Share

Dia menyakitiku

Penulis: Evin Hard
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-26 22:38:32

“Kalung triquera itu… mereka sudah mengambilnya.”

Reaksi Adhira di luar dugaan Ervan. Dia hanya menyengir, “Ya, aku sudah menebaknya.”

Alis Ervan yang saling bertautan menggantung tinggi.

“Yang mereka cari sudah hilang, jadi kalung itu sudah tak berguna.” Adhira menjawab enteng. “Tapi kamu tidak diapa-apakan sama mereka, kan?”

Ervan tak bisa berterus terang kalau dia hampir dipukul karena berusaha membungkam. Dia pun menggeleng, kembali duduk di samping Adhira, menatapnya dengan serius, “Hira, kamu benar-benar mau menyerah?”

“Kamu?”

Ervan merunduk. “Kemarin dulu aku bertemu dengan Pak Harlan. Dia disiram air keras oleh Lodra. Kondisinya memburuk dan hidupnya bergantung pada mesin.”

Adhira mendengar dengan saksama. Dia menarik napasnya, bimbang. Ada balik seluruh penderitaan yang telah dilaluinya, Adhira masih merasa para saksi dan korban itu tak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kamu memberiku segalanya

    “Daffin, dia menyakitiku.”Mendengar ini, hatinya kembali teriris, jiwanya seperti disambar halilintar. Ervan mengutuk siapa pun yang tega membuat Hira-nya jadi seperti ini.“Hira….”Ervan membelai kepala Adhira dengan segenap kelembutan. Mengapa mereka harus melakukan ini padanya?Dalam hati, Ervan bersumpah akan membalaskan dendam ini untuk Adhira. Dia akan membuat orang itu menelan ribuan jarum dan memuntahkan sekolam darah. Dia akan mencabik-cabik isi perutnya dan melemparnya di danau piranha. Dia akan mematahkan jari-jarinya, mengiris wajahnya tipis-tipis agar dia meraung kesakitan sebelum mati kehabisan darah. Ervan akan memastikan orang itu merasakan neraka di dunia ini.Namun sekejam apa pun niatnya, dia tetap tak kuasa membalikkan kejadian yang sudah berlalu. Adhira sudah sakit, tubuhnya sudah dirusak, jiwanya sudah dihancurkan.Ervan hanya selimut usang yang tak berdaya melakukan apa pun sela

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Pria dalam Gelap

    Setelah mengantar Laila kembali ke panti asuhan, Adhira mengajak Odin ikut bersamanya ke sebuah tempat. Mobil putih itu terus melaju keluar dari kawasan perkotaan, menembus wilayah pedesaan hingga ke area perbukitan.Rumah kecil menyelip di antara rimbunan pohon di puncak bukit, tersembunyi dari lingkungan warga. Mereka harus melanjutkan sisa perjalanan dengan berjalan kaki.Dengan stamina Adhira yang menurun drastis beberapa bulan belakangan, butuh waktu lebih lama bagi mereka untuk bisa mencapai halaman rumah itu.Odin mengikuti langkah Adhira dan Ervan memasuki kawasan yang lebih lebat. Ada jalan setapak yang mengarah ke sebuah pintu di salah satu sisi rumah.“Kita mau ke mana?” tanya Odin.“Kalian tunggu di sini,” pinta Adhira.Ervan segera menghadang langkahnya.“Tenanglah, aku tidak akan kenapa-kenapa. Aku akan memberi tahu kalau memang kalian sudah bisa masuk ke dalam.”Meski dengan ra

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Perjumpaan

    “Ada orang yang melakukan ini pada mereka, pada orang tuamu, dan pada puluhan pekerja tambang itu.”“Siapa?”“Aliansi Lima Pilar!”Mivar terlihat enggan menatap wajah Adhira setelah mendengar nama itu disebutkan. Tawa lebar memenuhi wajahnya. Dia berkelit dengan menggeleng-gelengkan kepala.Atas reaksi ini, Adhira hanya bisa berucap, “Aku tidak mengerti bagaimana cara orang-orang itu meracuni pikiranmu. Tapi apakah kau tidak merasa tindakan ini membuat hidupmu sendiri berantakan?”Adhira bangkit dari kursinya karena sudah tak tahan dengan bau asap di ruangan pengap itu. Dia membuka pintu rumah dan udara segar mulai berembus masuk.Seolah baru mendapat serangan telak, Mivar mematung tanpa suara. Sekonyong-konyong, dia meraih lengan Adhira dan mencengkeramnya dengan erat. Adhira sadar memar di lengannya kembali memerah karena cengkeraman kuat itu.“Katakan padaku siapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Wanita Berlipstik Ungu

