Home / Thriller / Dendam dan Rahasia Tuan Muda / Peristiwa yang Sesungguhnya

Share

Peristiwa yang Sesungguhnya

Author: Evin Hard
last update Last Updated: 2022-04-22 18:02:02

“Akhirnya kau datang juga.”

Dari balik pohon beringin tua, suara itu muncul.

“Aku sudah menemukan buktinya,” ucap Genever tanpa menoleh. “Dia orang yang telah membunuh ayahku.”

Orang itu menepuk bahu Genever, “Sudah kubilang mereka mengasihanimu karena mereka merasa bersalah.”

Genever mencekal kedua tangannya penuh amarah, “Berikan aku racunnya.”

Dia sudah berdiri di tengah-tengah seutas tali. Tidak ada jalan lain selain melepaskan diri dari dendam yang menjeratnya. Sejak malam waktu ayahnya ditembak dua belas tahun lalu, Genever selalu dihantui bayangan mengerikan. Dia harus menghabisi orang itu sebelum segala yang dimilikinya kembali hilang.

Sosok dalam gelap tadi menyodorkan sekantung pakaian serba putih beserta sebuah vial kecil berisi cairan bening kekuningan.

“Di dalamnya ada benda yang kamu butuhkan. Jangan salah langkah,” ucap pria itu lagi. “Butuh s

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Yang Pertama Untukmu

    Tiga bulan sejak kematian Semias, kediaman Defras didatangi seorang pria yang merupakan adik kandungnya. Pria bernama Gerwin itu pernah bekerja di perusahaan yang dikelola Semias. Hanya saja, Gerwin bukan orang yang terampil dalam mengurus perusahaan besar. Mentalnya operator dan jiwa bisnisnya gersang. Jadi selain melanjutkan apa yang telah ditinggalkan Semias, perusahaan Defras sebetulnya sudah di ambang kehancuran.Untungnya anggota aliansi masih mengasihani perusahaan besar yang sudah bobrok di tangan penerus yang tak kompeten tadi. Menurut mereka, harga persahabatan masih bisa dibayar dengan uang. Jadi pada akhirnya, ini semua hanyalah sebuah simbiosis mutualisme antar perusahaan di aliansi belaka.Gerwin membawa istri dan anak-anaknya ke rumah tersebut. Seluruh anaknya adalah perempuan dan jumlah mereka ada enam!Keadaan yang begitu ramai tentu membuat Myra kembali mengurung diri di kamarnya. Hal yang berbeda terjadi pada Lyra, sejak enam anak perempuan it

    Last Updated : 2022-04-22
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Ke Rumahmu

    “Akan banyak hal yang akan jadi pertama untukmu, Myra.”“Jangan bilang kamu mau….”Satu kecupan hinggap di bibir Myra. Ini salah satu yang dikatakan Genever barusan. Ciuman itu hangat, menggelora, sedikit tergesa-gesa, tapi sangat manis. Bibirnya kenyal dan basah. Genever merasa dia ingin menyedot Myra dalam perlekatan kecil ini.Tubuhnya kembali masuk ke dalam air, tapi itu tidak membuat Genever melepaskan ciuman mereka. Keduanya tetap melanjutkannya di dalam air. Ya, benar! Genever bahkan tak membiarkan kesempatan pada gadis itu untuk menghindar. Tangannya mengikat wajah Myra agar tetap berada dalam jangkauannya.Myra berhenti bernapas. Berhenti berpikir. Berhenti memberontak. Bahkan bila dia bisa hidup dengan jantung yang tak berdetak, dia pun akan berhenti melakukan itu semua. Yang dirasakannya hanyalah kehangatan. Kehangatan di antara gemuruh air yang berjatuhan di atas mereka.Selama sekian detik jiwa mereka ber

    Last Updated : 2022-04-22
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Lenguhan di Kamar Sebelah

    “Kalau boleh tahu, kapan ayahmu meninggal?” “Sekitar dua belas tahun lalu. Aku tidak terlalu ingat. Dia meninggal bersamaan dengan keluarga Limawan.” Myra terhenyak. Sesuatu telah terjadi pada keluarga mereka. Hanya Myra belum bisa menyimpulkan apa-apa. Kematian ayahnya sendiri sampai sekarang belum menemukan titik terang, meski pelayan wanita yang mengantarkan anggur itu mengaku telah meracuninya. Gerwin menghentikan penyelidikan tersebut tanpa sepengetahuan mereka. “Aku yakin ayahmu pasti sudah tenang di sana,” ucap Myra, “seperti juga ayahku.” Kepala Flora sedikit tertunduk. Namun dia terlihat sudah tak begitu ingat dan tak begitu peduli akan kejadian tersebut. Ayahnya mati saat usianya begitu kecil, sehingga kenangan yang muncul tak begitu jelas. “Ayahku tidak mati karena ledakan itu,” ucap Flora. Myra mengangkat kedua alisnya. “Kata Kak Gene, ada yang menembaknya. Tidak tahu siapa yang melakukan hal itu, tapi Kak Gene bila

    Last Updated : 2022-04-22
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Berlian Merah

