotel Horiz, salah satu hotel yang sahamnya di miliki oleh keluarga Samudra. Alex dan Leo berangkat bersama anak buah Leo yang selama ini mengamati keberadaan Andre di Bali. Alex/Bayu berjalan cepat keluar dari hotel, menuju mobil yang akan membawa mereka ketempat persembunyiannya Andre. "Bro, nyantai saja jalannya. Laki-laki itu tidak akan bisa pergi kemana pun juga, sudah ada yang mengawasinya," kata Leo kepada Alex, karena Alex melangkah dengan cepat. "Aku tidak sabar lagi, ingin mematahkan tulang-tulangnya!" Seru Alex/Bayu dengan nada suara yang dingin dan datar. Sangat terlihat dari raut wajah Alexander Bayu Samudra, yang merah. Memendam rasa marahnya. Dalam perjalanan, Alex/Bayu duduk dengan diam. Matanya Nyalang menatap keluar mobil yang berjalan diatas kecepatan rata-rata. "Kenapa lama sekali? Apa tidak bisa dipercepat jalan mobil ini?" tanya Alex yang kesal, sejak b
Leo berdiri disamping Alex yang masih berlutut diatas pasir, sekujur tubuh Alex sudah Basah diterpa hempasan ombak yang datang bergulung-gulung ketepi pantai. Tubuh Alex goyang terkena hempasan ombak yang datang, tetapi dia tidak bergeming. Dia masih betah berlutut di pasir putih. "Lex, ayo kita ke villa. Badanmu sudah basah semua, nanti kau sakit Lex," kata Leo kepada Alex. "kenapa kau mencegahku Leo ? Aku ingin menghabisi bocah sialan tersebut, dengan tanganku sendiri!" Alex meninju-ninjukan tangannya kepasir, sehingga buku-buku tangannya luka terkena kerikil. Dan terlihat luka sobekan tersebut mengeluarkan darah. "kalau aku tidak mencegah mu Alex !, kau akan menjadi pembunuh ! Apa kau ingin membuat kedua orangtuamu menjadi terguncang. Sedangkan Arumi masih dalam keadaan koma, dan kau berakhir didalam penjara." "Aku tidak akan membunuhnya, aku hanya ingin membuatnya menjadi se
Setelah meninggalkan Andre dalam kondisi yang babak belur, dan tidak mengizinkan Andre untuk menemui Arumi lagi. Alex/Bayu kembali ke Jakarta dalam keadaan senang, karena telah berhasil membalaskan dendamnya kepada Andre. Mantan kekasih Arumi yang telah mengkhianatinya, walaupun Andre mengaku khilaf pada saat itu. Tetapi Alex tidak ingin melihat bayangan Andre disekitar kehidupan Arumi.Sepeninggal Alex dan Leo, Andre menangis sesenggukan. Dia merenungi nasibnya yang harus kehilangan kekasihnya, akibat kebodohannya."Aku membencimu Mia, akibat perbuatan jalangmu. Aku kehilangan Arumi, aku tidak akan pernah memaafkan dirimu !" Teriak Andre dengan suara yang keras dan mengandung emosi.Andre mengamuk dan mencampakkan dan menendang apa yang ada didekatnya, Andre berhenti mengamuk setelah tenaganya sudah terkuras. Dan ruang tamunya dalam keadaan berantakan, seperti baru terkena gempa.****
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
"Mas, toko roti tutup," ucap Sarah pada Alex dan Leo, karena mengira keduanya ingin ngopi."Tutup ya Mbak, kami ingin istirahat sekaligus ngopi. Karena kami dengar, roti di toko ini sangat terkenal dengan kelezatannya," ucap Leo.Alex menatap wajah bayi yang berada dalam gendongan Sarah."Aku sepertinya sangat familiar dengan wajah bayi ini, mirip siapa ya?" pertanyaan dalam benaknya Alex."Mamamam...!" Baby Devan mengeluarkan ocehannya."Mau mamam ya?" tanya Alex seraya menggenggam jemari kecil baby Devan."Cakep anaknya ya mbak?" tanya Leo."Bukan anak saya mas, ini anak majikan saya," ucap Sarah.Deg..."Majikan?" tanya Alex."Lex" Leo memberi tanda, agar Alex tidak menanyakan secara gamblang pada Sarah."Biar aku" ucap Leo dengan suara yang pelan."Sangat ganteng ya," Leo mengusap-usap rambut baby Devan, setelah mengusap-usapnya. Leo melihat, ada beberapa helai rambut baby Devan ditangannya. Leo
Bude Maria dan Yoseph, masih berbincang di luar ruang rawat inap Rania.Tiba-tiba..."Bude..! Mas Yoseph..!" Suara Naila memanggil keduanya, dari depan pintu."Ada apa!" Sahut Bude dengan seraut wajah khawatir, dia takut ada apa-apa dengan Rania."Mbak Rania sadar..!" Seru Naila.Bude Maria dan Yoseph bergegas masuk kedalam kamar tempat Rania dirawat.Bude Maria bergegas menuju ranjang, tempat Rania terbaring. Dengan infus terpasang ditangannya."Bagaimana Ran..?" tanya Bude Maria."Pusing Bude, ini di mana?" tanya Rania saat menyadari, dia tidak didalam kamarnya."Ini rumah sakit Ran." beritahu Bude Maria."Rumah sakit? aduh..!" Rania memegang keningnya, matanya terpejam."Kenapa Ran..?" tanya Bude.Mana yang sakit Ran?" tanya Yoseph.Rania membuka matanya, dan melihat kearah asal suara."Mas Yoseph, Na
Berita kedatangan Alex menemui Rania, sampai ke telinga Jesi. Dengan wajah yang marah, Jesi turun dari mobilnya. Dan langsung menuju keruang kerja Alex."Dia pasti membututi aku, bodohnya aku. Hingga tak menyadari, aku diikuti.." Jesi teramat kesal pada dirinya, hingga Alex bisa mengetahui keberadaan Rania.Sampai didepan ruang kerja Alex, Jesi langsung menghampiri meja kerja sekretarisnya."Apa Boss ada ?" tanya Jesi kepada sekretaris Alex, yang bernama Vania."Maaf, Boss hari ini tidak masuk kantor" jawab Vania, sekretaris Alex."Siall..!" kesal Jesi."Kurang ajar orang itu" umpat Jesi."Pak Leo, apa dia ada ?" tanya Jesi."Pak Leo belum datang juga, ada apa kau mencari keduanya ?Ingat, kau jangan berani suka dengan kedua itu. Jika ingin lama bekerja di sini, keduanya milikku" ucap sekretaris Alex, dengan ekspresi wajah yang sombong. Terlihat bibirnya