    Pusat perjudian yang dulunya begitu berkembang di tengah kota ini sudah dilarang keberadaannya oleh pemerintah setempat. Meski mendatangkan keuntungan deras bagi pemilik usaha, bisnis yang mengundang perdebatan ini akhirnya ditutup. Bangunan megah tadi pun dimofikasi dan disulap menjadi kelab malam yang tak kalah ramai dengan pusat perjudian sebelumnya.Adhira menarik Ervan memasuki pusat hiburan malam yang diterangi cahaya gemerlap di sepanjang muka bangunan. Segerombolan anak muda memenuhi barisan meja yang mengelilingi panggung dansa. Mereka terus melangkah mendekati meja bar yang berada di sisi belakang gedung. Lampu sorot warna-warni berputar acak mengikuti irama musik. Lantai kaca dan marmer memantulkan sinarnya kembali ke langit-langit.Pada sisi lain meja bar, ada pintu besi yang dulunya merupakan jalan tembus menuju markas besar narkoba di kota itu.“Tunggu aku di sini,” ucap Adhira sembari mengantar Ervan ke kursi bar yang aga

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-27
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Masa Lalu Lodra

    Wanita itu mengajak Adhira memasuki sebuah kamar yang sama redupnya dengan lorong yang mereka lalui. Ada sebuah ranjang dengan tumpukan pakaian bekas di atasnya. Sisa puntung rokok serta botol-botol minuman berserakan memenuhi lantai kamar. Tanpa ragu, Adhira mengempaskan tubuh wanita tadi ke atas ranjang.Dengan gusar dia bertanya, “Katakan, siapa yang menyuruhmu mengakui tuduhan pembunuhan terhadap Semias?”“Begitu pentingkah nama itu bagimu? Kau tahu kalau kejadian itu sudah belasan tahun berlalu. Kenapa masih harus diungkit lagi?”“Karena kau menyamarkan pembunuh yang sebenarnya. Sekarang, jawab pertanyaanku, siapa yang memerintahmu membuat pengakuan itu?”“Kau sendiri sudah tahu pembunuhnya.”“Yang menyuruhmu mengaku dan pembunuhnya adalah dua orang yang berbeda.”Wanita tadi meraih cangkir yang ada di meja kecil samping ranjang. Ketika hendak meneguknya, Adhira langsung menaha

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia menyukaimu

    Nila tertegun akan tebakan Adhira. Tidak ada orang lain yang bisa dipikirkan Adhira selain gadis yang telah dikenalnya dulu saat di perempatan jalan. Ibu muda yang memukuli anak berusia tiga tahun itu sekarang sudah meninggal dilalap api.Saat itu Nila sempat mengunjungi putrinya. Jadi dia meminta Salimah, yang merupakan komplotan pengemis jalanan, untuk menjemputnya dari panti asuhan.Ternyata saat Nila melihat bayi itu, kengerian makin menghantuinya. Wajah bayi itu mengingatkannya pada pria bejat yang pernah menghamilinya. Dia pun meminta Salimah untuk membawanya kembali ke panti.Namun kesempatan itu justru dipakai Salimah untuk mencari keuntungan. Dia menggunakan bayi malang tadi untuk menarik simpati para pengguna jalan.Mudah bagi Adhira untuk merasa kasihan dengan bayi itu dan menjadikan dia serta sahabatnya orang tua asuh yang baru. Suatu pertemuan menjadi takdir yang terjalin sampai akhir hayat.“Aku ingin membunuh diriku sendiri, ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Soal Matematika di Buku Biologi

    “Dia menyukaimu.”Jika ruangan ini tidak redup maka bisa dilihat Adhira hanya tersenyum kecut. Jadi itulah sebabnya Lodra terlihat sangat tulus meminta maaf padanya waktu berada di Pemakaman Nirwana Biru dulu. Adhira mengira keputusan untuk memercayai Lodra sekali lagi adalah keputusan tepat, tapi nyatanya Lodra hanya memperlakukannya seperti sampah.“Menyukaiku?”Nila mengangguk.Adhira langsung mencibir, “Dia mengirimku ke neraka dua kali. Bagaimana itu bisa dikatakan suka?”“Itu karena dia tahu kau menyukai Ervan.”Pernyataan ini seperti awan panas yang mengisi serambi jantungnya. Bagaimana mungkin ada orang yang tahu kalau Adhira menyukai Ervan? Dia tak pernah menunjukkannya pada siapa pun. Setidaknya tidak ada yang tahu dia dan Ervan adalah musuh bebuyutan yang berhasil menjadi teman karib.“Aku melihatnya melamun begitu lama di depan sebuah buku biologi. Aku tidak tahu kekuat