    Ketika fajar datang, Adhira baru berhasil menyelesaikan persoalan yang menjadi hambatan dalam membongkar rahasia yang berusaha disembunyikan ayahnya itu.“Ah, akhirnya!” Adhira berdesah keras, membangunkan Ervan dari tidur ayamnya. “Ervan, kita harus kembali ke rumah Om Willian.”Ervan menggosok matanya menatap Adhira yang masih berenergi meski sudah semalaman tidak istirahat.“Ayo, Ervan, kita harus bergegas ke tempat itu sekarang! Aku harus tahu apa yang disimpan ayahku di tempat itu. Pasti sesuatu yang berharga.”Mereka pun bergegas ke rumah Willian. Saat Adhira masuk, Lodra ada di dalam bersama Kiara. Mereka terpaksa menyusup diam-diam.“Kamu yakin mau membuat acara di tempat itu?”Kiara mengangguk. “Memangnya kenapa? Tempatnya keren, siapa yang tidak mau menikah di pulau indah seperti itu.”Lodra mengangguk-angguk. “Oke, kalau begitu akan memesan pulau ini ke

    Last Updated : 2022-04-22
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Beli Aku

    Adhira melangkah separuh menunduk sepanjang perjalanan menuju ke apartemen. Ketika dia melintasi pintu masuk apartemen, tubuhnya menabrak Ervan. Dia terpelongok mendapati sosok yang menyendat jalannya masih tetap berdiri di sana.“Ervan?” Suara seorang laki-laki terdengar dari ruang tamu.“Om Renal?” Ervan tak sempat menghentikan Adhira saat dia sambil merunduk masuk ke dalam apartemen Ervan.“Kamu….”Adhira baru sadar kalau status buronan masih tertanggal pada dirinya. Dari baju milik Ervan yang dikenakan Adhira itu juga menyiratkan bahwa dia bukan baru sehari dua hari berada di tempat ini.“Om Renal? Kita bertemu lagi.”“Kamu bagaimana bisa ke sini?” tanya Renal seperti belum percaya dengan penglihatannya.“Aku yang bawa dia kemari.” Ervan menjawab cepat.“Ervan, kamu tahu kalau dia….”“Buronan?”Ervan m

    Last Updated : 2022-04-22
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Pelayan Sempurna

    Adhira menatap dirinya ke kaca. Alis tebal dan lekukan wajah ciptaan Laila berhasil menjelma wajah kusam Adhira menjadi pujangga jalanan berparas menawan. “Hmm, ujung alisnya masih kurang rata!” ucap Laila “Sebentar, Laila rapikan lagi.” Dengan cetakan alis, Laila menebalkan bagian hitam di atas mata Adhira. Ada guratan halus yang sudah berhasil disembunyikan dengan taburan bedak. “Jangan bergerak-gerak!” Laila juga mewarnai bibir Adhira yang pucat dengan lipstik miliknya. “Mana ada pelayan yang berdandan menor begini?” gerutunya, tapi tetap membiarkan Laila mengoleskan pewarna bibir tersebut. “Kamu bukan pelayan biasa, Om Gauhar.” Laila mengelap sisa pemerah yang masih berlepotan di pipi Adhira, kemudian menaburkan bedak untuk menyamarkan warna tadi. “Ta…da… Bagaimana? Sudah merasa lebih tampan sekarang?” Adhira merapikan poninya yang berjatuhan menutupi matanya itu sambil berkedip-kedip. Dia tak lagi ken

    Last Updated : 2022-04-23
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Aku sudah Terbiasa

    Keduanya melangkah ke tempat tinggal yang pernah ditempatinya pada masa sekolah dulu. Sekarang tempat ini kosong. Ervan sudah memiliki apartemen sendiri dan Renal pindah ke luar kota. Sebelum berangkat, Renal sempat memberikan undangan rapat pada Adhira. Itu yang menjadi alasan Adhira bisa masuk tanpa dicurigai.Semua benda dan perabot yang ada masih tertata di tempat yang lama. Adhira ingat dia pernah menempati salah satu kamar di bawah itu, lalu dia melihat ke ruang belajar Ervan yang dipenuhi deretan buku itu.Pada salah satu sisi lemari, Adhira melihat sebuah ukulele berwarna hitam eboni. Benda itu kembali mengantar ingatannya pada masa-masa sekolah dulu. Setiap datang terlambat dia akan membawa alat musik itu dan mulai bernyanyi demi menembus hukumannya.Adhira terkekeh saat membayangkan seisi kelas harus mendengar nyanyiannya setiap sebelum memulai pelajaran.“Ukulele ini… kamu yang menyimpannya?”Ervan mengeluarkan gitar k

    Last Updated : 2022-04-23
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Aku sedih, Kakak

    Malam itu, Lyra kembali dari rapat aliansi dengan rupa lebih semrawut dari benang kusut. Polesan di wajahnya berbaur ke mana-mana. Gaun panjangnya robek, menampilkan tubuh bagian atasnya, tapi sudah tertutupi jaket milik Ingvar. Gerwin pun meminta pelayan membantunya membersihkan diri.Myra diam-diam mengintip dari pintu kamarnya. Dia bisa mendengar suara makian Lyra yang membahana ke seluruh rumah.Dengan enggan Lyra melepaskan Ingvar dari pelukannya. Pelayan berhasil membujuknya ke kamar setelah Gerwin membentaknya dengan keras.“Benar-benar tidak tahu malu! Bersihkan dirimu sekarang!”Di dalam otak Gerwin saat itu adalah, tidak ada putri dari Semias yang memiliki nilai jual lagi. Cepat atau lambat keluarga Refendra akan mencegah Ingvar mendekati Lyra—atau bahkan seluruh keluarga Defras. Tapi Gerwin memiliki enam anak perempuan. Tidakkah di antara mereka ada yang akan dinikahi keluarga Refendra?Baru keesokan harinya Myra tahu k

    Last Updated : 2022-04-23

Latest chapter

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status