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Melompat Bersama

    “Jika aku memberitahumu keberadaannya, maukah kau membantuku membuat kesaksian?”Secara samar Adhira yakin sebenci-bencinya dia dengan anak itu, darah yang mengalir tetaplah miliknya. Jiwa yang dia berikan tetap merupakan karunia baru baginya.Nila menggelengkan kepalanya. “Aku tidak bisa. Aku sudah berjanji.”Adhira tahu membujuk keledai untuk bernyanyi adalah sesuatu yang mustahil. Tapi dia tahu hasrat terpencil yang ditanam Nila itu. Jadi dia menggunakan sedikit pancingan untuk menjerat keledai ungu ini.“Kau tahu sebenarnya kau adalah korban dari kasus ini. Semua terjadi karena kau tunduk pada Lodra. Saat kau melawan, Lodra tak memiliki apa pun untuk menekanmu.”Sembirat kemerahan lagi-lagi terlukis dari bola matanya. Garis kehitaman masih melingkari mata berkelopak ganda itu.Adhira melihat Nila sekarang sudah menitikkan air mata. Dia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi putri yang selalu dirundung

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28

Bab terbaru

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Kenangan yang tersisa

    Perempuan itu menghampiri rumah tua yang tengah direnovasi menjadi bangunan klinik. Di sampingnya seorang pria tua duduk di kursi roda memandang dengan lesu. Sudah bertahun-tahun dia hidup dan tergantung pada putrinya.“Kak Ervan?” Kiara menyapa dengan lembut pada seorang pria yang masih sibuk mengatur susunan keramik di teras depan.“Di mana Kak Adhi?” tanyanya bingung.Ervan tertegun. Keningnya mengernyit. Serbuk besi dingin seolah menyendat paru-parunya. “Kiara, kamu kembali?”“Aku mendapat kiriman surat dari Kak Adhi seminggu lalu. Katanya dia ingin aku mengurus rumah ini.”“Surat?”Kiara menyerahkan amplop berisikan surat yang ditulis tangan oleh Adhira sendiri.Tahun lalu, atas permintaan Adhira, Ervan membawa Kiara ke luar kota dan mengubah identitasnya. Tadinya Kiara tahu ini bertujuan agar dirinya tidak dijatuhi hukuman atas kematian Teodro belasan tahun lalu. Selama setahun itu juga dia hanya menjalankan hidupnya tanpa kabar apa pun dari Adhira.Kiara berpikir Adhira pasti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Catatan Penulis

    Terima kasih sudah ikut melangkah dan berjuang bersama dalam kisah ‘Dendam dan Rahasia Tuan Muda’. Tadinya judul yang akan dipakai adalah Pita Merah, karena ide awalnya didedikasikan untuk para pejuang HIV-AIDS. Adhira dalam cerita ini menggambarkan perjalanan seorang anak manusia yang sesungguhnya begitu cemerlang harus memupuskan masa depannya oleh tuduhan, pengucilan, stigmatisasi, dan pengabaian. Di dunia ini, semua yang terjadi pada Adhira bisa terjadi pada siapa saja. Serangan mental/fisik, isolasi, diskriminasi, begitu sering terjadi pada pengidap HIV-AIDS. Orang-orang menganggap penyakit ini adalah hukuman mati yang pantas diderita oleh kaum-kaum homoseksual, PSK, orang dari ras-ras tertentu, para pecandu, dan kaum-kaum marginal lainnya. Stigmatisasi dan perlakukan buruk yang didapatkan para penderita sesungguhnya bisa didapatkan siapa saja. Anak-anak dengan orang tua HIV-AIDS, komunitas LGBT, perempuan, laki-laki, anak-anak, orang tua, petugas kesehatan. Semua bisa mendapatk

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda    Sepucuk Surat

    Meskipun Adhira sudah tiada, dirinya hidup bagi Ervan, bagi pejuang HIV-AIDS lainnya, bagi kaum tersisihkan, kaum LGBT, para pecandu, orang-orang yang terkucilkan oleh stigmatisasi dan diskriminasi.“Klinik VCT/IMS ini didedikasikan oleh seorang sahabat untuk seluruh penderita HIV-AIDS. Klinik ini mencakup pencegahan, pemeriksaan, pengobatan, dan rehabilitasi yang nantinya akan diberikan secara cuma-cuma….”Pria di atas podium mendeklarasikan sambutan pembuka sebelum acara pemotongan pita peresmian dilakukan. Matanya berair saat melihat orang-orang, anak-anak, para lansia yang duduk menunggu dirinya berbicara itu.“Hari ini, demi mengenang sahabat yang telah pergi itu, saya akan menamainya dengan ‘Adhira’,” ucap Ervan menyudai sambutannya.Kediaman Limawan ditata ulang sejak dua tahun lalu. Dengan menggunakan dana hasil penjualan berlian merah, Ervan berhasil membangun sebuah klinik khusus yang bisa melayani penderita HIV-AIDS.Bangunan rumah dijadikan klinik utama. Sementara gudang y

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan Takut, Hira

    “Aku tidak kenal dengan sia-sia,” jawab Ervan tanpa aura.Adhira hendak berdiri, tapi dia tak memiliki kekuatan untuk bangkit. Alih-alih mengelak dari rangkulan Ervan, Adhira menjauhkan tubuhnya ke tepi bangku. “Kamu ini benar-benar keras kepala!” umpat Adhira lemah. “Aku… hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada ini untuk tetap bersamamu.”“Lalu mengapa kamu harus menyerah?”Terlihat wajah Ervan yang merah dan kembali basah oleh air mata.“Karena… aku tidak punya pilihan, Daffin!”Kekuatan Adhira mendadak terenggut dari dirinya, seolah darah yang berkumpul di jantungnya menolak untuk mengalir ke otaknya. Adhira gagal membuat tubuhnya bertahan dengan semua pertanyaan Ervan. Kepalanya kehilangan keseimbangan dan napasnya semakin berat.Dia begitu ingin menghapus kesedihan di wajah Ervan, tapi untuk menyentuhnya saja Adhira sudah tak lagi sanggup.“Sebutkan semua jalan yang kau sudah anjurkan padaku! Aku akan mematuhinya. Aku akan dengan giat menurutinya. Aku rela kamu memakiku, me

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Semua akan sia-sia

    Dari balik pintu ruang rawat yang masih ternganga, Ervan bersandar pada dinding, mendengar setiap pertemuan yang mengharu biru tadi dalam kepiluan. Dia masuk saat sudah berhasil membendung luapan kesedihan yang membanjiri kamar rawat Adhira. “Ervan!” ucap Adhira. “Lihat ulahmu!” Ervan mengambil tempat di samping Adhira. Menggenggam tangannya yang begitu dingin. “Cepat atau lambat Laila akan tahu.” Laila menarik Ervan dan merangkul mereka secara bersamaan. “Aku tidak menyangka Laila jadi secengeng ini. Kamu terlalu memanjakannya, Ervan,” ucap Adhira. “Aku tidak cengeng.” “Terus ini apa? Selimutku sampai basah seperti pengungsi banjir,” tukas Adhira. Laila menyudul perut Adhira karena kesal. “Hei, pelan-pelan, dinding perutku sangat rapuh sekarang.” Laila langsung menghentikan tindakan tadi. Wajahnya kembali muram karena dia sudah tahu bahwa Adhira mengidap penyakit yang belum dapat disembuhkan Ervan. “Aku harus kembali ke sekolah. Masih ada kelas tambahan,” ucap Laila tiba-t

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Dia memanggilku Lili

    Rintik hujan membasahi kaca jendela. Kemelut senja mewarnai langit yang mendung, mengantar bayang-bayang kelabu menuju malam. Seorang gadis memasuki ruang rawat dengan ekspresi sama sendunya dengan cuaca di luar. Adhira masih belum bangun dari tidur panjangnya. Dia baru cuci darah. Butuh prosedur yang rumit bagi pengidap HIV untuk mendapatkan mesin hemodialisa dan Ervan tak menyerah oleh hambatan tersebut. Adhira sempat membaik beberapa hari yang lalu, tapi kemudian, penyakit itu menggerogoti ginjalnya. Kedua tungkai kakinya mulai bengkak dan demamnya tak kunjung reda. Dia juga tak lagi bisa makan makanan biasa. Ervan harus menyuapi makanan yang lunak yang dibencinya itu agar perutnya tak kesakitan. Sesekali Adhira memohon untuk diizinkan makan nasi goreng, tapi Ervan harus melarangnya karena itu akan memperburuk kondisi tubuhnya. “Dokter Ervan, makanannya Laila letakkan di sini ya,” ucap Laila pelan. Dia segan memecah lamunan Ervan yang terlihat sangat serius itu. Ervan menganggu

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Jangan memarahinya

    Ervan duduk memandangi jendela yang basah oleh embun senja. Cuaca mendung mengisi hari yang kelam tersebut. Dia membisu untuk waktu yang sangat panjang. Saat Adhira dilarikan ke rumah sakit, kondisi yang ditemukan jauh dari ekspektasi Ervan. Dia menahannya selama dua bulan di penjara. Obat-obat itu dia telan untuk menghentikan gejala yang muncul. Namun tubuh yang sudah rongsok tersebut tak bisa melakukan sandiwara terus-menerus. Ali masuk dengan hati yang panas. Dia langsung melontarkan kekesalannya pada Ervan. “Baru sehari dia keluar dari penjara dan kamu sudah menggempurnya sampai babak belur. Kamu benar-benar tidak manusiawi, Ervan!” “Bagaimana keadaannya?” “Kamu sendiri tahu dengan jelas. Kenapa bertanya padaku?” “Aku… benar-benar salah.” “Kalian ini, aku tidak tahu harus berkata apa. Kurasa dia juga menginginkannya. Tapi harusnya kamu tahu seperti apa keadaan tubuhnya.” “Kamu benar. Aku tidak seharusnya melakukan ini di saat tubuhnya begitu rentan. Dia menahannya karena ti

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Hadiah Spesial untuk Dokter Elyas

    Ruang sang urolog tiba-tiba diramaikan oleh adanya pajangan heboh yang ditempel di depan pintunya. Perawat berbisik-bisik dan pengunjung yang lewat terkekeh geli.Elyas baru keluar dari ruang operasi dan melirik keramaian yang terjadi di depan ruang konsultasinya.Ali yang tengah melintasi tempat itu berdiri beberapa menit sambil berpikir. Saat Elyas datang dia segera memberi tahu berita baik tersebut, “Kau mendapat hadiah spesial dari seorang pasien.”Elyas mengernyit waspada. Dia tahu Ali bukan orang yang bisa bergurau dengan cara yang baik. Dia pasti hendak mengerjainya dengan sesuatu.Saat dia mencapai depan ruangannya, matanya memelotot. Sebuah bingkai berisi cairan pengawet dengan jaringan lonjong di dalamnya tertempel di pintu ruangan itu. Sebagai ahli urologi yang handal, tentu dia tahu benda apa itu.Sekonyong-konyong dia melepas benda itu dari pintunya. Namun bingkai itu tertempel dengan sangat erat. Dia memukul-mukul kacanya, tapi tak juga berhasil menyingkirkan pajangan it

  • Dendam dan Rahasia Tuan Muda   Milikmu sangat enak (+18)

    Peringatan: Mengandung adegan seksual eksplisit“Aku tidak kuat lagi, Daffin….”Sekali lagi Adhira memohon tanpa daya. Perutnya sudah menggembung terisi oleh cairan surgawi itu. Napasnya tersengal-sengal.“Kasihanilah pria berginjal tunggal ini.”Menatap air mata yang mengkristal di bola matanya, Ervan pun melakukan pelepasan terakhir. Dia menahan tubuh Adhira di atas tubuhnya dan secara perlahan menyangga Adhira ke dalam pelukannya.Penyatuan intim tadi pun terpisah.Adhira telentang lunglai, meraup udara lembab yang menyelubungi dirinya. Ervan membebaskan tawanannya tanpa melepas rangkulan. Dia mendekap rusa mungil yang gemetaran itu dengan erat, enggan membiarkannya terpapar hawa dingin terlalu lama. Adhira meletakkan kepalanya tepat di kerangka rusuk Ervan, mendengar detak jantung yang masih terpacu cepat.Ervan memeriksa pergelangan tangan Adhira yang merah akibat ikatan tadi. Dia mengelusnya penuh penyesalan sambil menjilatinya dengan segenap kelembutan, “Apakah masih sakit?”A

DMCA.com Protection Status